IDI Gorontalo bikin Gebrakan Back to Nature Medicine
Dalam rangkaian Peringatan Ulang Tahun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang ke tujuh puluh, para dokter yang tergabung dalam IDI Provinsi Gorontalo dan IDI Kota Gorontalo bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Gorontalo mengadakan Webinar dengan topik yang sangat menarik “Back to Narure Medicine” . Webinar yang diikuti umumnya oleh para dokter, dokter spesialis dan para peminat kesehatan, mahasiswa Fakultas Kedokteran dari Gorontalo itu juga terbuka untuk umum sehingga ada peserta yang berasal dari Jakarta dan kota-kota lian dari seluruh Indonesia. Webinar itu itu diadakan pada hari Minggu tanggal 25 Oktober 2020 mulai pagi-pagi jam 8.00 WIT atau jam 7.00 pagi WIB sampai lewat pukul 13.00 WIB dengan sangat menarik.
Secara menakjubkan Webinar tersebut di mulai dengan Pidato Presiden Jokowi menyambut Ulang Tahun IDI yang ke 70 sehingga memberi warna seakan Webinar di Gorontalo itu dibuka oleh Presiden RI. Baru kemudian upacara resminya dimulai dengan Pembukaan disertai menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya bersama-sama, suatu pembukaan resmi yang sangat anggun dengan penuh kesungguhan sehingga biarpun tingkatan Webinar itu berada di Gorontalo terbetik kesan tidak kalah dengan Webinar yang di gelar pada tingkat Nasional. Tidak mengherankan karena ternyata Webinar di Gorontalo itu menarik perhatian para dokter atau para peserta yang berasal dari Jakarta maupun dari kota-kota lain di Indonesia. Apakah tertarik pada topik Obat Lokal tradisional atau lainnya, kita tidak tahu, yang terang masalah yang dibahas obat tradisional yang di ramu dan digelar dalam Bahasa Inggris “Back to Nature Medicine” suatu sentuhan internasional yang menarik!
Acara kemudian dilanjutkan dengan Pembukaan oleh Ketua Umum IDI Gorontalo dengan Pidato yang sangat mengena berhubung usia IDI yang ke tujuh puluh tahun yang diramu penuh perjuangan oleh para dokter sepuh yang ikut berjuang mulai dari mempersiapkan persatuan dan kesatuan mengantar kemerdekaan sampai perjuangan penuh dedikasi dengan hambatan seperti sekarang ini menghadapi pandemi Virus Covid-19 yang menghantui keluarga dan penduduk Indonesia, merambah ke bidang ekonomi, sosial sampai keagamaan dan memaksa semua bekerja mempersiapkan diri hijrah ke arah budaya baru dengan norma yang baru.
Sambutan Ketua Umum IDI disambung Pidato Ketua IDI Kota Gorontalo yang sekaligus Rektor Universitas Muhammadiyah Dr. dr. Isman Yusuf yang diantar melalui rangkaian ppt yang sistematis, indah dengan isian komprehensif membawakan sejarah, falsafah dan perjuangan para pahlawan dokter senior di masa lalu, dari masa ke masa dan masa kini yang perlu diketahui oleh para calon dokter, dokter muda, dokter senior maupun masyarakat luas betapa para dokter tidak saja hanya mengobati pasien tetapi berjuang dalam berbagai front perjuangan bangsa yang luas, termasuk dalam bidang politik dan budaya sehingga secara spontan dalam awal paparan, saya mendoakan semoga beliau di karuniai kesempatan memimpin salah satu Dirjen Kementerian Kesehatan di masa depan.
