Bumdes Renajaya Mengandeng Universitas Muhammadiyah Purwokerto

rena1.jpg

Syifa Khairunnisa menggali semua potensi yang dapat bermanfaat bagi perekonomian masyarakat desa merupakan satu dari banyak tugas Badan Usaha Milik Desa, termasuk Bumdes “Renajaya” Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap. Permasalahan lingkungan imbas dari limbah rumah tangga atau industri bila tidak termanfaatkan dengan baik bukan hanya akan memperngaruhi kesehatan lingkungan masyarakat, tetapi lebih jauh dari itu dapat merusak lingkungan itu sendiri. Maka kesadaran akan mengelola, membuat trobosan dalam pengendalian dan pencegahan kerusakan lingkungan mutlak harus dilakukan oleh siapapun pemangku kepentingannya.

Bertempat  di ruangan kantor wakil Rektor IV  Universitas Muhammadiyah Purwokerto bidang riset, inovasi dan teknologi. Hari Kamis (05/02/20), Direktur BUMDes Renajaya, Desa Karangrena yang juga menjabat sebagai ketua paguyuban Bumdes se- Kecamatan Maos, Martin Tri Santoso , S.M melakukan pertemuan terkait program-program yang dapat disinergikan antara Bumdes “Renajaya” Karangrena dan perguruan tinggi Univeristas Muhhamadiyah Purwokerto.

rena2.jpg

Dr. H Anwar Ma’ruf, S.T,. M.T selaku Wakil Rektor IV UMP Bidang Riset, Inovasi dan Teknologi menyampaikan  hal apa saja yang dapat disinergikan. baik terkait riset dan program-program untuk pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Maos terutama di Desa Karangrena. Karena pada intinya, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) siap bersinergi dan mendukung pengembangan Bumdes Renajaya Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Kab. Cilacap. “Nantinya bentuk dukungan yang dilakukan adalah berupa peneltian-penelitian sesuai dengan kearifan lokal, pengembangan teknologi tepat guna (TTG) guna, yang mendukung produktivtas Bumdes Renajaya. Serta pelatihan-pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan dan profesionalitas Bumdes Renajaya sendiri. Kedepan harapan kami tidak hanya dengan bumdes Renajaya tetapi juga Bumdes-Bumdes yang ada di Indonesia, seperti motto UMP (Universitas Muhammadiyah Purwokerto) yaitu UMP untuk Indonesia”.

Sebab masalah terbesar lingkungan masyarakat saat ini adalah limbah yang dihasilkan oleh masyarakat,  yang pada prakteknya kurang mendapat perhatian karena lemahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat sendiri. Sebenarnya jika limbah dapat dikelola dengan baik, ia bukan saja akan bermanfaat pada kelestarian lingkungan, tetapi juga membawa sumber nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.

Sebagai contoh, limbah yang banyak terdapat di Desa Karangrena yakni limbah Cangkang kerang totok (Thoe) yang sampai saat ini belum mampu mendapatkan solusi terbaik. Berdasarkan data dari team pengurus Bumdes “Renajaya” Karangrena, didapati bahwa hasil produksi olahan kerang totok Thoe menghasilkan limbah yang cukup banyak. Karena dalam satu hari nelayan Thoe dapat menghasilkan rata-rata 10 kg Thoe. Oleh sebab itu jika kerang totok Thoe beratnya 5 X lipat dari isi kerang Thoe tersebut, berarti cangkang Thoe yang  berpotensi menjadi limbah sendiri sekitar 50 Kg per- satu nelayan. Sedangakan nelayan Thoe sendiri di Desa Karangrena kurang lebih jumlahnya ratusan orang. Ditambah temuan-temuan terbaru, kerang totok Thoe oleh masyarakat dibuang, justru kembali ke Susur Serayu yang bukan saja akan merusak lingkungan, tetapi juga membahayakan aktivitas masyarakat sendiri. Tajamnya limbah kerang Totok thoe sangat membahayakan masyarakat jika memang terinjak, ditambah menumpuknya limbah kerang totok juga menganggu kelestarian ekosistem susur Sungai Serayu.

Kerja sama nantinya antara Bumdes Renajaya dan UMP selaku instansi pendidikan tinggi diharapkan dapat menyentuh dan membuat solusi untuk permasalahan lingkungan di Desa Karangrena khusunya kerang totok Thoe. Oleh karennya riset terhadap kerang totok Thoe sangat diperlukan, bukan hanya untuk menyelaamatkan lingkungan, tetapi limbah totok Thoe tersebut dapat menjadi nilai tambah ekonomi bagi nelayan Thoe Desa Karangrena.

Haryono SuyonoComment