Menyusur Sungai Mahakam Lihat SD Terpencil
Pagi ini, waktu bertemu dengan Hari Setyowanto dan Yeni Heryani dari Radio DFm dalam rangka persiapan Peringatan Hari Kemerdekaan RI yang ke 75, diingatkan bahwa nun di tahun 2002, Ketua Yayasan/Pendiri Damandiri Bapak HM Soeharto (Alm), yang baru beberapa tahun lengser dari Jabatan Presiden RI selama lebih dari 30 tahun, memberi petunjuk kpeada Wakil Ketua I/yang juga Pendiri Yayasan, Prof. Dr. Haryono Suyono, juga sudah pensiun sebagai Menko Kesra/Taskin, untuk memenuhi undangan PT Total Oil Indonesie, perusahaan Minyak dari Perancis yang beroperasi di Mahakam Blok di Kalimantan di daerah terpencil, kedalaman Kalimanatan, untuk berkunjung ke daerah terpencil di kedalaman Kalimantan. dimana Perusahaan Total Oil Indonesie memiliki eksplorasi di daerah tersebut yang konon disertai dengan perhatian yang tinggi terhadap masyarakat luas di daerah terpencil itu, sehingga kegiatan kemasyrakatan seperti yang ingin dikembangkan oleh Yayasan Damandiri, yaitu pemberdayaan sumber daya manusia, pembangunan desa, termasuk desa terpencil dan pengentasan kemiskinan, juga selalu menjadi perhatian perusahaan minyak asing tersebut. Kepada Haryono Suyono dijelaskan bahwa perjalanan ke daerah pedalaman tersebut boleh didampingi salah satu staf yang seluruhnya akan diatur perjalanannya ke daerah terpencil, di tengah hutan Kalimantan itu, oleh Perusahaan minyak Perancis tersebut, dengan fasilitas lapangan yang tersedia di kawasan tambang di hutan tersebut.
Prof. Dr. Haryono Suyono, yang biarpun sudah pensiun, tetapi “masih merasa muda” secara spontan menerima undangan untuk berkunjung ke tengah hutan di Kalimantan itu, yang konon dewasa ini dipersiapkan bakal menjadi Ibu Kota RI. Sekarang Haryono menduga, jangan-jangan Pak Harto “sudah tahu” bahwa daerah ini bakal menjadi Ibu Kota RI. Oleh karena itu, segera setelah segala sesuatu dipersiapkan dengan baik dan hari keberangkatan ditentukan. Langkah pertama dimulai terbang mulus menuju Lapangan Terbang Sepingan Balikpapan degan pesawat komersial biasa. Awal perjalanan itu tidak menimbulkan kejutan sama sekali. Artinya, awal perjalanan itu “berjalan normal” seperti perjalanan dinas biasa, sehingga masih terasa sebagai perjalanan pejabat tinggi yang terhormat.
Namun setelah sampai di Lapangan Terbang Sepingan di Balikpapan, keadaan mulai berubah. karena Prof Dr. Haryono dan Hari Setyowanto yang bertugas sebagai pengawal, di “persilahkan” pindah ke Helikopter yang siap mengantar ke lapangan peninjauan selanjutnya di tengah hutan. Mulailah timbul pikir-pikir di dalam hati, jangan-jangan perjalanan menjadi tidak normal, karena “katanya” akan “menyusur hutan” sekitar satu jam. Keterangan itu ternyata betul, perjalanan dengan Heli itu terasa mencekam karena melewati hutan dengan pohon besar yang kelihatan tidak ada habisnya. Setelah sekitar satu jam, Heli itu mendarat mulus di suatu Desa di tepi sungai Mahakam yang sangat lebar, seakan seperti laut saja. Kami mengira itulah Desa tujuan akhirnya. Tetapi ternyata keliru, Desa itu bukan tujuan akhirnya.