Selanjutnya Panitia mengundang saya, Prof. Dr. Haryono Suyono, yang sebelumnya diperkenalkan oleh Ketua IDI Kota Gorontalo, Dr. dr. Isman Yusuf sebagai Anggota Kehormatan IDI untuk menyampaikan Pidato Kunci. Sebagai kehormatan untuk IDI, lebih-lebih karena selama puluhan tahun menjabat jabatan kunci di BKKBN, sepuluh tahun sebagai Deputi, 17 tahun sebagai Kepala BKKBN dan sekaligus sebagai Menteri Kependudukan dan Menko Kesra Taskin, selalu akrab dengan para Dokter Spesialis Kandungan, dokter umum, dokter Kesehatan Masyarakat, Bidan, petugas kesehatan dan petugas Lapangan serta relawan anggota masyarakat pada umumnya, maka kesempatan Hari Ulang Tahun IDI yang ke 70 itu saya pergunakan untuk mengucapkan terima kasih dan hormat atas kerja sama dan bantuan penuh dedikasi yang telah diberikan oleh para dokter dan tenaga kesehatan pada umumnya sehingga bangsa kita bisa menikmati keberhasilan program KB sekitar sepuluh tahun lebih cepat dalam mencapai target yang ditetapkan oleh MPR, DPR dan Pemerintah dimasa lalu. Presiden RI memperoleh penghargaan Dunia berupa “UN Population Awards” dari PBB pada tahun 1989. Bahkan lebih dari itu, saya seorang Sosiolog mendapat Penghargaan Doktor Honoris Causa dari Universitas Monash di Australia dalam bidang “Medical Science” dan Pengurus IDI Pusat memberi anugerahi sebagai “Anggota Kehormatan IDI”, yang akibatnya kalau berobat kepada seorang dokter di mana saja di Indonesia, bahkan termasuk di Amerika, “tidak harus membayar” karena dianggap sebagai “teman sejawat”.
Pidato utama itu dimulai dengan mengingatkan kepada para peserta Webinar yang marak dari seluruh Indonesia bahwa sejak tahun 1980-an BKKBN bersama dengan Departemen Kesehatan menggelar Usaha Peningkatan Gizi Keluarga (UPGK) di seluruh Desa, pada waktu itu jumlah Desa ada sekitar 60.000, yang sekaligus menganjurkan tanaman halaman sebagai tanaman obat atau tanaman sayur, unggas dan kolam ikan yang hasilnya mengandung nilai gizi tinggi sebagai pendukung pola hidup sehat atau “budaya hidup sehat” dengan pola makan bergizi tinggi bagi keluarga dan penduduk pada umumnya, khususnya ibu hamil dan anak-anak di bawah usia lima tahun. Anak-anak dan ibu hamil di anjurkan dan kalau perlu diberikan “makanan tambahan” berupa makanan sehat yang kaya gizi tinggi, umumnya dianjurkan diolah dari bahan yang berasal dari sumber lokal berupa tanaman halaman sebagai salah satu prioritas makanan tambahan untuk menambah gizi masyarakat luas.
Program UPGK yang marak selama tahun 1980-1990-antersebut terkenal dengan undangan kepada Ibu Hamil dan anak Balita sejak dilahirkan untuk berkunjung ke Posyandu yang mulai di kembangkan sejak tahun 1983, utamanya dengan penimbangan anak balita dengan timbangan dacin yang sederhana untuk mengetahui apakah berat badan anak balita itu naik setiap bulannya. Apabila tidak naik, maka petugas Posyandu akan memberi “pendidikan dan pengetahuan luas” bahwa anak balita yang tidak naik berat badannya berarti terganggu pertumbuhannya. Pada Posyandu, ibunya diberi contoh makanan tambahan yang perlu diolah di rumah tangganya agar anaknya naik berat badannya pada kunjungan ke Posyandu bulan berikutnya. Suatu pendidikan praktis sederhana dengan dampak positif yang luar biasa karena pada tahun 1990-an tidak terdengar lagi adanya kasus gizi buruk atau stunting di media masa di Indonesia, padahal pada tahun 1980-an setiap tahun selalu ada berita tentang gizi buruk yang sangat memilukan.
Pada tahun 2000-an tatkala kita sangat mengidolakan reformasi dengan demokratisasi, perhatian pada Program UPGK mengendur. Pada tahun 2015 kita dikejutkan dengan maraknya kasus gizi buruk dan stunting yang mendorong Presiden Jokowi meningkatkan kembali perhatian kita menangani masalah itu lebih serius lagi. Pada saat kita sedang berusaha meningkatkan perhatian terhadap kasus ini mendadak ada wabah Covid-19 yang sampai dewasa ini menyita semua perhatian. Padahal sesungguhnya salah satu benteng untuk menahan Covid-19 adalah daya tahan tubuh kita yang kuat.
