Ibu Pengayom dan Penyejuk Hati Telah Berpulang

Foto kenangan saat keluarga Mulyono D Prawiro bersilaturahmi dengan Bapak Haryono Suyono dan Ibu Astuty Haryono di kediaman, di kawasan  Pancoran, Jakarta Selatan

Foto kenangan saat keluarga Mulyono D Prawiro bersilaturahmi dengan Bapak Haryono Suyono dan Ibu Astuty Haryono di kediaman, di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan

Dalam mengenang seseorang dan selalu mengingat kebaikannya kepada kita, niscaya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa akan selalu menanamkan rasa nyaman di hati kita masing-masing. Keinginan untuk selalu membalas kebaikan terus selalu ada dan membara. Ada orang yang mengatakan, bahwa salah satu kunci agar hidup tenang, bahagia dan selalu bertambah karunia Allah, adalah kegemaran bersyukur, dan di antara wujud syukur adalah kesungguhan untuk berterima kasih kepada pihak yang menjadi jalan datangnya karunia Allah kepada kita.

Sebagai rasa syukur itulah, saya mulai mengenal lebih dekat dengan sosok almarhumah Ibu Astuty Haryono sejak tahun 1995, saat itu saya masih sebagai pegawai negeri di BKKBN Pusat. Pada suatu ketika di tahun 1995 tersebut, saya dipanggil oleh salah satu pimpinan tertinggi di BKKBN, yaitu Deputi Bidang Umum BKKBN/Sekretaris Menteri Negara Kependudukan, Bapak dr. Loet Affandi, SpOG yang meminta saya untuk ditugaskan mendampingi Menteri/Kepala BKKBN yang dijabat oleh Prof. Dr. Haryono Suyono. Sebagai staf, saya tidak bisa menolak tugas dan amanah yang diberikan itu, oleh karena itu saya menganggap tugas itu merupakan kepercayaan pimpinan tertinggi kepada saya. Gambaran tugas telah saya terima dan sebagian besar tugas tersebut adalah mengatur jadwal Menteri/Kepala BKKBN dan berbagai kegiatan lainnya, termasuk di antaranya membantu dan mengatur berbagai kegiatan pemerintahan yang melibatkan keluarga. Orang menyebutnya saya bertugas sebagai Ajudan Menteri/Kepala BKKBN. Sebagai ajudan Menteri/Kepala BKKBN saya tidak sendiri, saya bersama senior saya yaitu Mas Ida Rosdiaman (Dida).  Berkat Mas Dida lah, saya banyak belajar bagaimana menjalankan tugas sebagai ajudan yang profesional. Sejak itulah saya mulai dekat dengan Prof. Dr. Haryono Suyono dan keluarganya, terutama dengan Ibu Astuty Haryono.

Tidak sedikit kegiatan pemerintahan yang melibatkan Ibu Astuty Haryono sebagai isteri menteri maupun sebagai isteri Kepala BKKBN. Seperti menghadiri Upacara Kenegaraan, baik itu di Istana Negara maupun di luar Istana Negara, termasuk juga berbagai kegiatan lainnya di luar kota, Ibu Astuty Haryono selalu mendampingi Bapak dalam melaksanakan tugas negara. Selama kunjungan ke daerah, Ibu Astuty selalu perhatian dengan siapa saja dan tidak bosan-bosan mengingatkan saya untuk memberikan tips, baik itu kepada petugas hotel, supir maupun para pengawal, termasuk diantaranya, polisi dan petugas protokol serta orang-orang yang dianggap membantu pelaksanaan kegiatan di daerah. Beliau selalu pesan “Mas Mul jangan lupa diopeni orang-orang itu ya”, bisik Ibu Astuty kepada saya. Ibu Astuty adalah orang yang suka berbagi, terutama perhatian kepada orang kecil. Bukan dilihat dari besarnya jumlah uang atau harga barang yang dibagi, melainkan perhatian dan selalu berbagi itu menjadi tujuan utama beliau, bahkan kebiasaan seperti itu sampai saat ini pun tetap saya lanjutkan bila saya mendampingi Pak Haryono ke daerah, semua itu adalah pesan Ibu Astuty kepada saya, agar selalu terus-menerus untuk berbagi terutama dengan orang-orang yang dekat dan sering membantu kegiatan Pak Haryono. Saya yakin Ibu Astuty akan selalu tersenyum bila hal itu terus dilakukan.

Memang sebagian tugas saya adalah mengawal beliau berdua, menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Selain itu, tugas utama saya adalah menjembatani orang-orang yang ingin menghadap atau bersilatuhmi dengan Pak Haryono Suyono. Ibu Astuty sadar betul, bahwa Bapak Haryono bukan hanya milik Ibu Astuty dan keluarga semata, melainkan Pak Haryono adalah milik seluruh Rakyat Indonesia, milik masyarakat dan milik negara. Semua orang merasa memiliki yang namanya Pak Haryono Suyono. Itulah sebabnya, Ibu Astuty tidak merasa keberatan bila beliau sering ditinggal Bapak ke luar kota atau ke tempat lain demi kepentingan orang banyak.

