Silaturahmi bersama Rektor IPB Prof Dr Arif Satria

IMG_4657.JPG
IMG_4673.JPG

Pada hari Selasa siang Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Prof. Dr. Haryono Suyono didampingi Dr. Mulyono D Prawiro mengadakan kunjungan silaturahmi kepada Rektor IPB Prof Dr Arif Satria di Kampus IPB di Dramaga, Bogor. Dalam kesempatan silaturahmi yang akrab itu Rektor IPB didampingi oleh suatu Tim Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat yang lengkap antara lain Prof Dr Ir M Faiz Syuaib, MAgr.IPU, Dr Alim Setiawan Slamet, Dr Sofyan Sjaf, SPt, MSi, Dr Heti Mulyati, STP,  MT, dan Dr Nunuk Kuniati Nengsih, SFam. Silaturahmi bersama Rektor IPB itu adalah kelanjutan persahabatan sejak pak Haryono Suyono sebagai Deputi BKKBN, Kepala BKKBN, sampai menjabat sebagai Menko Kesra Taskin, bahkan kerja sama yang akrab sebagai Ketua Yayasan Damandiri dalam mengembangkan Posdaya di daerah Bogor, Jawa Barat sampai ke seluruh Indonesia. IPB tidak saja ikut mengembangkan ribuan Posdaya di sekitar kampus, tetapi juga mengembangkan Kampus Desa di mana para dosen secara bergantian diarahkan sebagai pemimpin gerakan dosen dan mahasiswa masuk, mengajar, hidup dan membantu pemberdayaan keluarga dan masyarakat di banyak di desa melalui pengembangan inovasi baru yang sangat bermanfaat untuk rakyat banyak.

Setelah agak lama tidak bertemu dengan rekan-rekan dari IPB karena kesibukan membantu Kementerian Desa PDTT, ternyata dalam kepemimpinan Rektor Prof Dr Arif Satria dewasa ini, IPB dan kegiatan pengabdian masyarakatnya maju pesat. Kalau di masa lalu IPB telah mendahului program Kampus Merdeka seperti yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, IPB merupakan salah satu dari banyak Kampus yang mengirim mahasiswa mengadakan Kuliah Merdeka  ke desa-desa dalam rangka Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama satu setengah bulan lebih, disertai dengan dosen masuk dan mengajar di desa sebagai bagian dari kegiatan akademik yang sangat menarik untuk masyarakat desa. Kegiatan itu tidak jarang dikombinasikan dengan studi jangka pendek dan jangka panjang yang sangat maju dan menghasilkan banyak penemuan baru di bidang pertanian dan lainnya.

IMG_4698.JPG

Dalam bincang-bincang hari ini, Rektor Prof Dr Arif Satria telah maju pesat bukan saja dalam penelitian biasa yang mencatat hasil penelitian dan disimpan dalam Perpustakaan Kampus, tetapi para dosen dan mahasiswa yang melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat telah maju beberapa langkah ke depan. Salah satu langkah yang paling penting dan memberi manfaat kepada rakyat banyak adalah bahwa hasil penelitian dan pengembangan yang dikerjakan langsung disumbangkan kepada rakyat sehingga memberi manfaat kepada para petani dan obyek penelitian dan pengembangan di masyarakat luas. Daerah penelitian tidak dibatasi pada wilayah binaan IPB semata, tetapi IPB telah “berani” menerima tantangan permintaan masyarakat luas sampai jauh ke Sumbawa, yang memilihkan daerah tidak hanya menurut selera dosen atau Rektor, tetapi kebutuhan masyarakat luas yang memiliki kepentingan dan ingin maju dengan wilayah dan masyarakatnya.

Inovasi lain yang spektakuler adalah bahwa pada era 4.0 dewasa ini IPB berani menanggapi kemajuan teknologi digital bukan hanya dalam mengolah hasil penelitian saja, tetapi secara nyata menggunakan peralatan, istimewanya dibuat sendiri, yang modern dan menggunakan IT dalam sistem era 4.0 yang diterjunkan ke tengah sawah. Sehingga, dengan ketawa renyah, Rektor dan staf menyatakan bahwa alat canggih yang dibuat sendiri bisa menentukan kesuburan tanah dan cocoknya untuk tanaman apa saja, tanpa harus tanya kepada mbah Dukun atau “semedi” berbulan untuk mendapatkan “wangsit”. Suatu awal “modernisasi pertanian di era 4.0” yang apabila di sebar luaskan dengan penuh kesadaran bisa mengubah sawah-sawah di desa menjadi lahan pertanian yang memberi hasil berlipat.

IMG_4705.JPG

Hal lain yang sangat menarik adalah bahwa Tim Rektor IPB tidak menciptakan inovasi yang bisa bertentangan dengan langkah-langkah yang diambil pemerintah, tetapi menggunakan garapan pemerintah seperti dibentuknya BUMDes di desa-desa dan melihat apakah inovasi para dosen dan mahasiswa itu bisa dihidupkan dalam kerangka gagasan pemerintah. Kalau tidak bisa, para Dosen sudah siap mengusulkan modifikasi sehingga tidak menciptakan suatu alur yang berbenturan tetapi mengembangkan sikap sinergi yang menguntungkan rakyat banyak. Seperti dicontohkan, ternyata IPB mampu mengembangkan bukan saja sawah dalam satu desa sebagai lahan yang efisien, tetapi garapan antar desa yang oleh Kementerian Desa PDTT disebut sebagai Produk Unggulan Kawasan Perdesaan atau Prukades yang memungkinkan garapan antar wilayah lebih dari satu desa bahkan kalau perlu bisa melewati batas provinsi yang bisa menguntungkan semua pihak. Apalagi sudah digagas off taker perusahaan swasta yang membeli atau menjadi penyangga dana usaha yang maju itu. Suatu sinergi bukan karena batas fisik wilayah, atau penyandang dana, tetapi semata karena perhitungan efisiensi, produktivitas dan persaingan harga yang menguntungkan petani.

Mendengarkan keterangan Rektor dan para Dosen yang tanpa teks lancar mengurai penemuan dan berpihak kepada rakyat petani di desa, lebih-lebih setelah melihat ruang tamu lama yang sekarang di sulap menjadi tempat pameran hasil produk yang sudah dijual ke pasar, secara spontan saya merasa muda dan ingin sekolah lagi. Tetapi ternyata saya sudah cukup umur sehingga kunjungan saya hari ini memberi semangat dan harapan baru agar kawan-kawan generasi muda di Kementerian Desa PDTT, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan lainnya, utamanya masyarakat tani di desa segera berani mengambil keputusan mengambil risiko menerima inovasi baru dengan bijaksana dan mengubah pertanian tradisional dan dengan cermat menerima teknologi modern dan bekerja lebih keras tidak saja menjadi negara dengan segala macam swasembada saja tetapi menjadi gudang pangan dunia seperti kita cita-citakan bersama. Suatu kunjungan silaturahmi yang sangat bermanfaat, terima kasih pak Rektor dan semua Staf Senior, semoga Tuhan YME memberkati kita sekalian. Aamiin.

IMG_4713.JPG





Haryono SuyonoComment