Oleh karena itu dalam presentasi selanjutnya diceritakan bahwa baru-baru ini telah di lakukan konsultasi dengan para Dirjen mulai dari Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Bapak Jumeri, STP, MSi untuk menggerakkan agar dikembangkan “kurikulum pagi”, yaitu pagi-pagi hari sebelum anak-anak SD, SMP dan SMA belajar secara daring dari para gurunya terlebih dulu di sekitar rumahnya mengumpulkan sampah dan mengolah halaman rumahnya untuk dijadikan “kebun bergizi”. Ajakan itu disambut baik bahkan beliau menyediakan sekitar 5000 halaman SMA untuk dikelola menjadi “Kebun Bergizi” agar kelak anak-anak tamatan SMA bisa menjadi petani andal dan di rumah masing-masing bisa mengelola Kebun Bergizi dengan lebih baik. Dirjen Pendidikan Tinggi, Prof. Dr. Ir. Nizam juga sepakat bahwa apabila keadaan bertambah baik, kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan kesempatan Kuliah Merdeka para mahasiswa bisa menjadi pengembang pertanian dan perdagangan serta industri pertanian di desa dan di daerah yang bisa disulap menjadi ladang pertanian modern yang luar biasa.
Semangat yang tinggi dari dua Dirjen dalam lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu disambut baik oleh para Dirjen dan Kepala Badan dalam lingkungan Kementerian Pertanian, bahkan Dirjen Hortikultura siap membantu para Pimpinan Pesantren dan alim ulama untuk menggunakan lahan yang melimpah pada halaman Masjid dan para santri dari banyak Pesantren menjadi “petani halaman” mengikuti anjuran dari IDI Gorontalo “mengembangkan back to nature medicine” yaitu menanam tanaman obat dan tanaman bergizi tinggi untuk memperkuat masukan gizi sebagai modal memperkuat daya tahan tubuh untuk hidup sehat dan sejahtera.
Dijelaskan bahwa akhirnya budaya hidup sehat sejahtera sebagai budaya baru itu tidak lain adalah keluarga yang sedikit jumlah anaknya, berusia panjang, tingkat kesehatannya prima, sekolahnya tinggi, mampu hidup nyaman di tengah gejolak, lingkungan tidak ramah seperti jaman dulu, penuh godaan, banyak ancaman serangan penyakit, ekonomi tidak stabil, teknologi sangat maju sehingga segala sesuatu berjalan sangat cepat tatapi pikiran harus tetap optimis.
Uraian panjang lebar itu mendapat sambutan yang sangat menarik menambah bahan renungan dan memberi semangat para peserta untuk maju. Sambutan yang diawali oleh mantan Kepala Kanwil sungguh sangat menyentuh dan merangsang tanggapan maupun komentar lainnya.
Acara Pidato kunci itu disusul oleh paparan yang luar biasa bersifat tehnis oleh para Doktor Muda dengan pengalaman penelitian yang umumnya muncul sebagai bahan Disertasi yang mengangkat para dokter itu mencapai gelar akademis tinggi. Paparan Dr. dr. Arend L. Maparawang, Sp. PD Finasim, Dr. dr. Vivien Kasim, M.Kes dan dr. Sri Manovita Pateda, MKes, PhD memberi semarak yang sangat kuat pada Webinar yang bermutu tinggi tersebut, biarpun sebagai bahan bahasan antara lain adalah “kulit jeruk” yang terkesan sederhana, ternyata mengandung khasiat yang luar biasa. Semoga awal dari gerakan “vack to nature medicine mendapat angin yang lebih segar karena para peneliti masih muda sehingga dengan tekad, konsistensi dan dukungan yang kuat bisa jauh lebih maju lagi.
Akhirnya Dr. dr. Isman Yusuf sebagai salah satu penyelenggara menutup Webinar itu dengan mengajak para peserta untuk foto bersama. Semoga semua paparan dan partisipasi yang tekun memberikan warna yang indah menambah semangat kepada para anggota dokter di seluruh Indonesia untuk tidak malu dan menghargai back to natuure medicine karena masukannya minimal memperkuat daya tahan tubuh dari berbagai serangan yang mengganggu cita-cita hidup sehat, bahagia dan sejahtera. Aamiin YRA.