Kompor Rakyat Adi Wibowo makin memasyarakat

IMG_2848.jpg

Adi Wibowo adalah salah seorang aktifis dari Universitas Gajah Mada yang di masa lalu bergerak bersama dalam Gerakan Masyarakat Mandiri (Gemari), yang melahirkan ribuan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di Daerah Istimewa Yogyakarta dan kemudian di daerah-daerah dan provinsi lain, Berkat ketekunannya, dewasa ini makin maju mengelola Gerakan Nasional Desa Mandiri Energy melalui Organisasi Potensi Lokal menuju Indonesia Berkah.

Pada masa penyegaran budaya gotong royong bersama Prof. Dr. Haryono Suyono selaku Ketua Yayasan Damandiri sebelum tahun 2015, Adi Wibowo adalah salah satu penggiat di desa melalui KKN ikut berjuang membentuk kelompok Posdaya bersama kegiatan LPPM Universitas Gajah Mada. Keberhasilan Perguruan Tinggi ini bersama banyak Perguruan Tinggi lain di Yogyakarta pernah dipadukan dalam “Gebyar Posdaya” yang dihadiri  sekitar 3000 aktifis Posdaya dari seluruh DI Yogyakarta menyajikan gelar kegiatan masyarakat mandiri dalam bidang sosial kemasyarakatan, termasuk dalam bidang ekonomi dan kegiatan yang membawa manfaat pada upaya pembangunan keluarga yang bebas penyakit dan mampu menjadi kekuatan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya keluarganya.

Pertemuan besar itu menjadi salah satu tonggak sejarah di mana Gerakan Masyarakat Mandiri di teruskan oleh Pemerintah Jokowi melalui kucuran dana desa langsung ke desa dan melahirkan banyak sekali kegiatan yang selama lima tahun terakhir di pusatkan pada pengembangan infrastruktur sosial ekonomi desa, seperti jalan, jembatan, pasar dan MCK, fasilitas kesehatan di desa termasuk Posyandu dan klinik di Desa. Pada tahun terakhir, dana desa mulai diarahkan untuk membantu keluarga desa bersatu dalam pengembangan kelompok ekonomi desa dalam wadah Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes. Di beberapa desa yang memiliki kesamaan antar desa di kembangkan Prukades atau usaha antar wilayah yang melebihi satu desa, atau lebih dari satu kabupaten bahkan termasuk dalam wilayah antar Kabupaten. Di samping itu di setiap desa dibangun Embung Desa agar pertanian tetap bisa marak di musim kering sehingga penghasilan rakyat tidak terganggu. Untuk anak muda di bangun Lapangan Olah Raga agar tenaga muda tidak meninggalkan desa karena tenaganya sangat dibutuhkan untuk membangun desa dan masyarakat desanya. Pada setiap lapangan Olah Raga bisa dikembangkan kegiatan seni dan budaya yang luas guna memenuhi pengembangan nilai masyarakat yang maju dan berbudaya.

Barangkali terinspirasi Gerakan Masyarakat Mandiri tersebut, Adi Wibowo yang genius mengembangkan Kompor Rakyat disingkat Kokar dengan menggunakan bahan bakar olahan sampah Organik yang dibentuk menjadi pelet sebagai bahan bakar yang diolah oleh rakyat desa menjadi bahan bakar murah karena bahan bakunya sampah yang melimpah di desa. Olahan bahan baku itu sekaligus menjadi solusi untuk mengurangi atau membuang sampah agar tidak mengganggu kesehatan umat manusia. Prinsip 3R, Reduce, Reuse dan Recycle, yaitu mengurangi volume sampah, memanfaatkan sampah dan mendaur ulang sampah. Penggunaan sampah dalam proses 3R ini sangat populer di Jepang dan Korea Selatan, yang bahkan mereka telah ekspansi industrinya di beberapa negara lain, termasuk salah satu di Indonesia bagian timur yang sedang di mengembangkan satu pabrik daur ulang sampah menjadi bahan bakar untuk pabrik yang sangat besar di negaranya nanti.

Recycle.jpg

Gagasan dan Adi Wibowo dalam Gerakan Nasional Desa Mandiri Energi ini patut diacungi jempol karena kita tidak perlu harus mendirikan pabrik besar, tetapi rakyat di desa yang melimpah bisa menjadi pabrik raksasa dengan menjadikan mereka pengumpul sampah di desanya dan masyarakat desa menjadi pengolah sampah yang dengan cara sederhana mengubah sampah menjadi pelet, konon dengan alat pres yang sederhana, praktis bisa dikerjakan oleh tenaga dengan tingkat pendidikan yang masih rendah tetapi jumlahnya melimpah di desa. Sampah Organik di desa bisa dikumpulkan, tidak lagi mengganggu sebagai sumber penyakit dan setelah diolah menjadi pelet langsung dijadikan bahan bakar Kompor Rakyat yang menggunakan bahan bakar olahan. Sisa pembakaran untuk sementara bisa menjadi abu gosok untuk mencuci piring dan lainnya. Siapa tahu bisa menjadi bahan baku lain di kemudian hari. Suatu proses recycle yang bisa dikerjakan oleh rakyat banyak di desa yang mau bekerja keras karena sangat sayang pada lingkungan dan kesehatan serta pertumbuhan anak-anak sebagai sumber daya manusia yang sayang pada lingkungan dan masa depan bangsanya. Semoga menjadi bangsa yang makin mandiri, maju, bahagia dan sejahtera.

image.jpg

Organisasi PKK di Desa, Posdaya di Desa atau bahkan ibu-ibu di Desa dapat menyatu dalam Unit Bumdes di Desa melakukan pengumpulan sampah, mengolah sampah menjadi pelet, dan sekaligus menjadi agen Kompor Rakyat dengan bahan bakar yang diolah dari sampah di desanya. Suatu industri ramah lingkungan yang sekaligus menjaga kesehatan rakyat di desa. Siapa tahu bahan bakar dari sampah yang diolah menjadi pelet tersebut pada suatu hari menjadi bahan bakar industri kecil yang tumbuh di desa yang berkembang menjadi desa industri, makmur dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Haryono SuyonoComment