Strategi Keenam Bekerja Berbasis Keluarga

kedua1.jpg

Pada Strategi Kelima, kita mulai bicara tentang Bekerja berbasis rumah, dalam pengertian “Work From Home” yang dicanangkan banyak kalangan. Dalam pengertian pelakunya, bekerja dari rumah atau sekitar rumah itu adalah anjuran pengembangan bekerja dengan pelaku intinya anggota keluarga, yaitu suami, istri, anak-anak yang sudah siap bekerja dan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah. Inti dari usaha itu adalah bahwa semua anggota keluarga tidak keluar rumah dan bekerja atau mengerjakan suatu bentuk usaha, “Family Based Business“. Pengembangan “Usaha berbasis keluarga” itu pernah menjadi basis pengembangan keluarga sejahtera yang diterapkan pada sekitar 40.000 desa yang dianggap bukan desa tertinggal dalam upaya pengentasan kemiskinan di tahun 1990-an. Seperti diketahui, upaya ini bersama dengan upaya penggarapan Desa tertinggal dengan program IDT berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dari sekitar 70 persen di tahun 1970, menjadi 30 persen di tahun 1990-an dan menjadi sekitar 11 persen pada tahun 1997 sehingga Indonesia memperoleh penghargaan PBB pada tahun itu.

Konsep itu secara tahap demi tahap mengurangi bantuan kepada keluarga prasejahtera atau keluarga miskin yang secara pasif menerima bantuan hibah menjadi keluarga yang dibantu dengan tabungan sebagai modal hidup mandiri.  Konsepnya menurut pengalaman sebelumnya, yaitu secara sederhana setiap keluarga prasejahtera diberi tabungan awal sebesar US$ 1.00, pada waktu itu sebesar Rp. 2.000,-, sebagai Pabungan Keluarga Sejahtera (Takesra) bersama sebuah Buku Tabungan yang dikeluarkan oleh Bank BNI. Kepada yang menerima bantuan tabungan sebesar Rp. 2.000,- diberi kesempatan meminjam sebesar sepuluh kali jumlah tabungan yang dimilikinya, atau pertama kalai pinjaman sebesar Rp. 20.000,-, sebagai Kredit Keluarga Sejahtera. Dari kredit itu sebesar 10 persen diserahkan kembali kepada Bank sebagai tambahan tabungan, sehingga besar tabungannya menjadi Rp. 4.000,-.  

Apabila pinjaman kredit Kukesra sebesar Rp. 20.000,- sudah lunas, keluarga peminjam itu bisa meminjam kembali sebesar sepuluh kali tabungannya yang sudah naik menjadi Rp. 4.000,- sehingga pinjaman baru menjadi Rp. 40.000,-. Dari jumlah pinjaman itu sepuluh persen dikembalikan untuk menambah isi tabungan yang kemudian dari Rp. 4.000,- ditambah Rp. 4.000,- menjadi Rp. 8.000,--. Penerima kredit menerima sejumlah Rp. 40.000,- di kurangi Rp. Rp. 4.000,- menjadi Rp. 36.000,-. Dana itu bisa digunakan sebagai modal usaha oleh keluarga yang bersangkutan untuk mulai usaha ekonomi keluarga seperti jualan nasi pecel atau usaha kecil lain yang bisa dikerjakannya bersama anggota keluarga di rumahnya.

Takesra.jpeg

Pada awal tahun 1990-an, bagi suatu keluarga dana itu cukup besar. Tetapi kalau dianggap kurang, beberapa keluaga bisa bergabung sehingga bersama dana keluarga lain, dua atau tiga keluarga bisa bersama-sama membangun usaha bersama untuk memproduksi dan menjual dagangannya yang dikerjakan dalam usaha dari dua keluarga, tiga keluarga, atau bahkan lima keluarga yang saling berdekatan tempat tinggalnya seperti sekarang dianjurkan untuk tinggal di rumah. Pada waktu itu Kelompok PKK menjadi pemersatu dari keluarga yang ada di desa tersebut.

Pada awal tahun 1994, jumlah keluarga miskin yang menerima Buku Tabungan Takesra sebanyak 13,6 juta keluarga prasejahtera dan yang menerima kredit Kukesra sudah mencapai sekitar 11.3 juta keluarga dengan jumlah kredit bervariasi sampai ada yang menerima kredit tahapan ketiga atau keempat. Organisasi masyarakat seperti PKK, mahasiswa KKN dan aparat BKKBN bertugas melakukan pelatihan kerja atau membantu keluarga miskin membangun usaha di desanya. Dana yang mereka pinjam sebagai modal pemberdayaan keluarga melalui usaha ekonomi sederhana. Ada keluarga yang bergabung dalam jumlah dua, tiga, empat atau lima keluarga dengan pilihan usaha bersama. Ada pula yang bergabung usaha dalam satu kampung dengan modal bersama pinjaman Kukesra yang dikumpulkan antar anggota.

