Persamaan Perlakuan dan Kesetaraan Umat Manusia

Catatan Aam Bastaman

Catatan Aam Bastaman

Dalam Al Quran manusia yang paling mulia di sisi Allah tidak mengacu ke kelompok ras atau bangsa tertentu, juga tidak mengacu ke warna kulit tertentu, namun yang paling takwa.

Nabi Muhammad juga menyampaikan bahwa tidak ada bangsa atau ras yang melebihi/di atas ras atau bangsa lain. Islam mengajarkan kesetaraan - inilah salah satu keindahan ajaran Islam. Nabi Muhammad mengutuk rasialisme. Nabi secara tegas menyatakan semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa. Orang Arab tidak lebih unggul dibandingkan non Arab. dan orang non Arab tidak lebih unggul dari orang Arab. Begitu pula, orang Kulit Putih tidak lebih unggul dari orang Kulit Hitam, dan Kulit Hitam tidak lebih unggul dari orang Kulit Putih, kecuali atas sikap dan perbuatan baik. Ajaran Nabi Muhammad telah menginspirasi seluruh umat manusia untuk memperjuangkan kesetaraan ras dan keadilan bagi semua orang.

Rasialisme meskipun masih terjadi, namun tidak ada tempat dalam kemanusiaan yang beradab. Jaman penjajahan/kolonialisme Kulit Putih atas ras Non Kulit Putih memang terjadi rasialisme yang tinggi, begitu pula di jaman perbudakan, tentunya, sampai akhirya dihapus secara universal di muka bumi. Meskipun disayangkan memunculkan jenis perbudakan baru - eksploitasi dan pergadagangan manusia.

Penghapusan perbudakan dan rasialisme tidak secara otomatis banyak negara yang sempat mengusung kebijakan diskriminasi (dominasi Kulit Putih) lebih terbuka dan memperlakukan sama warga negaranya. Bahkan beberapa negara sempat “terjebak” ke dalam praktek pengagungan rasnya (Kulit Putih) secara berkelanjutan - for white only. Sampai akhirnya mereka menyadari mereka keliru. Ada satu negara mayoritas kulit putih yang menyampaikan secara terbuka, “the land is right now, not for white (only)”. Namun Amerika Serikat, yang katanya negara kampiun demokrasi, tanah impian bagi banyak orang masih tidak atau belum bisa lepas dari bayang-bayang rasialisme.

Dengan perkembangan teknologi informasi yang luar biasa, telah merubah pola transportasi dan komunikasi semakin cepat dan terbuka. Internet telah merubah banyak hal. Globalisasi telah membuat jarak dan hubungan antar negara dan wilayah semakin dekat dan cepat. Dunia informasipun semakin terbuka. Duniapun memerlukan kebutuhan baru - kolaborasi, yang mensyaratkan persamaan perlakuan dan kesetaraan..

Kemunculan negara-negara maju baru, yang umumnya berasal dari Asia, seperti 4 macan Asia: Singapura, Taiwan, Korea Selatan, “Hong Kong”, disamping Jepang yang sudah mendahului, dan juga kemunculan negera-negara emerging market, seperti: Indonesia, Turkey, Malaysia, India, Cina, dan Brazil, telah menciptakan orang-orang kaya baru - the crazy rich di luar Barat. Kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi tidak lagi menjadi monopoli Barat atau “Kulit Putih”.

Pertumbuhan Cina yang sangat cepat dan juga negara-negara Asia lainnya, serta meredupnya perekonomian Eropa, plus berkurangnya peran Amerika Serikat sebagai “polisi dunia”, menciptakan keseimbangan baru dan optimisme negara-negara Asia bahwa masa depan akan menjadi milik Asia juga.

Kemakmuran Asia meskipun belum merata telah melahirkan tata pergaulan dunia baru yang semakin terbuka dan inklusif. Pandangan bangsa Barat sebagai bangsa unggul telah semakin basi. Barat semakin menyadari dan mengakui kemampuan dan pertumbuhan Asia yang luar biasa. Meskipun pandemi Covid-19 juga memunculkan pertanyaan baru, mengenai daya tahan bangsa-bangsa menghadapi musuh yang tidak kelihatan ini.

Jadi, cara melawan rasialisme yang paling efektif adalah dengan membangun kekuatasn terutama ekonomi, untuk mencapai kemakmuran. Tidak akan ada bangsa yang melecehkan bangsa yang sudah berjuang dan menjadi makmur.

Mungkin sudah hukum alam, kehidupan berputar terus, kejayaan bangsa Kulit Putih (Barat/Eropa) sudah semakin memudar, namun bangsa-bangsa non Kulit Putih (non Barat) yang sudah bangkit, juga jangan terjebak ke dalam rasialisme baru, dengan angkuh mengatakan bangsanya yang lebih unggul dan melecehkan bangsa lain. Harus konsisten dalam persamaan perlakuan dan kesetaraan, karena rasialisme bisa terjadi dimana-mana.

Apa yang disampaikan Nabi Muhammad menjadi pembelajaran semua bangsa. manusia harus hidup dalam kesetaraan. Kalapun harus berlomba-lomba tentu berlomba-lomba dalam kebaikan dan kemajuan.

(Aam Bastaman, Uni Trilogi). Penulis.

Aam BastamanComment