Desa Citengah Lestari dengan Pariwisata
Gedhe Nusantara dari Tim Kerja Kementerian Desa PDTT melaporkan bahwa disekeliling Sungai Cihonje, Citengah, dan Citundun, Desa Citengah subur dan banyak mata air. Wilayah itu dikaruniai pemandangan alam yang memesona berupa hutan pinus dan sejumlah air terjun. Ditambah keberadaan sejumlah situs bersejarah, lengkaplah kekuatan Citengah di bidang pariwisata. Aparat dan warga desa pun fokus menjadikan Citengah sebagai desa wisata. Pagi-pagi kantor Desa Citengah di Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sudah berdenyut. Aparat desa berdatangan untuk bekerja melayani publik.
Di seberang kantor desa ada kios tempat fotokopi dan penjualan alat tulis kantor yang masih tutup. Namun, tak berapa lama kemudian, Deni Safrudin Koswara (32), Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karya Mukti Desa Citengah, datang dan membuka kios. Kios tersebut adalah unit bisnis rintisan BUMDes mulai tahun 2017. Namun, menurut Deni, unit ini kurang menguntungkan karena potensi desa tersebut adalah pariwisata. Umumnya alat tulis kantor lebih banyak dibutuhkan di kota. Sementara di desa yang berada di pelosok itu, alat tulis kantor tidak terlalu diperlukan. Karena unit penjualan alat tulis kantor tidak menghasilkan keuntungan, tahun 2018 pengelola BUMDes mulai mengembangkan jasa pengelolaan parkir wisata, pengamanan kebun teh dan getah pinus.
Menurut Direktur Bumdes, Unit bisnis ini dalam persiapan dilelang. Pengurus lebih fokus pada mengembangkan unit bisnis di sektor pariwisata. BUMDes yang didirikan tahun 2016 itu mendapat dukungan dana desa Rp 32 juta. Pada 2018, kembali mendapat kucuran dana desa Rp 100 juta.
Di daerah wisata, pengelolaan parkir dan jasa pengamanan dipandang potensial mengingat di desa yang terletak 86 kilometer (km) dari Kota Bandung ini terdapat sejumlah obyek wisata dan restoran yang dikelola pihak swasta serta kebun teh. Pada akhir pekan, kunjungan wisatawan relatif tinggi ke desa ini. Sedikitnya 1.000 pengunjung dari beberapa daerah datang. Mereka umumnya menggunakan kendaraan bermotor sehingga pengelolaan parkir dinilai potensial.
Salah satu destinasi wisata yang menjadi ikon Desa Citengah adalah Curug Gorobog, yang berjarak sekitar 4 km dari kantor desa. Curug ini terdiri atas tiga tingkat air terjun, dan dikenal juga sebagai tempat untuk uji kedigdayaan atau kesaktian. Obyek wisata ini secara administratif berada dalam kewenangan Perum Perhutani, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jabar, dan Pemerintah Desa Citengah. Di Citengah terdapat pula perkebunan teh, yaitu di Dusun Cisoka yang berada di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut dan di kawasan Margawindu. Luas seluruh kebun teh 146 hektar.
Jasa pengamanan kebun teh guna mengantisipasi pencurian melibatkan warga setempat sebanyak 15 orang. Pihak BUMDes juga membuka jasa penyewaan mobil dan sound system. Dari berbagai usaha jasa yang dibuka hingga kini sudah menghasilkan pendapatan sekitar Rp 30 juta. Saat ini manajemen BUMDes masih terus dibenahi agar lebih baik, terutama untuk pengelolaan unit-unit bisnis agar lebih fokus. Diharapkan PADes (pendapatan asli desa) juga akan meningkat.
Pihak BUMDes juga akan membuka jasa kebersihan lingkungan dan keamanan jalan. Dengan demikian, lingkungan obyek-obyek wisata yang dikelola swasta itu terjaga kebersihannya. Pihak pengelola obyek wisata, seperti Kampung Karuhun, tidak perlu repot mengurus perparkiran ataupun kebersihan di luar kompleks.
Saat ini pihak BUMDes sedang dalam perencanaan pembangunan terminal yang mengambil lahan tanah milik desa seluas satu hektar. Terminal tersebut salah satunya untuk mengurangi kemacetan lalu lintas ketika padat kunjungan arus wisatawan. Di terminal yang letaknya berdampingan dengan Sungai Cihonje, selain tempat parkir, juga akan dibangun sejumlah wahana, misalnya wisata air seperti arung jeram. Kepala Desa Citengah Otong Sumarna mengatakan, tahun ini, dari total dana desa Rp 1,4 miliar, sebagian akan dialokasikan untuk pembangunan terminal sebesar Rp 247 juta.
Dukungan dari dana desa ini untuk pembebasan lahan di sekitar terminal, terutama untuk akses jalan. Pembiayaan tidak meminta bantuan dari APBD kabupaten agar ini benar-benar menjadi aset dan dikelola BUMDes. Pihak BUMDes juga merencanakan menata sejumlah kawasan yang potensial untuk menjadi destinasi wisata baru di Citengah. Penataan tersebut mencakup beberapa situs peninggalan masa Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Hindia Timur Belanda. Ada bekas jalan delman di Dusun Cisoka, juga semacam rel lori untuk mengangkut komoditas teh di kawasan hutan Kareumbi. Pohon teh tua di dalam hutan ini masih ada dan tinggi-tinggi.
Penataan kawasan untuk destinasi wisata menggembirakan Adim (54), warga Dusun Cisoka. Makin banyak wisatawan datang berarti makin banyak rezeki untuk warga desa. Di sini memang ada sejumlah peninggalan kolonial Belanda, tetapi belum banyak masyarakat yang mengetahui. Pohon-pohon teh tua yang tinggi-tinggi juga masih ada di dalam hutan. Di sini juga ada tempat yang diyakini sebagai petilasan Ratu Pantai Selatan Nyi Roro Kidul. Dengan penataan kawasan wisata, diharapkan Cisoka makin luas dikenal dan banyak dikunjungi wisatawan. Dstinasi barudi Citengah terdapat makam para ulama, pendiri Citengah, dan nenek moyang raja-raja Sumedang, yang berpotensi menjadi destinasi wisata ziarah atau sejarah.
Sebanyak 23 curug yang belum terkenal akan ditata. Prioritasnya adalah curug yang letaknya relatif dekat dengan kantor desa, 4-7 km, yakni Curug Kencana, Curug Cimencek, dan Curug Pasir Heulang. Kawasan Curug Kencana akan dijadikan destinasi wisata budaya. Di tempat itu akan dibangun wahana edukasi permainan anak tradisional, antara lain panahan, egrang, dan gatrik.