Dari tempat pendaratan itu, kami jalan kaki sebentar ke tepi sungai, ternyata pindah naik Speed boat kecil guna menyusur sungai Mahakam yang sangat lebar dengan kecepatan tinggi selama setengah jam menuju satu desa di pinggir “hutan perawan” yang lebih lebat. Di tempat pemberhentian di tenagh hutan itu, kami dijemput lagi oleh pasukan Tim Perusahaan yang siap dengan sebuah kendaraan jenis Jeep. Kendaraan itu adalah Jeep lapangan dobel gardan yang tahan banting membawa rombongan kecil kami sekitar setengah jam menyusuri jalan setapak masuk hutan yang lebih lebat menuju Desa Sondang sebagai pusat Base Camp kegiatan perusahaan di lapangan. Biarpun masuk hutan yang kami perkirakan tidak ada makluk hidup, ternyata komunikasi PT Total Indonesie sangat baik. Kami disambut meriah oleh karyawan dan penduduk desa di hutan itu dengan senyum yang sangat simpatik melegakan hati yang gemetaran seperti disiram es yang sejuk sehingga kami merasa seakan seperti melakukan kunjungan resmi seorang Menteri yang sangat dinantikan rakyat banyak. Barangkali malah lebih meriah dari kunjungan seorang Menteri yang baru saja kami tinggalkan pensiun karena diganti oleh Menteri baru yang lain. Waktu itu, hati ini jadi berbunga-bunga mengingat kami baru beberapa tahun pensiun setelah puluhan tahun selalu “manja” disambut sebagai pejabat tinggi apabila berkunjung ke suatu daerah atau desa.
Setalah dijamu makan siang yang nikmat oleh Pimpinan Lapangan dan para karyawan dengan omong-omong “ngalor ngidul” atau “basa basi” tentang kondisi, fasilitas dan kenikmatan bekerja di desa di tengah hutan itu, kami mengadakan peninjauan lapangan. Sangat mengejutkan karena desa itu ternyata dilengkapi oleh Perusahaan dengan fasilitas sekolah dasar bagi keluarga muda karyawan dan penduduk desa agar bisa mengirim anaknya sekolah sampai tamat SD. Fasilitas itu sangat memadai sehingga dalam laporan hasil kunjungan, kami sebut sebagai “fasilitas kota tetapi ada di tengah hutan” yang memberi gambaran bahwa anak-anak pekerja dan penduduk desa akhirnya bisa maju menjadi pemimpin bangsa di kemudian hati. Siapa tahu kalau Ibukota pindah ke daerah ini, anak-anak di tahun 2002 itu sudah siap mengganti pegawai anak kota yang tidak mau pindah ke Ibukota baru di wilayah tersebut.
Rupanya fasilitas yang dibangun di Desa Sondang yang menjadi Base Camp Perusahaan Total itu tidak hanya sekolah tetapi juga Posyandu, sehingga Prof. Dr. Haryono Suyono yang kebetulan arsitek dan pencipta Posyandu di tahun 1983 langsung seperti mendapat makanan empuk. Seperti masih menjabat, langsung di dekati dan di angkat anak balita satu demi satu, di bawa ke tempat timbangan bayi, ditimbang dan kadernya di minta membandingkan berat badan anak balita itu selama tiga bulan terakhir, enam bulan terakhir dan mulailah “ahli tumbuh kembang anak Haryono Suyono” yang pernah mendapat penghargaan khusus sebagai “ahli gizi” mengurai tumbuh kembang anak satu persatu dengan lancar.
Para tenaga medis desa mulutnya “ternganga” tidak mengira tamunya memberi pelatihan penyegaran lapangan yang gratis, menarik terasa tidak ada tandingannya. Ibu-ibu yang membawa anak balitanya seakan mendengarkan pujian tentang pengasuhan anak yang sangat membanggakan hatinya dan berharap bahwa anaknya akan tumbuh kembang seperti diramalkan oleh tamu yang terhormat. Rahasianya sederhana, karena pak Haryono selalu memberikan pujian kepada setiap anak dan ibunya, tidak ada yang di cela. Kalau ada yang tidak naik berat badannya untuk satu dua bulan, Haryono tidak menyampaikannya langsung kepada publik, tetapi di bisikkan kepada petugas sebelum meninggalkan acara agar anak-anak itu mendapat perhatian serius. Sehingga semua ibu dari anak-anak balita seakan mendapat pujian dengan senyum, yang mendapat pujian paling banyak mendapat tambahan acungan jempol tetangganya karena selalu di tanya oleh ramunya : “mana ibunya anak yang sehat ini ?” dengan nada yang otomatis membuat hati Ibu anak yang ditunjuk berbunga-bunga karena merasa cara asuh, memberikan asi, atau memberikan makanan tambahan dianggap benar. Diminta para ibu bertanya lebih banyak kepada para pengasuh karena sudah dipesan banyak ilmu kepadanya.
