Membangun "Village Branding", Mengembangkan Pariwisata Desa
Seperti halnya perkotaan, desa-desa, terutama desa-desa yang mulai fokus sebagai destinasi desa wisata, saat ini berkompetisi untuk membuat nama baik dan citra desanya menjadi lebih unggul, desanya terlihat lebih mempesona, sehingga bisa menarik lebih banyak wisatawan, atau investor, bahkan menarik kaum terpelajarnya untuk tetap nyaman tinggal di desanya dan bekerja membangun desanya dengan penuh gairah dan rasa cinta.
Desa-desa wisata perlu membangun “branding” desanya. Bukan hanya city branding, atau country branding, desa juga perlu melakukan village branding. Seperti halnya pada city branding, country branding atapun place branding pada umumnya, village branding merupakan serangkaian upaya untuk membuat suatu desa menjadi lebih menarik, lebih kelihatan memiliki keunggulan yang berbeda (distinctive), yang unik dan khas, dengan identitas yang kuat, sehingga bisa menmpilkan pesonanya sendiri. Branding seperti halnya untuk merek barang yang tangible ataupun jasa pada dasarnya untuk menciptakan ikatan atau hubungan emosional (to create an emotional connection) dengan target pasar dan para pemangku kepentingan lainnya.
Fokus untuk menggali keunggulan tersebut dalam rangka mendapatkan keunggulan kompetitif, suatu keunggulan yang memiliki nilai superior, berbeda, yang hanya dimiliki oleh segelintir desa, kalau bisa hanya satu-satunya, tidak dimiliki desa-desa lain. Keunggulan tersebut kemudian bisa menjadi kompetensi inti (core competence) desa tersebut yang menjadi ciri khas, pembeda dan memiliki daya tarik kuat bagi target pasar eksternal (wisatawan, investor) maupun internal (warga dan komunitasnya) atau bahkan menaikkan posisi tawar, citra positif, atau untuk membuat para kaum terpelajar yang dimiliki desa tetap betah dan mau membangun desanya sendiri. Village branding yang berhasil bisa meningkatkan citra dan reputasi desa menjadi lebih positif, desa menjadi lebih atraktif, unggul, lebih dihargai stakeholders. bahkan disukai dan dikagumi masyarakat luas.
Suatu desa tidak memiliki semuanya, tapi biasanya ada karakteristik yang khas yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh desa lain. Upaya menggali dan membangun daya tarik desa ini juga merupakan bagian dari village branding. Bisa jadi ada desa yang unggul dan berbeda karena seni budayanya yang khas, atau panorama alamnya yang indah dan unik, atau kelezatan kulinernya, atau karena atraksi kemasan program wisatanya, atau bahkan karena adat istiadat masyarakatnya yang khas, autentik dan unik, sehingga mempesona.
Dari beberapa desa wisata terkemuka di tanah Air, bisa kelihatan perbedaan karakteristik, perbedaan modal dasar sehingga memiliki identitas kuat, yang membedakan satu dengan lainnya, namun memiliki daya tariknya masing-masing, karena unik, beda, khas, menarik. Ada nila-nilai autentik, nilai-nilai keaslian yang hanya dimiliki oleh alam ataupun komunitas di desa tersebut.
Sebut saja, Desa Wisata Sungai Nyalo yang terletak di Koto XI, Tarusan, Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Desa wisata ini adalah desa adat yang berbentuk nagari yang dikenal sebagai Kawasan Mandeh Painan. Desa wisata ini memiliki pesisir pantai dan bukit yang cantik mempesona dan menjadi andalan desa ini. Selain panorama indah Bukit Mandeh yang menawarkan pemandangan batu-batu berbentuk pulau, juga terdapat Pantai Carocok yang terkenal dengan Pulau Cubadak-nya yang masih sangat asri dan alami. Daya tariknya gabungan antara keelokan alam dan kekhasan budayanya.
Kemudian Desa Wisata Taman Sari yang berada di kawasan Gunung Ijen di Kecamatan Licin yang terkenal dengan wisata alamnya, Desa wisata ini diapit oleh Kampung Penambang, Kampung Bunga, dan Kampung Susu, merupakan salah satu Desa Wisata Terbaik Di Indonesia sejak pertengahan tahun 2016. Selain dapat menikmati panorama indah kawah Gunung Ijen dengan "Blue Fire" nya, Integrasi keunikan budaya di tiga kampung di Taman Sari dengan keunikan budaya masyarakat Osing. Osing merupakan suku asli di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Desa wisata ini juga memiliki keunggulan pesona alam gunung dan budayanya yang khas.
Desa Wisata Pujon Kidul, terkenal karena perpaduan gunung dan sawah . Dinaungi rumah Kampung Lestari, kegiatan argobisnis yang dilakukan penduduk desa menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu di desa wisata ini terdapat dusun pengelola susu sapi, budidaya tanaman obat keluarga hingga perkebunan seperti perkebunan markisa, apel dan jambu. Desa ini memiliki keunggulan panorama alam yang khas dan perkebunan.
Selanjutnya, Desa Ubud di Kabupaten Gianyar, Bali, memiliki keunggulan panorama alamnya yang khas, seperti pesawhan dan keindahan budaya ubud yang mempesona, beserta keunikan budaya masyarakatnya yang khas.
Desa Wisata Kasongan, Bantul Yogyakarta, dengan industri Gerabahnya yang mempunyai sejarah panjang dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17. Desa wisata ini sekarang menjadi rumah bagi lebih 400 UKM, dulunya merupakan tempat Kundi atau Gundi yaitu para pembuat kendi, kuali dan semua jenis peralatan dapur yang terbuat dari bahan tanah liat.
Lain lagi dengan Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki Unggul Ponggok, suatu tempat berbentuk kolam alami yang menarik, sehingga dikenal sebagai tempat belajar bagi para penyelam pemula. Wisata air alami menjadi andalan desa ini.
Dengan demikian village branding bisa dilakukan dengan menggali keunikan, kekhasan dan keotentikan, sehingga bisa menjadi identitas (jati diri) desa yang kuat dan menjadi pembeda dengan desa-desa lainnya. Kemampuan menggali, membangun dan mempertahankan keunggulan dan keunikan tersebut bisa menjadi kompetensi inti desa. Jika dikemas secara baik, bisa menjadi desa yang superior, unggul, sesuai dengan kekayaan sumber daya alam, budaya yang dimiliki ataupun kreatifitas masyarakatnya.
(Aam Bastaman)
Foto-foro: Istimewa (dari sumber open access)