Saat Pak Haryono menjabat sebagai menteri, bila ada kegiatan di luar kantor, baik itu rapat tingkat menteri atau kegiatan lainnya dan waktu kegiatannya dimulai pagi hari, saya pagi-pagi sudah datang ke rumah beliau, dan itu terjadi hampir setiap hari. Saat pagi-pagi seperti itulah Ibu Astuty Haryono selalu menyapa saya dengan penuh kehangatan. Ibu selalu menyapa dengan kata-kata yang menyejukkan hati “ Mas Mul sehat ya, gimana kabar isteri dan anakmu”, seraya menawarkan sarapan pagi. Bila kebetulan Pak Haryono mau sarapan, Ibu selalu meminta saya untuk menemani Bapak sarapan pagi. Bila saya sudah saparan di rumah, beliau dengan cepat dan tanggap menyuruh pembantu rumah tangganya untuk menyiapkan secangkir kopi buat saya. Hal itu berlangsung sampai bertahun-tahun, bahkan saat Bapak tidak lagi menjabat sebagai pejabat tinggi negara pun, kebiasaan dan perhatian Ibu Astuty kepada saya tetap saja dan tidak berubah.

Sejak pensiun dari menteri, sebagai tokoh bangsa dan orang yang dicintai banyak orang, Pak Haryono tetap saja sibuk dan tidak mau berhenti untuk berkarya, membantu pemerintah dan masyarakat melalui berbagai kegiatan yayasan yang beliau pimpin, yaitu Yayasan Damandiri yang sejak didirikan pada tahun 1996 bersama para pendiri lainnya, yaitu Bapak HM Soeharto, Bapak Sudwikatmono dan Bapak Soedono Salim. Permintaan orang-orang daerah untuk mendatangkan Pak Haryono sungguh luar biasa dan hampir tanpa henti. Banyak di antara mereka yang memohon pengarahan dan bimbingan serta masukkan bagaimana menjalankan tugas khususnya dalam proses pemberdayaan keluarga dan masyarakat. Kegiatan di luar kota luar biasa banyaknya, sehingga Ibu Astuty sering ditinggal di rumah sendirian. Putra-putri beliau semuanya sudah berkeluarga dan telah memiliki rumah masing-masing dan kesibukan masing-masing, sehingga bila Pak Haryono ke daerah, ibu Astuty merasa kesepian dan hanya ditemani cucu, cicit serta pembantu rumah tangga. Meskipun demikian Ibu Astuty juga memiliki banyak kegiatan, baik itu belanja ke pasar-pasar tradisional maupun memelihara kebun yang banyak sekali aneka tanaman dan buah-buahan. Setiap tahun, terutama menjelang Hari Lebaran Idul Fitri, beliau selalu memberikan pakaian kepada orang-orang yang membutuhkan. Biasanya beliau belanja sendiri di Pasar Tanah Abang atau pun di Pasar Jatinegara. Kebiasaan membagi itulah yang menjadi hobi dari ibu Astuty Haryono.

Seperti kebiasaan sebelum beristirahat malam, Ibu Astuty selalu menelpon Bapak bila Bapak ada di daerah. Pada saat Ibu Astuty menelpon Bapak dan tidak diangkat, beliau pasti menelpon saya dan menanyakan “Mas Mul gimana kondisi Bapak “. Diakhir pembicaraan via telpon beliau selalu menyampaikan permintaannya kepada saya dengan kata-kata yang mengharukan “Titip Bapak ya Mas Mul, tolong dijaga Bapak”. Kata-kata itu sering beliau sampaikan kepada saya, baik itu melalui telpon, maupun saat pagi-pagi di rumah sebelum melakuan aktifitas. Kata-kata” Jaga dan titip Bapak” itu merupakan amanah beliau yang selalu saya pegang dan laksanakan dengan sebaik-baiknya. Ibu Astuty tahu persis, bahwa Bapak adalah milik banyak orang, untuk itu Ibu Astuty tidak ingin Bapak sakit atau kondisinya menurun, sehingga setiap pagi sambil sarapan beliau selalu menyiapkan jus buah dicampur dengan madu. Sampai saat ini saya tidak tahu jus buah apa saja yang dicampur dengan madu tersebut. Menurut beliau, jus buah dicampur madu itu merupakan minuman untuk menjaga stamina, kesehatan dan daya tahan tubuh yang sangat bagus buat Bapak. Bila ada tamu ke rumah, terutama pada pagi hari, ibu Astuty selalu menyampaikan resep sehat dengan Jus buah dicampur madu.

Di mata banyak orang, Ibu Astuty dikenal sebagai orang yang selalu melemparkan senyum manisnya kepada semua orang setiap kali bertemu, dengan siapa saja tanpa pandang status sosialnya. Apalagi saat beliau memberikan pengarahan atau sambutan dalam acara tertentu, pengarahnya selalu membuat hati tenang, sejuk dan memberikan semangat yang luar biasa. Banyak orang yang merasa bahwa Ibu Astuty merupakan sosok Ibu yang pengayom dan pemerhati, tidak seperti isteri pejabat tinggi negara pada umumnya. Bila mana ada acara pertemuan di rumah, beliau tidak ingin mengecewakan, untuk itu beliau selalu “cawe-cawe” atau turun tangan langsung menyiapkan dan mengecek segala sesuatu termasuk di antaranya persiapan makanan dan minuman yang akan dihidangkan kepada tamunya.

Saat ini banyak orang yang merasa kehilangan sosok Ibu pengayom dan pemberhati sesama serta murah senyum, Ibu Astuty Haryono Suyono, yang pada hari Minggu, 7 Juni 2020 lalu telah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan beliau meninggalkan kita semua untuk selamanya. Meskipun beliau telah tiada, namun kebaikan, jasa dan segala sesuatu yang baik dari beliau akan selalu dikenang oleh banyak orang. Selamat jalan Ibu Astuty Haryono, tenang dan damai berada di sisi-Nya.

 

Mulyono PrawiroComment