Desa Murung Ta’al Kembangkan Usaha Ternak Kelulut
Noor Azasi mengangkat cerita sesuatu dari Desa Murung Taal, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan (Kalsel) yang apabila dapat dikembangkan lebih luas, melestarikan lingkungan dan menghasilkan produk unggulan yang membawa manfaat besar bagi penduduk desa. Kisah itu diangkat oleh Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Haryono Suyono karena biarpun awalnya merupakan kisah seorang pemuda desa, Yamin Fauzi, yang menemukan dan membawa temuannya sarang kelulut dari tengah hutan ke rumahnya, tetapi prospeknya sangat menguntungkan. Sarang temuan tersebut dipindahkan ke pekarangan rumahnya untuk dibudidayakan dan dikembangbiakkan hingga jumlahnya mencapai puluhan sarang. Akal-akalan tersebut berhasil dan segara diikuti banyak warga di desanya. Setiap sarang mengandung madu sekitar 1 sampai 1,5 liter.
Keistimewaan penemuan ini adalah bahwa Kelulut adalah suatu jenis serangga yang memiliki hubungan simbiosis mutualisme dengan aneka jenis tanaman berbunga. Kelulut mengambil sari madu dari tanaman bunga, sebaliknya tanaman memerlukan kelulut untuk membantu penyerbukan atau persilangan bunga jantan dan bunga betina. Tanaman akan menghasilkan bunga dan buah yang sempurna berkat bantuan kelulut sehingga produksinya meningkat. Madu ketutut sangat berguna untuk obat serta menambah stamina dan kesehatan tubuh. Nilai ekonomi usaha madu kelulut juga cukup baik sebagai usaha sampingan.
Karena itu kehadiran kelulut sangat membantu peningkatan produksi buah-buahan yang banyak ditanam warga desa. Hal ini sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan yang menjadi habitat kelulut tersebut. Karena adanya mutualisme itu, usaha budidaya kalulut tidak memerlukan lahan yang luas, tetapi diperlukan banyak tanaman berbunga di sekitar lokasi untuk membantu optimalisasi produksi madu. Sehingga masyarakat tertarik menanam rambutan, lengkeng, durian, nangka maupun sayuran seperti tomat dan lombok. Pemeliharaan kelulut relatif tidak perlu perhatian khusus karena pakannya sudah tersedia di alam.
Saat ini, sebuah rumah minimal memiliki 10 buah sarang yang setiap bulan bisa menghasilkan sekitar 3 juta-an rupiah. Teknologi tepat guna juga telah digunakan dalam penanganan panen dan pasca panen. Salah satunya pemanfaatan alat penyedot sederhana yang dibuat dengan menggunakan dinamo kecil sehingga bisa menjaga sarang tetap utuh dan baik.
Pemerintah desa diharapkan dapat mendukung peningkatan kapasitas kegiatan budidaya kelulut ini melalui pelatihan dan pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam mendukung permodalan dan pemasaran madu yang dihasilkan masyarakat dengan mendatangkan narasumber yang berkompeten karena potensinya cukup tinggi.