Kebun Bergizi Banyak Gunanya dan makin Marak
Pada Minggu pagi ini saya Haryono Suyono berkunjung pada halaman WA sahabat lama saya Prof. Dr. Susilo Arifin dari IPB Bogor dalam kelompok KPKPID jaringan para Guru Besar atau Dosen IPB penggemar Kebun Bergizi, umumnya di halaman rumah, guna belajar dan menggali Ilmu dari tokoh-tokoh IPB yang gemar menggelar berbagai tanaman sekaligus melaksanakan berbagai eksperimen Ilmu secara pribadi.
Secara tidak sengaja saya melihat ada seorang Bapak, saya kira Dosen IPB, sedang memetik kacang panjang dengan dituntun suara seorang ibu yang mengarahkan pada tempat yang cocok di petik seraya tetap merekam sang Bapak berjalan sambil lanjut memotong kacang panjang dengan penuh kenikmatan. Hasil petikan yang dituntun oleh “ibu sutradara” di belakang kamera itu sungguh mengagumkan karena dalam waktu singkat hasil petikannya, yang katanya untuk keperluan sendiri, sudah sangat memadai.
Iseng-iseng, karena kita berada dalam satu grup, saya mohon dikirim foto karena saya sedang “kampanye Kurikulum Pagi” untuk diisi dengan kegiatan menanam “Tanaman halaman sayur” oleh anak-anak SD, SMP, SMA dan Mahasiswa yang belajar dari rumah, yaitu setiap pagi sebelum menerima pelajaran atau kuliah daring dari guru dan dosennya. Terus terang saya sampaikan bahwa saya ingin membagi kasus beliau sebagai contoh bahwa “tanaman halaman” bisa sangat produktif dan menguntungkan.
Ternyata sosok yang sedang memetik kacang panjang itu adalah Prof. Dr. Drh. I Wayan Teguh Wibawan, SKH, MS. Prof Wayan Wibawan bertempat tinggal di Pekak Bogor/Kakek Bogor, Perumahan Grya Salak Asri, Desa Cinangka, Ciampea Bogor yang memutuskan membeli tanah di desa itu, tidak di kota yang luasnya sekitar 1500 m2 atau 1,5 ha, yang harganya tiap meter pada 15 tahun lalu hanya Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,- saja. Menurut beliau, dengan uang yang sama kalau di belikan di kota barangkali hanya dapat 100 m2 saja sedangkan di desa dengan tanah yang penuh semak belukar bisa diperoleh begitu luas. Dengan sangat rajin, tanah itu di tata rapi sehingga sekarang berwujud seakan siap menjadi “daerah agro wisata” yang menarik.
Pada waktu kami tanyakan lebih lanjut Kebun Bergizi beliau yang cukup luas itu ditanami apa saja, Prof. Dr. Wayan, aslinya seorang dokter hewan yang “terangsang karena di IPB” gemar berkebun itu, secara rinci menyatakan bahwa Kebunnya lengkap dengan tanaman Singkong, kacang panjang, cai sim, cabe, terong, tetapi sedikit-dikit saja buat dapur dan tetangga. Ada juga empang: nila, ikan mas, bawal, sedangkan untuk hewan sedang dalam persiapan dukungan pakannya.
Prof Wayan yang menikah dengan seorang gadis dari Bogor yang sudah mahir bahasa Bali itu dikaruniai tujuh orang anak, dua perempuan dan lima orang laki-laki serta memperoleh anugerah lima orang cucu, sungguh suatu keluarga yang subur dan bahagia. Mungkin tidak ketahuan BKKBN, sebab kalau di Bali pasti tidak bisa lebih dari empat orang anak sebelum jaman KB di masa lalu dan hanya dua orang anak saja pada waktu ini.
Semoga keluarga Prof. Dr. Wayan bisa mengembangkan Agro Wisata di ranah yang semula penuh semak belukar yang disulap selama bertahun-tahun menjadi Kebun Bergizi dan kelihatannya akan berkembang menjadi “Kebun Agro Wisata” yang menarik karena dikembangkan dengan kasih sayang dan keringat cinta kasih kepada lingkungan yang tiada tara. Suatu bukti bahwa “Gagasan Kebun Bergizi” di halaman rumah bukan mimpi, tetapi oleh Prof. Wayan dibuktikan bahwa tanah semak belukar bisa disulap menjadi Kebun yang sangat produktif dan bisa hasilnya menguntungkan serta sekaligus berbagi kepada tetangga sekitar. Semoga cita-cita beliau menjadi inspirasi untuk khalayak dan siapa saja yang memiliki cinta kasih kepada lingkungan halaman rumahnya dan niat ibadah. Semoga.