Dengan cinta kasih sayang kita membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera

delapan fungsi.png

Pagi ini Kepala BKKBN dr. H. Hasto Wardoyo SpOG (K) melalui WA mengirim satu lembar informasi yang menggambarkan Arti Histogram dalam Logo baru yang diadopsi BKKBN melalui sayembara yang diikuti peserta sangat luas dari seluruh Indonesia. Secara kebetulan warna Histogram yang terpilih adalah warna biru, warna yang dianut BKKBN sejak tahun 1970 menggambarkan kestabilan dalam menjadi mitra perencanaan keluarga dan masyarakat. Menurut lembar informasi yang dikirim itu, logo baru tersebut dimaksudkan sebagai upaya lebih dekat dengan generasi Melenial dan Zelenial, sekaligus sebagai perluasan dari tujuan BKKBN yang dilambangkan melalui moto “dua anak cukup”  yang terkesan melulu tantang “kontrasepsi” lebih kepada “pembangunan perencanaan kehidupan dari kanak-kanak hingga dewasa” dan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat.

Seperti dicita-citakan sejak awal, logogram baru itu diadopsi dari lambang “cinta” (“love”) yaitu “hati” yang mencita citakan kasih sayang, keharmonisan keluarga termasuk anak cucu cicitnya dalam lingkungan yang mendukung penuh harmonis. Logo itu memberi pesan yang kuat bahwa BKKBN akan berusaha merangkul, memfasilitasi dan menjadi mitra dalam setiap perencanaan yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Logo itu juga menggambarkan “kupu-kupu” sebagai lambang perencanaan dan proses metamorfosis dari seekor ulat hingga menjadi kupu-kupu indah. Lebih dari itu, menurut pengamatan kami, kupu-kupu selalu terbang rendah. Kalau membutuhkan makan pada bunga, justru yang dimakan merasa diuntungkan. Kalau kupu-kupu mati, maka bangkainya tidak akan disia-siakan, tetapi akan diangkat dan dipajang sebagai hiasan karena memberi kesan aneka warna yang indah sepanjang masa.  Kesan itu diarahkan juga sebagai dukungan “tidak terbatas” yang dikandung dalam pesan logo yang menggambarkan kelestarian, atau “komitmen” dari dukungan perencanaan keluarga oleh BKKBN yang bersifat lestari, artinya, apabila suatu keluarga jatuh harus dibantu untuk bangun kembali karena solidaritas dukungan tanpa henti.

Karena itu dukungan BKKBN yang menggebu di masa lalu pada penerimaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, oleh kepemimpinan dr. Hasto Wardoyo SpOG  ingin meyakinkan bahwa dukungan itu adalah sejak keluarga balita dengan memiliki anak-anak di bawah usia lima tahun sampai keluarga itu mencapai usia lanjut menjadi keluarga lansia yang anak-anaknya mungkin bekerja di luar rumah meninggalkan orang tuanya menjadi dua sejoli kembali, “suami istri lansia” tanpa anak di rumah menikmati hari tua sambil menunggu panggilan Sang Khalik. Tugas itu sesungguhnya telah dimulai sejak tahun 1990-an, setelah Indonesia mendapatkan penghargaan PBB dengan UN Population Awards pada tahun 1989, utamanya setelah dikeluarkannya UU nomor 10 tahun 1992, disusul mulainya Pembangunan Keluarga Sejahtera tahun 1993 dengan dicanangkannya Hari Keluarga Nasional tahun 1993.

KS.png

Tugas baru sekarang ini merupakan pengakuan ulang yang sangat membesarkan hati dan yang pasti tidak bisa dilaksanakan BKKBN sendiri tetapi memerlukan “rangkulan kerja sama yang erat” lintas sektoral yang luas termasuk dengan lembaga swadaya masyarakat swasta dan utamanya dengan setiap keluarga sebagai mitra perjuangan yang sangat dekat, suatu komitmen baru BKKBN yang pasti akan mengubah seluruh visi dan misi, sikap dan tingkah laku BKKBN bersama seluruh perangkat yang ada di seluruh Indonesia. Selamat berjuang pak Hasto, seluruh jajaran dan mitra kerjanya.

Haryono SuyonoComment