Traveler Tic Talk: Melaka

Adalah Prof. Faridah Hj. Hassan kolega dan senior saya dari UiTM Shah Alam Selangor, yang menyarankan saya untuk melancong ke Melaka. Setelah mengunjungi Melaka saya bisa mengatakan ini saran dan keputusan yang tepat. Melaka yang merupakan salah satu negara bagian Malaysia menyimpan keunikan dan keistimewaannya sendiri. Sangat layak dikunjungi.

    Berbeda dengan negara bagian Malaysia lainnya  di semenanjung Malaya (Malaysia Barat), Melaka bukan merupakan kerajaan ataupun kesultanan, meskipun memiliki sejarah  panjang kerajaan  Melaka dan pernah mencapai masa keemasannya. Statusnya mirip dengan negara bagian Penang dan dua negara bagian Malaysia yang terletak di bagian utara Kalimantan (Malaysia Timur), yaitu Sabah dan Sarawak yang tidak berbentuk kesultanan atau kerajaan. Pemimpin negara bagian Melaka disebut Yang Di-Pertua Negeri,  atau dikenal juga Gubernur Melaka dengan gelar Tuan Yang  Terutama (TYT), bukan  Sultan atau Raja layaknya pemimpin negara bagian di semenanjung Malaya.

    Berpenduduk sekitar 900.000 orang, dengan luas wilayah hanya 1.650 km2, Melaka merupakan salah satu negera bagian paling kecil setelah Penang dan Perlis. Letaknya tidak terlalu jauh dari Kuala Lumpur, sekitar 148 km. Saya kebetulan berangkat dari  Shah Alam, Selangor, sekitar 3 jam-an naik bus. Melaka merupakan kota sejarah yang masuk dalam daftar warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2008, dengan sebutan   The World Heritage City. Melaka memang penuh dengan bangunan bersejarah warisan kolonial tiga negara Eropa: Protugis, Belanda dan Inggris yang dipertahankan bentuk keasliannya, sehingga menjadi  daya tarik bagi wisatawan.

    Mengunjungi aneka objek wisata di Melaka relatif sangat nyaman dan praktis karena objek-objek wisata Melaka lokasinya relatif dekat satu sama lain di tengah kota, sehingga  mudah dijangkau, bahkan dengan berjalan kaki, apalagi kalau hotel tempat menginap kita ada di tengah kota.

    Hari pertama saya jalan dimulai dari Stadthuys - Red Square. Kompleks bangunan berwarna merah yang ada di tengah kota ini merupakan sebuah museum sejarah dan etnografi, Galeri Laksamana Cheng Ho, Musium Sastera, Musium Pemerintahan Demokrasi, dan Museum Yang Di-Pertua Negeri. Awalnya tempat ini merupakan bangunan Gubernur Belanda, sehingga menjadikannya sebagai salah satu bangunan tertua khususnya di Malaysia yang masih digunakan.

    Maklum, Melaka setelah kerajaan-kerajaan lokal tumbang dikuasai oleh  tiga negara Eropa, mulai dari Portugis, Belanda dan terakhir Inggris. Sewaktu dikuasai Belanda Melaka praktis menjadi  bagian kekuasaan Belanda di East Indies (sebutan untuk wilayah Nusantara di jaman Belanda) yang ibu kotanya Batavia (Jakarta sekarang).  Sisa-sisa kekuasaan tiga negara Eropa tersebut di Melaka masih utuh dan terawat baik sebagai heritage kota.

    Di sebelah kompleks Stadthuys, terdapat Christ Church. Terletak di samping Stadthuys Museum dan Kantor Pos Pusat di Dutch Square. Gereja ini dibangun sejak 1741 dan selesai pada 1753, merupakan gereja Protestan tertua di Malaysia yang masih memberikan layanan keagamaan sampai saat ini. Di depan Christ Church terdapat pangkalan becak hias dan sangat meriah karena dari becak tersebut diperdengarkan lagu-lagu pop, melayu hingga dangdut yang diputar cukup keras dari sound system di becak. Kita bisa menyewa becak ini untuk berkeliling seputar komplek sambil mendengarkan musik yang cukup riuh. Disamping itu terlihat pula atraksi orang yang diberi cat warna silver disekujur tubuhnya, sehingga nampak seperti patung. Para wisatawan justru memanfaatkan mereka untuk foto bersama “sang patung”, meski harus bayar dua ringgit.

