Ibu Astuti Haryono Suyono dalam Kenangan
Pertemuan pertama saya dengan bu Astuti di Haryono Suyono Center (HSC), kediaman pribadi keluarga Prof. Haryono Suyono yang “disulap” menjadi kantor dan tempat pertemuan, berlokasi di jalan Pangadegan Jakarta Selatan.
Prof. Haryono sendiri yang memperkenalkan saya ke bu Astuti, “Bu, ini pak Aam, Wakil Rektor Trilogi…”, saat ada acara pembukaan pelatihan Posdaya untuk para dosen Universitas Trilogi di HSC. Senyum Bu Astuti mengembang ramah. “Eh, o ya, ayo masuk.” Sambil menuntun tangan saya, seperti seorang ibu menuntun anaknya. Saya kemudian menjadi terbiasa melihat senyum dan keramahannya.
Selanjutnya ada banyak acara yang dibuka bersama. Saya mewakili Universitas Trilogi, dan bu Astuti mewakili HSC atau Yayasan Anugerah Kencana Buana, terutama saat Prof. Haryono sedang tidak berada di tempat. Kesan bersahaja tidak pernah lepas dari penampilannya dalam keseharian, bahkan di acara-acara formal, seperti pembukaan pelatihan ataupun lokakarya. Ia sama sekali tidak menunjukkan punya peran penting di negeri ini, memimpin berbagai organisasi sosial, dan mendampingi seorang tokoh nasional - Prof. Haryono Suyono. Jadi kata ibu bersahaja, itu paling tepat dialamatkan padanya.
Tidak heran, bu Asuti penuh perhatian pada setiap orang, tanpa membeda-bedakan status. Yang khas, perhatian dari beliau adalah ajakan makan, “Ayo makan dulu...”, perhatian seorang ibu. Membuat siapapun yang berhubungan dengan bu Astuti merasa nyaman, tidak canggung, apalagi merasa tidak enak. beliau selalu hormat terhadap orang lain dan bersikap apa adanya.
Beberaapa kali bersama-sama meresmikan program pelatihan Posdaya terutama program-program yang melibatkan dosen dan mahasiswa Trilogi. Beruntung saya beberapa kali berkesempatan menghadiri beberapa acara di Kebun Astuti di kawasan Depok. Jadi saya semakin mengenal kegemarannya berkebun dn perhatiannya yang besar pada pertanian. Prof. Haryono Suyono pernah bilang, dengan bangga, “Ibu selalu menabung. Kebun ini adalah hasil kerajinannya menabung. Ini dari uang ibu sendiri. Hasil jerih payahnya”. Prof. Haryono sering memuji bu Astuti. Kebanggaan Prof. Haryono kepada Bu Astuti selalu disampaikan secara terbuka. Termasuk juga terlihat bagaimana pasangan ini saling mencintai dan saling mengisi.
Pertemuan-pertemuan selanjutnya terjadi di berbagai acara, mulai dari ulang tahun perkawinan Prof Haryono - Bu Astuti (menurut saya pasangan teladan, yang patut dijadikan panutan), acara ulang tahun, acara penyuluhan dan pelatihan program Posdaya, rapat-rapat berkaitan dengan yayasan Anugerah, ataupun media gemari.id, bahkan sekedar menengok kebun di atas atap rumah Kel. Prof. Haryono. Bu Astuti didampingi pak Fajar putranya, sering menunjukkan bagaimana tanaman-tanaman itu tumbuh dengan baik. Kebun atap di HSC memang sering dijadikan contoh perkebunan perkotaan, dengan memanfaatkan atap rumah sebagai kebun.
Kelihatan sekali bu Astuti menjiwai program-progran Posdaya yang diinisiasi oleh sang suami tercinta Prof. Haryono Suyono. Meski waktu itu bu Astuti sudah tidak muda lagi, namun selalu menunjukkan semangat dan optimisme, dengan kelembutan khas seorang Ibu. Saya sependapat dengan teman-teman yang sering bertemu dengan bu Astuti mengenai kesan mendalam melihat wajah damai penuh senyum keramahan, dengan balutan kasih sayang selalu terlihat di wajahnya yang bersih dan bersinar cerah.
Selamat jalan bu Astuti, semoga mendapat tempat yang layak di sisiNya.
(Aam Bastaman/Univ. Trilogi). Mantan Pjs. Rektor.