Peninjauan lapangan itu rupanya sangat menarik para pejabat dan kader yang di posisikan sebagai pahlawan pembangunan di lapangan sehingga sebelum meninggalkan Base Camp yang sangat akrab itu diberikan apresiasi yang tinggi dan dipesankan agar anak-anak muda yang dianggap pahlawan pembangunan yang sanggup berkorban meninggalkan keluarga dan hidup di Desa yang sangat terpencil ini tetap tabah dan melaksanakan tugasnya dengan baik demi kontribusinya terhadap pembangunan tanah air dan bangsanya. Mereka kelihatan sangat puas dan mengantar rombongan kembali dengan senyum seakan kita adalah tamu yang dianggap sebagai keluarga yang sudah sangat lama dirindukan.
Kami kembali menelusuri jalan yang sama dan melanjutkan perjalanan menuju Base Camp lain,yaitu di desa Handil masuk kawsan Kertanegara. Di desa ini kami mendapat jamuan makan siang bersama karyawan yang lebih banyak, seakan seperti pesta Perusahaan dan kami dianggap sebagai tamu kehormatan dan dipastikan kami akan menulis laporan positif yang pasti akan sampai kepada Mantan Presiden HM Soeharto yang memberi tugas kami untuk berkunjung ke tengah hutan tersebut.Para karyawan di Base Camp itu ditugasi mengadakan explorasi di kawasan Blok Mahakam yang nampaknya lebih besar dan lebih luas. Sekali lagi sewaktu diminta memberi pesan kepada anak-anak muda yang berkumpul makan siang bersama di sampaikan agar anak muda merasa bangga karena mendapat kesempatan untuk bekerja keras, biarpun meninggalkan anak istri di tempat asalnya, karena tugas dan pengabdiannya adalah untuk kejayaan negara dan bangsa yang akan menjadi tambah makmur dan sejahtera karena pengorbanan yang diberikannya. Anak-anak muda seperti melihat pertunjukkan spektakuler, atau karena kangen tidak ada selingan wajah lain, memberikan apresiasi kepada pesan-pesan yang oleh pembawa acara disebutkan bahwa pembawa pesan adalah seorang mantan Menteri Koordinator yang baru saja pensiun. Padahal pensiunnya sudah hampir tiga tahun. Alhamdulillah, misi meninjau desa perjuangan itu dinilai sukses,. Perusahaan yang memberi fasilitas puas, dan Bapak HM Soeharto, waktu itu Ketua Yayasan Damandiri merasa misi yang akan kita kembangkan bersama melalui Yayasan Damandiri mendapat sambutan yang menggembirakan, dari perusahaan besar serta rakyat yang kita berdayakan melalui pendidikan di daerah terpencil sekalipun.
Cerita singkat tentang hasil peninjauan itu di muat dalam Tabloit Gemari yang diterbitkan oleh Yayasan DAmandiri, khusus tentang penanganan ibu hamil dan anak balita sehingga menggelitik pihak UNICEF di Jakarta yang langsung memesan 2000 copy Tabloid tersebut untuk disebar luaskan ke seluruh Indonesia sebagai contoh pembinaan Ibu hamil dan anak balita. Kegiatan itu adalah bentuk partisipasi perusahan swasta yang dianjurkan oleh Pak Harto dalam membantu ibu hamil dan anak balita melalui dana CSR yang disedikan oleh perusahaan. Alhamdulillah..