Untuk membagikan dana sumbangan tabungan pertama bagi tiap keluarga sebesar US 1.00 atau Rp. 2.000,- itu, Bank BNI memerlukan waktu satu tahun karena kediaman keluarga miskin yang berpencar-pencar. Lebih lanjut dari tu, keluarga yang memiliki usaha bersama tidak dilarang menerima bantuan alat-alat untuk usahanya dari lembaga sosial atau dari suatu Departemen yang selalu memberikan bantuan seperti itu kepada usaha yang dikelola dalam masyarakat antar keluarga yang bersatu dalam kelompok dengan modal pinjaman Kukesra itu.

kesawah2.jpg

Program itu mengandung pelajaran bahwa keluarga miskin tidak harus terus menerus menerima hibah atau charity atau pemberian bantuan gratis, tetapi mendapatkan bantuan pemberdayaan keluarga secara sistematis. Lebih dari itu, kepada keluarga miskin bebas mengikuti kursus ketrampilan yang ada hubungannya dengan jenis usaha yang digelutinya. Karena mereka banyak mengadakan usaha bersama, maka mereka membentuk Kelompok Usaha di desa dalam bentuk Kelompok Keluarga Sejahtera atau bahkan ada yang berkembang menjadi Koperasi di desa yang tetap hidup subur sampai sekarang. Ada pula yang mengembangkannya dalam Kelompok Posdaya di Desa sampai sekarang, atau bahkan ada yang menggabungkannya dalam Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes yang akhir-akhir ini diprakarsai oleh Program Presiden Jokowi melalui Pembangunan Desa dan Masyarakat Desa dengan Dana Desa yang dikucurkan ke desa secara langsung.

Bagi saudara kita yang bekerjanya tidak di kantor, misalnya melayani rumah makan, maka bagi keluarga prasejahtera atau keluarga miskin bisa mendapatkan sumbangan tabungan sebagai agunan untuk modal yang dapat dipinjam dari Bank sebagai Modal Bisnis yang dikerjakan di rumah, sebagai “rumah makan”. Model rumah makan itu bukan mengundang para tamu, tetapi dalam sistem dewasa ini, Restoran yang mengantar makanan yang dibutuhkan masyarakat luas yang membutuhkan. Bedanya dibanding rumah makan masa lalu adalah bahwa sekarang konsumen tidak datang tetapi rumah makan aktif mengatar makanan kepada konsumennya.   Makanan kebutuhan konsumen “diantar” ke rumah yang kemudian disajikan oleh keluarga konsumen seakan masakannya sendiri, suatu model yang sangat cocok dengan situasi anjuran tetap tinggal di rumah.  

Kalau usahanya industri kecil seperti dilaksanakan oleh Ibu Yuly di Bekasi yang memiliki binaan keluarga penyandang cacat dan mesin jahit otomatis lebih dari 70 buah, dewasa ini produksinya adalah Masker tutup hidung dan mulut. Sebelum jaman Virus Corona usahanya membuat sarung tangan dan jilbab, sekarang memproduksi puluhan ribu tutup hidung dan mulut. Pelanggannya tidak datang ke pabriknya di satu rumah atau di rumah-rumah yang terpisah, tetapi setiap pemesan mengirim pesanannya. Pesanan dilakukan melalui media sosial atau medsos kemudian hasil produksi dikirim, tidak diambil oleh pemesannya, sehingga tidak menimbulkan orang banyak yang datang ke suatu tempat, karena semuanya di lakukan dengan sistem digital modern yang satu dengan lainnya tidak perlu berhubungan. Suatu sistem industri, biarpun kecil, tetapi modern sehingga setiap pelaku, pemesan atau produsen, tetap tinggal di rumah.

Dalam hal pemerintah pusat atau pemerintah daerah memberikan bantuan, maka dana bantuan bisa menjadi modal untuk menambah tabungan awal agar setiap keluarga bisa meminjam dana dari bank yang lebih besar jumlahnya. Dengan demikian pinjaman berikutnya dari setiap Bank yang mendapat subsidi dari pemerintah sehingga tidak membebani bunga yang harus dibayar murah oleh keluarga miskin yang berhutang.

katuk.jpg

Work from home bisa dikembangkan menjadi “bekerja di sekitar rumah” yang bagi banyak keluarga di Indonesia bisa di artikan bahwa keluarga petani, seperti dilakukan oleh dr. Purwanto dari Banyuwangi yang mendirikan Rumah Transit di suatu desa terpencil, di mana penghuninya diajak bertani yang tetap produktif, menghasilkan dan tetap bekerja keras seperti penduduk lain dalam kondisi normal. Penduduk yang diisolasi tetap bekerja di sawah tidak jauh dari rumah isolasi, juga berati bekerja di sawah yang ada di sekitar rumah isolasi, kalau keluarga biasa bisa bekerja di sawah dengan pengertian bahwa yang bekerja di sawah tidak mendatangkan jumlah pekerja banyak yang berasal berbagai desa dan kedatangannya menempuh jarak jauh atau harus menggunakan berbagai media transportasi umum sehingga bisa membahayakan warga lain atau terkena kontaminasi yang sudah terkena Virus Corona. Usaha seperti ini bisa mendapatkan modal dari Bank dengan sistem bunga bersubsidi, dana tidak dibagikan secara mudah sebagai sumbangan charity bagi penerimanya yang non aktif seakan sedang liburan.

