Adaptasi ‘Marketing’ di Era yang Secara Konstan Terus Berubah

Catatan Aam Bastaman

Catatan Aam Bastaman

Peran disiplin pemasaran sangat penting karena menyentuh aspek terdalam untuk eksistensi manusia – pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Disiplin pemasaran memiliki fokus pada pasar, yaitu manusia yang memiliki hasrat untuk dipuaskan kebutuhan dan keinginannya melalui suatu proses pertukaran. Mulai dari barang-barang fisik (goods) untuk memenuhi kebutuhan tubuh, seperti produk makanan, pakaian, papan (perumahan), HP atau lap top yang kita gunakan,  jasa transportasi, listrik, kesehatan, hiburan,   pendidikan, sampai seni budaya untuk memenuhi kebutuhan jiwa. Daftar produk tidak akan habis ditulis, karena tidak terbatasnya keinginan manusia untuk dipuaskan. Segala sesuatu (anything) bisa dijadikan produk jika bisa memuaskan hasrat manusia (Kotler, 2013).

Karena produk bisa didefinisikan secara luas mencakup segala sesuatu yang bisa dikonsumsi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia, maka ‘anything’ bisa menjadi produk, bukan barang-barang saja yang bisa memenuhi hasrat manusia, namun juga bisa tempat, orang, gagasan, hiburan, buku ataupun komedi  adalah produk, juga ‘person’, seperti seorang politisi yang perlu dipilih rakyat, ataupun artis, yang memiliki ‘fans’. Sekarang semakin dipahami politisi, artis, ataupun figur publik lainnya memerlukan pemasaran. Antara lain untuk membangun ‘personal branding’ mereka. Sehingga mereka memiliki citra yang jelas, khas, kuat, menarik, ‘beda’ diantara yang lainnya, sehingga menjadi ‘preferable’ sebagai figur publik di mata masyarakat.

Konsumsi tidak lagi dipandang secara fungsional, contohnya, karena perlu wadah untuk menyimpan parfum, lipstick, sisir, ataupun uang, maka sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya, diperlukan membeli sebuah tas tangan wanita. Namun lebih dari itu kepemilikan tas yang bermerk jauh melampaui pemenuhan fungsionalnya, tapi untuk kebutuhan hedonistik – simbolik, untuk pengakuan, gengsi, kebanggaan, gaya dan atribut-atribut non fungsional lainnya. Tas bukan hanya sekedar wadah. Tas bermerek menjadi simbol status untuk menunjukkan keberhasilan atau kemampuan secara material. Oleh karena itu tas wanita dengan merk tertentu bisa dijual dengan harga puluhan juta, dan masih banyak yang membeli, karena menyasar target pasar yang tepat.

Pemasaran merupakan disiplin yang sentral berkaitan dengan keberadaan dan keberlanjutan manusia, baik sebagai personal, maupun sebagai mahluk sosial, melalui kegiatan konsumsi. Budaya Pop Korea merupakan upaya pemasaran yang sistematis, termasuk kemasan program drama Korea (Drakor). Begitu pula Hollywood dan Bollywood yang menyuguhkan aneka film yang menghibur dan menginspirasi, atau aneka produk musik dan hiburan lainnya, mulai dari jenis pop, rege, klasik, rock, atau dang dut. Para strategist pemasaran di bisnis ini membidik kebutuhan batin manusia dan jiwa yang haus hiburan yang menyenangkan dan memuaskan. Pemasaran terlibat dalam urusan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.

Oleh karena itu pemasaran berkaitan dengan upaya pencapaian kesejahteraan, karena berkitan dengan serangkaian kegiatan dan proses-proses untuk terpenuhinya kebutuhan dan keinginan pasar (manusia). Bukan hanya terpenuhinya kebutuhan dan keinginan secara fisik, seperti baju baru, kendaraan baru, rumah baru, namun juga terpenuhinya kebutuhan dan keinginan diri dari  sisi psikologis emosional – kebanggaan, harga diri, pengakuan serta perasaan dianggap dan diperhitungkan. Disiplin pemasaran merupakan ilmu yang terbuka dan adaptif, karena manusia (pasar) hidup dalam dinamika perubahan dalam berbagai aspek, secara konstan.

