Mempersiapkan Gebrakan Upaya Penurunan Tingkat Kematian Ibu Hamil dan Melahirkan dimana Dokter Ahli Kandungan terpanggil membangun jaringan di Desa

IMG_3323.JPG

Dokter ahli kandungan yang di tahun 1950-an menjadi pelopor Gerakan Keluarga Berencana (KB) dengan pendekatan klinik, bersatu dengan ahli kemasyarakatan mulai tahun 1970-an telah menjadi pelopor upaya menurunkan tingkat kelahiran di Indonesia melalui pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan pendekatan yang dijalankan di banyak negara maju dan negara berkembang. Upaya yang dimulai oleh Organisasi PKBI itu kemudian melahirkan BKKBN dan melalui koordinasi BKKBN muncul tokoh muda yang memperkenalkan pendekatan kemasyarakatan yang dengan dukungan para Guru Besar Dokter Ahli Kandungan, yang umumnya dokter senior yang sangat disegani oleh para dokter muda dan mahasiswa calon dokter ahli kandungan, sehingga bisa menjadikan Indonesia meluncur mulus menjadi juara KB yang tidak ada tandingannya.

Keberhasilan penurunan angka kelahiran itu sayangnya belum seluruhnya diikuti penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan bukan karena dokter ahli kandungan malas menularkan ilmunya, tetapi pada waktu yang sama jumlah bidan yang dikembangkan secara luas dengan target satu bidan satu desa, tidak mendapat dukungan serius sehingga para bidan desa oleh berbagai kalangan dibiarkan kembali ke kota dan kumpul di kota.

IMG_3318.JPG

Pada waktu yang sama di dunia lahir kelompok dokter ahli kandungan dalam Organisasi swasta yang menamakan diri Aliansi Pita Putih. Kelompok ini menarik perhatian ahli kesehatan Indonesia sehingga lahir kelompok Aliansi Pita Putih Indonesia yang pada suatu ketika dipimpin oleh Ibu Dr. Sri Hartati Pandhi, yang kebetulan adalah salah satu Deputy BKKBN Senior.

Aliansi Pita Putih Indonesia itu mencoba bergerak dengan dana terbatas dan pada tingkat awal, sesuai arahan dari Kantor Pusatnya, bergerak dalam pendekatan medis sehingga tidak serta merta menunjang kegiatan KB yang gencar bergerak melalui pendekatan kemasyarakatan. Aliansi Pita Putih mencoba meyakinkan Kementerian Kesehatan dan berhasil mengadakan aliansi dengan para bidan dan dokter ahli kebidanan di berbagai daerah.

Sayangnya, kegiatan yang dilakukan banyak mengikuti “petunjuk” dari Kantor Pusat, sehingga Aliansi Pita Putih Indonesia bergerak seirama kegiatan Kantor Pusatnya. Tetapi akhirnya Aliansi Pita Putih Indonesia berhasil mengundang Konperensi Internasional di Bali yang membuat kejutan karena dihadiri peserta yang meledak dan hadir pula Presiden Xanana dan istri dari Timor Timur yang membawa komitmen ikut aktif dalam kegiatan Aliansi Pita Putih. Sejak saat itu kegiatan usaha menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan mendapatkan momentum yang baru, biarpun kegiatannya masih sangat terbatas pada usaha organisasi swasta dan sedikit sekali perhatian yang gegap gempita seperti halnya program KB, antara lain karena pendekatan yang sangat hati-hati dari Departemen Kesehatan RI yang relatif sangat mementingkan kualitas dibanding cakupan kemasyarakatan yang luas.

Kepemimpinan Ibu Dr. Sri Hartati Pandhi dewasa ini dilanjutkan oleh Ibu Dr. Ir. Giwo Rubianto yang di samping sebagai Ketua Aliansi Pita Putih, juga Ketua Umum KOWANI, suatu jabatan sangat strategis memberi kekuatan sinergis dalam memberikan dukungan program Presiden Jokowi dewasa ini yang menaruh perhatian sangat tinggi pada pengembangan sumber daya manusia sejalan dengan program gebrakan Aliansi Pita Putih melalui pendekatan kemasyarakatan. Ibu Dr Giwo, apabila berkenan dapat mengulangi keberhasilan gerakan KB yang menempatkan penanggung jawab Komunikasi, Informasi, Edukasi dan Advokasi tidak pada aparat kesehatan atau petugas kesehatan, tetapi kepada masyarakat umum. Pelayanan yang bersifat sosial budaya melalui sistem gotong royong dipercayakan kepada masyarakat luas dengan dukungan pelayanan medis kepada para dokter, bidan dan ahli yang memang memerlukan kemampuan profesional medis yang tinggi.

Ibu Dr Ir Giwo Rubianto yang baru saja kembali dari suatu Konperensi di Amerika Serikat, hari Jumat ini diantar oleh Ibu Pandhi, mantan Ketua, bertemu dengan pendukung utama di masa lalu, Prof. Dr. Haryono Suyono, melaporkan adanya dukungan dari White Ribbon Alliance (Aliansi Pita Putih) Pusat yang ingin mengulang keberhasilan Konperensi Internasional yang pernah di adakan di Bali. Setelah diyakinkan oleh Delegasi Indonesia, Tim Pusat di New York memilih Surabaya sebagai tempat Konperensi Internasional yang akan diadakan sekitar bulan April tahun 2020 yang akan datang.

Dalam memberikan komentar dan dukungan, Prof. Dr. Haryono yang dewasa ini dipercaya Menteri Desa Drs Eko P. Sandjojo sebagai Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT, menganjurkan agar Indonesia, sejalan dengan strategi Presiden Jokowi membangun SDM di desa dan di kota, secara berani mengajukan strategi program yang pernah dengan berhasil di terapkan dengan menggugah komitmen pada setiap Gubernur, Bupati, Walikota, Camat dan Kepala Desa, tidak kaku melalui bahasa medis, tetapi dengan menggunakan bahasa rakyat yang di kembangkan secara populer agar segala lapisan masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan Ibu hamil dan melahirkan sehingga tidak ada ibu hamil di desa yang meninggal dunia karena hamil atau melahirkan.

Setiap Kepala Desa dan Kepala Keluarga ikut bertanggung jawab didukung oleh Jaringan Desa dan Jaringan Posyandu yang telah dibangun di hampir semua desa dengan dana desa, Klinik Desa, Dokter dan bidan Puskesmas. Dokter-dokter ahli kandungan, khususnya Ahli Kandungan Sosial, yang di Jawa Timur dipimpin oleh Dr. Moh. Ardian SPOG yang baru-baru ini menyelenggarakan Seminar atau Simposium dokter ahli kandungan sosial di Surabaya dilibatkan secara penuh sebagai konsultan dengan tanggung jawab penuh sampai ke tingkat pedesaan. Dalam era 4.0 ini suatu sistem monitoring dengan basis Internet yang kuat harus diciptakan, lebih baik kalau di demokan pada Konperensi Internasional di Surabaya itu.

Mengambil momentum Konperensi Internasional itu, dalam beberapa bulan ini perlu dilakukan persiapan tuntas untuk menunjukkan bahwa Indonesia siap mengambil partisipasi penuh dengan melibatkan jajaran kesehatan pemerintah, BKKBN serta jaringan lapangan pada tingkat desa yang dibantu penuh oleh bidan desa dan dokter ahli kandungan (SPOG) sosial yang dedikasinya sangat tinggi. Semoga.

Haryono SuyonoComment