Untuk mengurangi risiko keluarga bekerja bersama-sama, setiap pekerja memelihara jarak, memakai masker agar mengurangi bahaya kalau di sekitar sawahnya lewat penduduk yang mengidap Virus. Berjaga karena menurut WHO, Virus bisa ditularkan lewat udara.

Dengan pembatasan satu keluarga bekerja di sawah atau di kebun masing-masing, sesungguhnya bekerja di sawah atau kebun sekitar rumah akan aman dan menghasilkan olahan pertanian yang menguntungkan serta tidak harus sebuah keluarga tergantung menerima bantuan dari pemerintah atau lembaga sosial lainnya. Bekerja bersama anggota keluarganya, misalnya adiknya, anaknya dan kerabat yang tinggal bersama dalam satu rumah, dalam lingkungan yang terbatas akan menolong rakyat banyak tidak mengambil “cuti menganggur” di rumah atau tidak produktif, tetapi seluruh keluarga yang bekerja di sekitar rumahnya tetap memberikan kontribusi positif.

Bekerja di rumah bisa diperluas  “Work Around the House”, “bekerja di sekitar rumah” sehingga berarti mengajak keluarga Indonesia yang sudah terlanjur pulang kampung bisa mengolah halaman rumah yang di desa biasanya cukup luas, dijadikan Kebun Bergizi diisi tanaman sayur dan atau tanaman lain yang bisa menghasilkan untuk jangka panjang. Kalau ini dianjurkan maka dengan sendirinya nilai gizi penduduk desa dan tamunya dalam waktu singkat bisa bertambah baik dan akhirnya akan meningkatkan daya tahan keluarga yang bersangkutan, atau tetap memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas.

Gerakan bekerja di sekitar rumah patut di sebar luaskan oleh berbagai Kementerian seperti Kementerian Pertanian, Perindustrian, Perdagangan  dan Kementerian Desa PDTT melalui media sosial, atau TVRI sebagai public service agar keluarga yang tinggal di rumah tidak frustasi tetapi bekerja di sekitar rumah, di sawah di sekitar rumah, atau melakukan “perdagangan terbatas” melayani keluarga di dekat rumahnya dengan keperluan sehari-hari dengan tetap memperhatikan keamanan yang tinggi melalui penjagaan jarak dan kebersihan yang diisyaratkan menggunakan tutup hidung dan mulut menjaga kontaminasi atau penularan Virus Corona.

Bagian lain dari usaha mengurangi keluarga meninggalkan rumah adalah dalam kelompok dasa atau panca wisma keluarga-keluarga yang berdekatan dan sehat, saling menitip belanja secara bergiliran kalau ingin ke pasar sehingga pasar tidak terlalu padat agar risiko setiap keluarga di kurangi karena bepergian mereka ke pasar juga berkurang. Keluarga yang “mewakili belanja” membawa daftar titipan keluarga lainnya sehingga setiap keluarga selalu memperoleh apa yang dipesankan.

Dengan memahami dan melaksanakan bagian-bagian penting dari Strategi Pertama, Kedua dan Ketiga yang keutuhannya sangat luas, dari awal, dalam proses dan pada bagian akhir sebagai dukungan konsolidasi, marilah kita bergerak dengan cepat dan terarah. Strategi Keenam ini merupakan usaha untuk meningkatkan dinamisasi atau kewajiban kerja bagi setiap keluarga yang tinggal di rumah dalam batas-batas pelaksanaan seluruh strategi yaitu menjamin masyarakat tetap maju, sehat dan ceria. Bagian penting dari Strategi Keenam adalah kesiapan keluarga yang bekerja menghindari serangan Virus Corona atau Covid-19 tetapi tetap produktif memelihara keluarganya maju dan mandiri. Yang utama adalah tinggal di rumah tetapi tetap produktif dengan perlindungan diri yang baik.

Pelaksanaan Strategi Keenam ini adalah bahwa setiap keluarga sehat akan tetap sehat dan tidak dihantui rasa takut atau cemas karena secara pribadi tetap melindungi dirinya, bekerja secara wajar tanpa harus bergaul dengan keluarga atau orang asing yang tidak diketahui latar belakang keadaan sebelumnya. Dukungan sehat datang dari keluarga yang diajak bekerja bersama karena berasal dari keluarganya sendiri yang tinggal satu rumah dan tidak pergi ke mana-mana sebelumnya, serta tetap menjaga jarak, juga dengan orang asing, keamanan pribadinya tetap terjaga penuh. Pedoman utamanya sekali sehat tetap sehat, suatu komitmen seluruh keluarga dan kita semua. Semoga dengan Ridho Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa kita semua berhasil dengan baik. Aamiin YRA.

 

Haryono SuyonoComment