    Masih di dekat Christ Church, kita bisa menjumpai air mancur Queen Victoria, yang dibangun pada 1904 oleh pemerintah Inggris dan menjadi sebuah landmark di Melaka dan masih berfungsi dengan baik sampai sekarang.

    Selanjutnya adalah St Paul/s Church yang berada di atas bukit St. Paul. Oleh karena itu untuk melihat obyek yang satu ini kita perlu menyiapkan tenaga untuk naik puluhan tangga untuk  bisa sampai ke lokasi. Gereja ini didirikan pada tahun 1521, awalnya adalah bangunan gereja dengan bentuk sederhana yang kemudian beberapa kali diperluas. Sayangnya bangunan ini hancur saat peperangan hanya menyisakan kerangka bangunan.

    Di dalam bekas bangunan gedung gereja ini terdapat beberapa nisan, dan juga bekas makam dari St. Francis Xavier, seorang yang merintis berdirinya sekolah di tempat ini. Untuk mengenang jasanya, didirikan patung monumen di depan bangunan gereja.

    Turun dari bukit, kita bisa menuju A Famosa. Benteng yang dibangun saat pendudukan Portugis. Benteng ini terletak di kaki St Paul’s Hill. Bangunan ini hancur saat peperangan, tapi masih dapat dilihat bentuk pintu masuknya. Terdapat pintu gerbang Santiago yang merupakan salah satu dari empat pintu masuk ke A Famosa. Benteng ini mulai dibangun pada 1512 di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. A Famosa juga menyisakan beberapa meriam tua di seputar benteng, yang dipasang mengarah ke arah laut.

     Tempat berikutnya yang bisa dikunjungi adalah St. Peter Church. Gereja yang terletak di Jl Bendahara ini dibangun pada tahun 1710 ketika Melaka berada di tangan Belanda. Gereja Katolik ini merupakan gereja Katolik paling tua di Malaysia dan masih dipergunakan hingga kini.

    Tak jauh dari sejumlah obyek wisata yang saling berdekatan itu, kita bisa juga mengunjungi Jonker Street. Ini adalah wilayah China town untuk kuliner dan juga menikmati bangunan-bangunan bergaya Cina yang masih dijaga keasliannya. Di sepanjang jalan ini juga kita bisa temukan banyak toko barang antik, souvenir dan juga ada Baba and Nyonya Heritage Museum.

    Bagi yang mau mencoba perahu sungai terdapat fasilitas Melaka River Cruise yang membelah kota, maka menarik juga melihat sudut-sudut kota Melaka dari sungai. Fasilitas ini tersedia bagi wisatawan, meski bukan sungai yang sangat lebar, tapi minimal bisa melihat wajah kota dari perairan,kita bisa menikmati arsitektur bangunan-bangunan  lama yang menawan, baik rumah-rumah tinggal maupun gedung-gedung komersial.  Jangan lupa juga untuk mengunjungi musium Samudra di replika kapal Portugis yang menjadi legenda - Flor de La Mar. Di museum tersebut dijelaskan melalui visual sejarah Melaka, masa kejayaan Melaka, termasuk juga tokoh legenda Laksamana Hang Tuah. Rupanya Hang Tuah yang menjadi tokoh pahlawan cerita rakyat yang melegenda di Kepulaian Riau merupakan tokoh pahlawan juga di Melaka.

    Mengunjungi Melaka seperti melihat napak tilas tiga negara Eropa: Portugis, Belanda dan Inggris. Disamping juga pengaruh Cina, sehingga nuansa multikultural sangat terasa. Jika anda ke Malaysia bolehlah dipertimbangkan mengunjungi Melaka. Menarik.

 

Aam Bastaman: Dosen Senior Universitas Trilogi. Anggota Lembaga Produktifitas Nasional (LPN). Penulis dan  Pelancong global.

Melaka 3.jpg
Aam BastamanComment