Refleksi: “Tersandung”

Berapa banyak orang yang sedang di dalam posisi  di “atas”, termasuk  para pesohor dan mereka yang sedang memegang kekuasaan di  organisasinya (perusahaan, pemerintahan, dewan perwakilan,  badan/lembaga,  partai politik, dan lainnya) tersandung kasus, dan kemudian jatuh terjungkal? Ternyata banyak juga.

Konon ini bagian dari dinamika kehidupan, yang di  atas sekali-kali tersandung dan jatuh  untuk berada di bawah, bahkan dilevel paling bawah. Penyebabnya bisa godaan dan kurang tahan mengatakan “tidak”, atau bisa juga cobaan, mungkin tidak sengaja, atau karena kurang kuat prinsip, malaweung (dalam bahasa Sunda), tiba-tiba saja melakukan hal yang bisa menyebabkan tersandung. Meski Cuma  tersandung, namun bisa membikin terjatuh, bahkan terpuruk.

Kalau sudah tersandung, bisa mempengaruhi posisinya, dari  kuat menjadi lemah, dari banyak pengikut  menjadi banyak pengumpat, dari dipuji dan dikagumi menjadi dicaci maki, citra dan reputasi diri jatuh, bahkan sampai terpuruk. Hal ini tidak jarang  dialami oleh banyak orang yang sedang dalam kekuasaan, di posisi puncak, atau pesohor karena kekayaannya, talentanya, atau karena kemampuan aktingnya. Ada politisi (ingat kasus video porno di rapat DPR? Atau perilaku kurang senonoh seks bebas layaknya suami istri yang terekam, atau kasus hubungan cinta terlarang lainnya); ada juga pejabat negara, eksekutif  tertinggi di lembaganya, atau mereka dengan jenjang kepangkatan tertinggi di instansinya,  dan ada banyak tokoh pesohor lainnya, kurang lebih dengan kasus yang sama, ditambah  terkena kasus godaan korupsi (tidak  hanya mengambil uang negara, ataupun memanfaatkan kedudukannya untuk kepentingan pribadi, tapi  bisa juga menerima yang bukan haknya, yang bisa  mempengaruhi  keputusannya sebagai pejabat eksekutif). Termasuk juga yang menimpa sebagian kecil pemuka agama kita, kyai atau ustad (beruntung tidak banyak), terkena kasus yang  hampir tidak berbeda.  Ujung-ujungnya tiga “Ta” (Tahta, Harta dan Wanita), sebagai penyebab.

Semua orang bisa kena, kata seorang sahabat saya, tanpa terkecuali. Kesandung merupakan ujian kehidupan, cobaan, ada juga orang yang mengatakan sebagai laknat, karena kurang mawas diri, yang terkena dipastikan tidak mau mengalami hal tersebut. Sisanya tinggal penyesalan, terlambat.

Karena ini sebuah dinamika, sebagian  orang yang tersandung yang umumnya  akibat ulah sendiri, bisa bangkit dan menutupi atau bisa memulihkan nama baiknya, “hidup” kembali, namun  ada juga yang karir dan kehidupannya “habis”.

Kemampuan bangkit kembali menjadi ukuran daya juang  seseorang, tanpa menghitung seberapa besar kekhilafan yang sudah dilakukan. Tapi  bangkit bagi siapapun yang tersandung merupakan sebuah keniscayaan, untuk memulai hidup lagi dengan lebih baik. Tuhan saja maha pengampun.

Pelajaran yang bisa  diambil, hati-hati dengan  hal-hal  kecil, yang nampak sepele (sebenarnya bukan sepele  juga sih), masa iya, sepat-sempatnya membuka video porno di tengah-tengah rapat DPR yang sedang membahas urusan negara? Misalnya.

 

 Aam Bastaman (Universitas Trilogi, Jakarta). Anggota Tim Kerja Lembaga Produktifitas Nasional (LPN).

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment