Mencoba MRT Jakarta

Sebagai pengantar, ini bukan ketularan napak tilas pertemuan Joko Widodo dan Prabowo Subianto di MRT, yang bersejarah itu. Tapi memang sudah lama ingin mencoba MRT.

Usai rapat di salah satu universitas di bilangan Menteng, lanjut  siang hari ada rapat berikutnya yang diselenggarakan oleh DPP Aliansi Relawan Antar Perguruan Tinggi Anti  Penyalahgunaan Narkoba (Artipena) di Universitas Al Azhar (UAI), dikawasan Blok M. Saya memutuskan menggunakan MRT dari Stasiun MRT Dukuh Atas, Sudirman ke Stasiun ASEAN, stasiun terdekat dengan UAI. Maklum, sehari-hari rute perjalanan ke tempat kerja tidak memiliki akses ke MRT, namun memiliki akses ke commuter line.

Memasuki stasiun Dukuh Atas, Sudirman di kawasan stasiun BNI City, yang terintegrasi dengan commuter line stasiun Sudirman dan kereta Bandara, harus berjalan menuruni tangga, lumayan panjang dan dalam,  dua kali turun tangga. Kereta MRT ada di turunan kedua (setelah dua kali menuruni tangga). Perjalanan yang lumayan, buat orang dengan usia 50 tahunan. Lift sebenarnya tersedia, bagi lansia, wanita hamil ataupun penyandang disabilitas. Sedangkan elevator tersedia hanya untuk naik, ke luar stasiun MRT.

Ternyata stasiun MRT kita tak kalah canggihnya dengan yang ada di Singapura, Kuala Lumpur, bahkan di Seoul, Hong Kong ataupun Tokyo.  Mungkin juga karena masih baru ya, lebih kinclong. Ruang tunggu nyaman, dan bersih, begitu pula kereta MRT nya, nyaman dan bersih. Bangga juga pada akhirnya kita memiliki MRT. Tinggal bagaimana kita merubah budaya angkutan pribadi (memakai mobil pribadi) menjadi budaya angkutan publik, untuk semua strata dan golongan masyarakat tentunya.

Dari stasiun Dukuh Atas, Sudirman melewati stasiun Astra Setia Budi, Bendungan Hilir, Istora,  Senayan, selanjutnya tiba di stasiun ASEAN (Rel MRT sudah di atas tanah, tidak di bawah tanah lagi), Selanjutnya keluar stasiun  dan berjalan sedikit ke kompleks Al Azhar, tempat lokasi UAI berada. Perjalanan ditempuh tidak sampai 15 menit.  Nyaman dan praktis. Saya pun tidak lupa menyampaikan di grup WA Artipena. Sekalian ajakan untuk menggunakan angkutan publik bagi semua. Kenapa tidak? kalau fasilitas angkutan publik sudah baik, tidak alasan bagi seorang eksekutif dan golongan menengah atas yang berkelimpahan rejeki, sehingga mampu membeli kendaraan pribadi bahkan dengan sopir, untuk tidak mengunakannya. Semakin banyak masyarakat menggunakan angkutan publik, semakin berkurang polusi udara, yang sekarang dikeluhkan masyarakat Jakarta.

Aam Bastaman (Universitas Trilogi).

MRT1.jpg
Aam BastamanComment