Lomba Bikin Tutup Hidung dan Tingkah Laku Sehat
Pagi ini Konsultan Kesehatan Ibu Iin dari Madiun minta saya memberi komentar atas gagasan luar biasa mengadakan Lomba bagi anggota Kempung KB di suatu Desa di Madiun. Proposal yang dikembangkannya langsung saya baca dan secara spontan setelah saya beri sedikit koreksi salah ketik, saya kembalikan lewat email ke alamat yang diberikannya. Sungguh suatu propasal yang luar biasa datang dari seorang Konsultan lulusan S2 Magister Manajemen yang mendapat gemblengan dari Dosen Pembimbing yang barangkali juga luar biasa. Hanya kebetulan karena kita berada dalam suasana berkecamuknya Virus Covid-19 yang sedang marak, maka kalau menunggu pelaksanaan dari Proposal itu bisa jadi masyarakat di daerahnya akan kalah cepat dengan perjalanan Virus yang sekarang sebagian sudah berada pada keluarga yang pulang kampung, tetapi tidak merasa sakit karena tubuh keluarga yang ditempati memiliki daya tahan yang ampuh dan di dalam tubuhnya Virus yang numpang hidup sedang memperbanyak diri untuk melakukan serangan pada pembawanya atau siap-siap akan berpindah kepada keluarga lain yang akrab, bersalaman atau mengadakan silaturahmi kepada keluarga kerabat dekat yang ada di kampung tersebut. Pasukan Virus itu, sebagai prajurit yang ganas siap tunggu komando.
Sasaran yang dituju juga bagus karena enam sasaran utamanya adalah Pembina Kampung KB, Bidang KB, Dinkes & KB Kota Madiun, Kepala Puskesmas Patihan, Lurah Sogaten, PKK Kelurahan Sogaten, Ketua Kampung KB “Glandang Carang’’, dan Anggota Pokja Kampung KB “Glandang Carang’’, tetapi karena rancangan itu baru akan dimulai pada bulan Juli dan Agustus nanti, maka hasilnya akan menjadi dokumen ilmiah yang berharga bagi “ilmu pengetahuan” tetapi untuk para anggota Kelompok memiliki kegunaan yang terbatas. Akan sangat indah dan banyak berguna menyiapkan para anggota Kelompok kalau pada waktu ini seluruh anggota Kelompok diajak “mengikuti lomba”, dimana lomba pertama adalah “membuat tutup hidung dan mulut” dari bahan kain apa saja yang ada di rumah masing-masing seperti bekas baju yang sudah kekecilan, kain batik yang sudah kumuh atau bahan lain yang relatif tidak banyak gunanya. Pasti harus dicuci bersih lebih dulu, digunting manis dan kalau perlu di sambung-sambung sehingga menjadi tutup hidung dan mulut yang baik dan digunakan oleh seluruh anggota keluarga, lebih-lebih kalau ada tamu atau anggota keluarga pulang dari bepergian dan belum cuci tangan dan kakinya.
Lomba kedua adalah “lomba cuci tangan dan kaki” dan “ganti pakaian” kalau habis pergi dari tempat umum secara benar. Dinilai secara total, tidak hanya kepala keluarganya saja, tetapi lengkap seluruh anggotanya yang tinggal satu rumah. Di simulasi kalau ada tamu apakah ada anggota keluarga melakukan “salaman otomatis” sehingga gugur sebagai juara tangan bersih bebas Virus Corona. Hasil lomba ini konkrit karena seluruh anggota keluarga bisa mencuci tangan, kaki dan bagian-bagian penting tubuhnya, menyisihkan pakaian yang dipakainya di tempat umum dan berganti dengan pakaian bersih yang tidak tercemar.
Lomba ketiga adalah “menjaga jarak” antar kita sesama, utamanya dengan “orang asing, biarpun saudara dekat, yang baru saja datang dari tempat umum. Penjagaan jarak itu sangat penting sampai kawan kita bicara tersebut benar-benar sudah suci virus Corona yang sedang memperbanyak diri untuk menguasai dunia kita.
Lomba keempat, adalah tinggal di rumah dengan “menugaskan giliran ke pasar” antar kelompok “dasa wisma” untuk saling titip belanja sehingga jumlah keluarga yang keluar rumah terbatas dan risiko tertular dari kerumunan orang di pasar sangat dibatasi seakan-akan kita melakukan isolasi terbatas seperti dianjurkan oleh pemerintah pusat, daerah atau oleh petugas kesehatan dan orang tua yang sayang pada keluarga sehat dan sejahtera.
Lomba kelima adalah “Lomba Kebun Bergizi” yang karena kita semua tinggal di rumah, sambil berjemur di pagi dan siang hari, mengolah lahan, sempit atau lebar di halaman rumah, dijadikan Kebun Bergizi di tanami dengan tanaman sayur yang bisa di petik dalam waktu singkat, misalnya dua minggu, atau tanaman yang bisa tumbuh dan baru menghasilkan sebagai kenangan untuk menandai Jaman Virus Corona yang melanda desa. Makanan bergizi akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbgai penyakit.
Pada bagian pendahuluan dapat di gambarkan bahwa perjalanan Virus ini sungguh sudah sangat gawat sehingga sampai Masjid pun tidak boleh lagi untuk sholat berjamaah, Umroh dilarang, yang penganut agama Kristen tidak bisa ke gereja, sekolah dan kantor diliburkan, bukan sembarangan, suatu keadaan darurat yang tidak bisa menunggu reaksi dan ketekunan kita bersama sampai bulan Juli, tetapi “harus sakarang” sehingga lomba-lomba itu harus dilaksanakan sekarang, bukan besuk atau menunggu bulan Juli seperti diusulkan! Semoga ada manfaatnya, bahkan untuk desa yang belum berpikir bahwa keadaan sudah sangat gawat harus ikut memikirkan menyambut Virus Corona sekarang juga dengan perubahan tingkah laku menuju perubahan budaya sekarang juga!
Para Punggawa Desa dan sasaran yang diusulkan diatas harus menjadi pelopor dan penggerak program perubahan tingkah laku yang diarahkan menjadi “budaya baru” guna menyelamatkan keluarga seluruh desa dan seluruh anak bangsa yang sangat kita cintai demi masa depan bangsa Indonesia yang jaya. Semoga.