Dana Desa Oi Bura Bebaskan Riba

ci bura.jpg

Menurut laporan Gedhe Nusantara yang terbaca Ketua Tim Pakar Mendes PDTT, Desa Oi Bura barada sekitar lima jam perjalanan dari Kota Bima sampai di Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Jaraknya sekitar 194 km tapi medan berlika-liku. Dari Woha, ibukota Kabupaten Bima, hanya 30 menit.

 Kecamatan Tambora dan Kecamatan Sanggar memiliki keunikan, karena merupakan daerah kantong yang terpisah dari Kabupaten Bima, dikelingi oleh Kabupaten Dompu. Untuk mencapai lokasi, dari Bima terlebih dulu melalui wilayah Kabupaten Dompu, kembali masuk wilayah Bima, lalu wilayah Tambora, menyusuri wilayah barat Gunung Tambora, karena jalan dari sisi timur gunung yaitu melewati wilayah Kecamatan Sanggar jalannya rusak. Sampai di Desa Calabai Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu,perbatasan terakhir dengan Kecamatan Tambora, sekitar 175 km dari Kota Bima, jalan aspal mulai rusak.

 Orang umumnya menyatakan bahwa mereka lahir di kolong pohon kopi, tapi tidak tahu cara memperlakukan biji kopi. Apalagi pemasarannya. Kopi dipanen setahun sekali, sekitar bulan Juli. Selama setahun, mereka mencukupi kebutuhan hidup berupa makanan dan lain-lain dengan dipasok tengkulak. Pembayaran dilakukan dengan kopi ketika panen. Karena cara panen dan pengolahan tidak standar, biji kopi mentah dihargai paling tinggi 22 ribu/kg. Apabila hasil panen tidak impas dengan utang, bunga utang akan membengkak, yang tidak terbayar lunas tahun berikutnya. Kini, mulai banyak orang sadar tak ingin terjerat riba.

 Usaha melepaskan diri dari riba dimulai tahun 2016. Berdasarkan musyawarah seluruh elemen desa, diputuskan mendirikan BUMDesa Tunas Muda dengan modal awal 130 juta. Pada tahun 2017, penyertaan modal lebih besar, 200 juta. Tujuannya mulia, agar hasil panen kopi dapat lebih dihargai konsumen. Caranya, kopi dibeli BUMDes atau petani akan menitipkan kopi di doom (tempat penyimpanan) untuk kemudian diolah dengan lebih baik. Setelah itu, barulah kopi dipasarkan dalam skala lebih besar, sehingga memiliki daya tawar yang lebih tinggi.

 BUMDes membuat alat penjemuran kopi khusus, yang menghasilkan kopi kering sekitar 400kg/bulan. Dengan perlakuan yang benar, standar yang dihasilkan adalah kualitas internasional, yang harga mentah bisa mencapai Rp150ribu/kg. BUMDes membeli mesin pemisah biji kopi, yang fungsinya memisah biji kopi menjadi empat tingkatan. Bagian terbaik, kopi dengan biji besar dan utuh, akan dijual sekitar Rp70 ribu/kg.

 Pelatihan cara memanen kopi dan pengolahan pasca panen didapat ketika ada “festival” kopi di Desa Labuhan Kenanga tahun 2015, yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bima, bertepatan pula dengan peringatan 200 tahun letusan Gunung Tambora.Pada acara tersebut, datang beberapa barista dari berbagai daerah, terutama Bandung dan Jakarta. Para barista mendapati rasa unik kopi robusta Tambora yang serasa ada rempah-rempahnya.Ketika ditanya berapa stok yang dimiliki, para petani angkat tangan, karena memang jarang yang punya stok lebih. Para barista bersimpati kepada para petani, hingga kemudian memberikan kursus singkat cara.BUMDes memainkan peranan penting bersedia membeli kopi warga dengan harga yang lebih tinggi. Keadaan ini menciptakan keuntungan bagi para petani karena harga kopi mereka dinilai lebih tinggi.

Haryono SuyonoComment