Hidup di Desa dalam suasana Kota yang Gotong Royong dan Mandiri
Masyarakat Desa Jati Baru di Bandung memberi contoh yang luar biasa dengan kesibukan yang berguna untuk ibu-ibu muda, ibu sepuh dan keluarga serta suami yang yang lansia. Jati Baru sebelumnya adalah desa biasa dengan aktifitas yang sepi. Desanya, seperti desa biasa selalu rutin, tidak banyak kegiatan sehingga penduduknya yang muda cenderung tinggal di rumah, menganggur dan menunggu suami pulang kerja. Di masa lalu kalau suami sedang kerja isterinya “memelihara anak”, naka kalau suami pulang kerja, “terpaksa” karena tidak ada pekerjaan lain, “bikin anak lagi” sehingga penduduk Jawa Barat terkenal memiliki jumlah anak yang banyak.
Dewasa ini keluarga Desa Jati Baru sudah berubah total, menjadi keluarga urban, dimana setiap pagi, dengan seragam pakaian olah raga bersama-sama berkumpul dan melakukan gerak olah raga bersama mengikuti irama musik dan seakan berjoget ria sehingga wajahnya tidak lagi seperti wajah orang desa tetapi berubah menjadi wajah segar orang kota yang ceria dan cantik mempesona. Setelah senam mereka tidak lagi buru-buru melayani anak atau suami karena beramai-ramai menyiram tanaman yang mekar hijau indah di sekitar halaman rumah. Oleh “komandan” yang memimpin gerakan yang dimasa lalu diasuh oleh gerakan PKK, mereka di beri pelajaran berkebun dan sekarang tidak lagi belajar, tetapi masing-masing ibu rumah tangga memiliki kebanggaan tanaman yang paling berhasil di rawatnya seperti merawat anak dan suami yang setiap kali tidak rela kalau isterinya tidak hamil atau merawat anak balitanya, yang sekarang diganti dengan kebun yang hijau menawan.
ang dewasa ini berubah total adalah karena sebagian besar telah mengadopsi norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dengan memiliki anak dua atau maksimal tiga orang sehingga ibu-ibu yang biasanya tidak sempat merawat diri dengan baik, dewasa ini makin tua makin cantik tetapi tidak perlu hamil karena memakai alat kontrasepsi sehingga biarpun kasih sayang dan hubungannya dengan suami tercinta tetap mesra, tidak perlu kuatir hamil lagi. Mereka mengadakan kegiatan seperti olah raga pagi sehingga kondisi badan tetapi fit, sehat dan ceria. Mereka mengadakan kegiatan seni, budaya dan lebih dari itu, karena tidak disibukkan dengan anak balita yang selalu rewel karena adik dan kakak masih sama-sama balita, selalu berebut kasih sayang bapak ibunya, sekarang tidak terjadi “perang tanding” di rumah sehingga bapak ibunya bisa memelihara kebun bergizi di rumahnya.
Ada seorang ibu yang dihalaman rumahnya penuh dengan tanaman lidah buaya yang diperlihaa dengan penuh kasih sayang sehingga tanpa harus bersekolah bisa menyulap hasil kebunnya menjadi bermacam “nyamikan” enak dan laku jual. Membuat nyamikan itu tidak terlalu sulit karena dengan menghilangkan bagian durinya kemudian lidah buaya diolah dengan relatif sederhana, tanpa harus sekolah ke luar negeri, lidah buaya bisa disulap menjadi teh lidah buaya yang enak dan konon mengurangi risiko kadar gula ginggi, atau “makanan stik kecil gurih” yang digoreng enak rasanya sebagai “cemilan” laku jual, suatu penghasilan baru bagi seorang istri yang melengkapi pendapatan suami tercintanya.
Ada pula ibu-ibu yang dengan penuh kasih sayang bersama suami yang sudah lansia menanam bermacam sayuran yang kalau pergi ke Mall termasuk dagangan yang biasanya di beli oleh keluarga kaya. Keluarganya bisa menikmati sayur segar setiap hari sehingga wajahnya tidak kelihatan sebagai ibu lansia tetapi nyaris sperti ibu muda yang tampak ceria disamping suaminya yang kelihatan lansia tetapi mampu mengolah tanah menjadi media tanam dengan olahan sampah sebagai pupuk organik yang tidak mengandung bahan kimia yang bisa meracuni hasil tanamnya. Seorang lansia yang barangkali tidak lulus fakultas pertanian tetapi mampu menghasilkan tanaman dan media tanam yang dipupuk dengan pupuk organik yang tidak mengandung bahan kimia yang bsia menganggu kesehatan. Tanaman yang ditanamnya sangat bervariasi seperti terong, cabai, sawi hijau yang secara keseluruhan bisa menjadi variasi sayuran yang bagi “masyarakat desa” bisa makan layaknya masyarakat kota seperti di New York atau Washington di Amerika. Orang desa yang makannya seperti orang kota, bebas dari pengaruh pupuk kimia sehingga bisa hidup sehat, sejahtera dan berusia panjang. Jaman baru biarpun ada Virus Corona bisa hidup sehat sejahtera dengan norma baru dan hidup di desa layaknya orang kota yang modern dan sangat maju. Bangga suka Desa, membangun keluarga dalam suasana kota tetapi tetap di desa yang hdiup dalam budaya gotong royong yang dinamis.