Study Banding membakar semangat Perubahan untuk membangun Desa
Pada akhir tahun 1960-an para pemimpin yang mempunyai kaitan dengan program KB dikirim oleh lembaga swasta ke beberapa Negara mengikuti study banding bagaimana setiap Negara menangani masalah kependudukan yang pada waktu itu mulai mencul kesadaran untuk mengerem kemungkinan terjadinya ledakan penduduk di Negara-negara berkembang. Hasilnya sangat positif sehingga banyak Negara berkembang mulai mempertimbangkan inisiasi program KB dan Kependudukan di negaranya.
Setelah pada tahun 1970 Indonesia secara resmi memulai Program KB ternyata dalam waktu sepuluh tahun keberhasilan kita melompat maju dan kita menemukan cara baru penanganan program sebagai pendekatan KB berbasis masyarakat. Indonsia mendapat acungan jempol dan penemunya Dr. Haryono Suyono, mendapat Anugerah Dunia di Washington. Untuk itu nama beliau diabadikan pada Universitas John Hopkins di Washington sejajar dengan tokoh Amerika seperti Rockefeller dan lainnya.
Sejak saat itu bukan pejabat Indonesia yang belajar ke luar negeri tetapi ribuan petugas dan Kepala Negara dari berbagai belahan bumi datang belajar ke Indonesia meniru pendekatan masyarakat menangani program Kependudukan dan KB sampai sekarang.
Beberapa waktu lalu Pemerintah mengirim para Kepala Desa (Kades) belajar ke Tiongkok agar mendapat gambaran kemajuan pembangunan desa yang gegap gempita di Negara tersebut. Sepulang dari Cina banyak pejabat desa menyatakan bertekad ingin membawa perubahan untuk desanya setelah kembali ke Indonesia.
Pernyataan tersebut antara lain dikatakan oleh Kepala Desa Pujon Kidul, Kabupaten Malang, Udi Hartoko usai pelepasan peserta studi banding di Kedutaan Besar Tiongkok untuk Indonesia di Jakarta akhir Maret lalu.
Seperti diketahui, sesungguhnya Desa Pujon Kidul di Malang sudah sangat maju. Mereka memiliki area wisata desa yang maju dan bahkan jauh lebih maju di banding banyak desa lain di Indonesia. Maksud pengiriman Kepala Desa itu ke Tiongkok yang dikenal sebagai negara yang berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan hingga 100 kali lipat dalam 40 tahun, memberi motivasi dan memicu desa lainnya untuk maju. Kalau semua Kepala Desa seperti pak Udi, berharap Indonesia mampu meraih keberhasilan serupa dalam waktu lebih singkat.
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Desa PDTT, disamping melanjutkan program mengirim Kepala Desa lain melakukan study banding ke berbagai Negara, juga mensponsori study banding di dalam negeri misalnya meninjau kemajuan desa seperti desa Pujon di Malang. Lebih dari itu, Pemerintah perlu berani menawarkan dan mengundang Kepala Desa dari berbagai Negara berkembang lain untuk meninjau kemajuan pembangunan desa di Indonesia sekaligus untuk memicu semangat kemajuan pembangunan desa di seluruh Indonesia. Undangan seperti itu akan menjadi semacam lomba antar desa sekaligus menjadikan contoh secara nasional dan internasional. Kepala Desa yang bisa bangga kalau kemajuan Desanya ditinjau oleh rekan-rekan desa lain atau bahkan menjadi tempat peninjauan dari Kepala Desa atau Pemimpin dari Negara lainnya. Semoga.