Desa Bhuana Jaya Kembangkan Madu Kelulut

kelulut.jpg

Gedhe Nusantara, Tim Kerja Kementerian Desa PDTT melaporkan dari Kutai Kartanegara tentang Ladang Ternak Kelulut di Desa Bhuana Jaya. Ratusan kotak rumah lebah tersebar di tempat ini. Dari ratusan kotak ini para pengunjung dapat menikmati madu asli secara langsung. Pengelola ladang ternak kelulut juga menyediakan madu asli dalam kemasan sebagai oleh-oleh.

Desa Bhuana Jaya terletak di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Ladang ternak Kelulut dikelola oleh Suwondo, pegiat pemberdayaan masyarakat sekaligus sekretaris desa setempat. Pada 2016, Suwondo mengembangkan ladang kelulut sebagai sarana edukasi bagi masyarakat, pelajar, serta mahasiswa mengenai budidaya dan produksi madu alami.

Suwondo mengembangkan budidaya lebah kelulut setelah melihat tayangan serial kartun anak-anak di televisi. Saat dirinya ke kebun, dia menemukan satu indukan (koloni) lebah kelulut di pohon. Lalu, dia pindahkan koloni itu didekat rumahnya. Tak puas dengan satu koloni, Suwondo mencari indukan lainnya di area kebun lainnya hingga berjumlah empat koloni.

Berbekal dari sedikit pengetahuan dan keinginan membudidayakan, dia kemudian mencari referensi dari berbagai sumber, terutama memanfaatkan jaringan internet yang sudah ada di desanya, sehingga dari berbagai pengetahuan awal itu ia terapkan beternak kelulut di kebun belakang rumahnya. Berkat kreativitas dan ketekunannya, kini di Ladang ternak kelulut sudah ada ratusan rumah koloni, bahkan jenisnya ada tiga macam. Budidaya lebah kelulut cukup mudah, terlebih jenis lebah ini tidak menyengat.

Khasiat madu kelulut juga sangat baik, tak jauh beda dengan madu pada umumnya. Kini, Suwondo rutin memanen madu setiap tiga bulan atau empat kali panen dalam setahun. Setiap koloni mampu menghasilkan madu antara 350 gram hingga 500 gram. Hasil panen yang variatif disebabkan karena produktivitas madu bergantung pada banyaknya asupan nektar yang terkandung dalam bunga. Semakin banyak bunga di sekitar lebah, maka nektar yang menjadi pakan utama akan semakin banyak sehingga lebah juga banyak menghasilkan madu.

Dia menjelaskan produksi madu maksimal saat musim kemarau karena banyak bunga yang mekar sehingga nektar tersedia juga banyak di sekelilingnya, sedangkan musim penghujan banyak bunga yang sudah jadi buah sehingga jumlah bunga berkurang. Untuk mengantisipasi jangan sampai lebah kekurangan nektar, dia memelihara tanaman rambat yang menghasilkan bunga sepanjang tahun, termasuk pohon penghasil bunga dan buah sepanjang tahun seperti belimbing, nangka, dan jambu, karena sumber pakan lebah berasal dari semua jenis tanaman penghasil nektar, polen dan resin tanaman.

Untuk pemasaran, Suwondo lebih banyak memanfaatkan online marketing, terutama sosial media. Konsumen madu tak hanya berasal dari Kutai Kartanegara, tapi juga tersebar Pulau Jawa. Hingga kini, Suwondo mengaku masih kewalahan dan belum mampu memenuhi permintaan pasar.

Madu murni yang dipanen langsung dimasukkan dalam botol ukuran 350 cc dibandrol dengan harga Rp 300 ribu perbotol. Sedangkan hasil panen dari semua koloni yang dimiliki mampu memproduksi sekitar 6 liter pertiga bulan, sehingga dia memperoleh keuntungan sekitar Rp 6 juta setiap kali panen.