Oleh karena itu pula pemasaran menjadi disiplin yang kompleks karena harus melakukan adaptasi dengan perubahan kehidupan manusia yang sangat dinamis. Preferensi pasar hari ini sangat berbeda dengan sepuluh, dua puluh atau seratus tahun yang lalu. Ke depan perubahan akan semakin besar lagi, dan entah perubahan apa lagi, setelah kemajuan teknologi dan kemampuan berpikir manusia sudah semakin tinggi. Pemasaran harus terus beradaptasi dalam lingkungan yang terus berubah, namun pasarnya akan tetap sama: Manusia.

Tidak mengherankan apabila disebutkan pemasaran telah menjauhkan diri dari ‘ibu kandungnya’ – ekonomi, yang bersifat rasional dan efisien, karena pemasaran tidak lagi hanya menyentuh sisi rasional saja, namun juga sisi emosional non-rasional. Oleh karena itu disiplin psikologi telah menjadi sangat penting dalam pemasaran, untuk lebih memahami manusia (pasar), karena menyangkut upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia yang kompleks. Kontribusi disiplin lainnya termasuk juga sosiologi, ilmu politik, antropologi dan komunikasi, bahkan akuntansi, dan lainnya (silahkan ditambahkan).

Oleh karena itu pemahaman mengenai pasar menjadi prasyarat keberhasilan pemasaran, sesuai namanya ‘market’–ing. Puncak disiplin ilmu pemasaran adalah pemahaman terhadap perilaku manusia sebagai pasar, yang mejadi subjek penting pemasaran. Banyak ahli menyebut keberhasilan dalam pemasaran adalah kemampuan membidik pasar secara tepat, selanjutnya menaklukkan hati dan pikiran pasar. Persaingan dalam pemasaran adalah berlomba yang terbaik untuk menjadi pilihan pasar dan kemudian menjadi loyal, bahkan ke tahap pasar menjadi ‘pembela’, karena menjadi mitra yang saling memberikan kepuasan dalam hubungan jangka panjang. Bukan sekedar hubungan transaksional jangka pendek.

Meskipun kemajuan teknologi yang dicapai manusia sangat tinggi, seperti semakin canggihnya teknologi komputer, teknologi internet yang melahirkan teknologi digital, dan manusia hidup dalam perubahan yang konstan, apakah internet dan dunia digital akan merubah pemasaran? Tentu saja, namun subjek pemasaran tetaplah sama: Manusia sebagai pasar. Oleh karena itu layanan on line tidak bisa sepenuhnya menggantikan off line. Seperti disampaikan oleh seorang pakar, semakin banyak fasilitas layanan on line, maka akan semakin banyak kebutuhan off line. Manusia masih akan membutuhkan sentuhan (high touch) bukan hanya high tech. Perlu kombinasi diantara keduanya.

Oleh karena itu landasan pemasaran mengenai kejujuran akan tetap abadi, karena menyangkut kepercayaan (trust). Ada etika yang harus dipegang kokoh. Dalam perspektif pemasaran politik, ini pula yang harus diperhatikan oleh para politisi. Pasar tidak mau dibohongi, sebagai manusia mereka akan memilih pemimpin atau wakilnya yang mereka percayai. Kalau tidak memiliki kejujuran maka upaya personal branding para politisi ini akan sulit. Person sebagai produk dan nama politisi sebagai ‘brand’ tidak akan menjadi pilihan ‘voters.’ Tentu hal ini berlaku bagi produk-produk dan merk lainnya.

 Aam Bastaman - Univ. Trilogi (Dosen dan penulis).

Aam BastamanComment