Aam Bastaman: Perilaku Konsumen Milenial

Banyak definisi generasi dan pembagian kelompok usia yang dikemukakan para ahli  berkitan dengan perbedaan antar generasi, termasuk generasi milenial.  Namun  secara umum Generasi  milenial  adalah mereka yang lahir antara   tahun 1980 an sampai dengan tahun 2000 an (umumnya saat ini berusia dibawah 30). Oleh karena itu bisa dikatakan mereka hidup sebagai generasi digital, karena hidup di era teknologi informasi yang memanjakan: Hand phone pintar, internet, teknologi  informasi yang canggih, aplikasi komputer, kecerdasan buatan, menjadi bagian sangat penting dalam kehidupan mereka. Tidak  heran kalau mereka memiliki  akses luas pada globalisasi.

Memang, sebagian para ahli berbeda cara pandang mengenai pengelompokkan generasi ini. Misalnya ada yang mengelompokkan generasi Baby boomer yang lahir sampai awal tahun 1960 an. Kemudian generasi X yang lahir sesuadahnya antara tahun 1965 sampai tahun 1980 an, dan generasi Y yang sebagian ahli menyebut juga sebagai generasi milenial, yang lahir sesudah tahun 1980 an. Bahkan selanjutnya ada pembagian generasi Z dan generasi Alpha, sesudah generasi milenial, lahir setelah tahun 2000 an. Dalam tulisan ini generasi milenial (bolehlah disamakan sebagai generasi Y) adalah mereka yang lahir antara tahun 1980 an sampai dengan 2000 an, sebagai rujukan untuk pembahasan perilaku konsumen.  

Tulisan  ini dibuat berdasarkan hasil interaksi saya dengan kedua anak-anak milenial saya, interaksi dengan para mahasiswa S1 di kampus Trilogi, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan yang sudah dipublikasikan. Terus terang, observasi dan wawancara tidak terstruktur terhadap para mahasiswa S1 dan kedua anak milenial saya sangat membantu.

Penekanan tulisan ini pada perilaku konsumen. Sebagai konsumen  generasi milenial  memiliki perilaku konsumen yang tidak terlalu suka belanja untuk menumpuk barang, konsepnya jika bisa menyewa atau bisa mengalami mengapa harus memiliki? Oleh karena itu mereka lebih  menekankan pada pengalaman dari pada kepemilikan. Tiket perjalanan atau pengalaman makan di tempat-tempat yang berkesan, atau mencoba hal-hal baru menjadi lebih penting dari pada belanja untuk menumpuk barang.

Generasi ini umumnya lahir dari keluarga kecil, dengan rata-rata dua anak. Karena itulah konsumsi tempat tinggal kecenderungannya nebeng sama orang tua sementara waktu bahkan saat sudah berkeluarga, hal ini dimungkinkan karena keluarga kecil, rumah ortu masih bisa menampung. Alasan mereka pindah saat sudah berkeluarga dan sudah mampu, antara lain karena mereka menghargai kemandirian.

Kecenderungan lain adalah suka pindah pekerjaan.  Pindah-pindah kerja, bukan tidak loyal, tapi lebih loyal pada passion mereka .Mereka orang-orang yang menginginkan fleksibilitas, tidak  mau diatur-atur.  Oleh karena itu mereka memiliki orientasi pada kewirausahaan  yang lebih tinggi dibandingkan generasi baby boomer. Ini juga tantangan bagaimana perusahaan harus memperlakukn pekerja milenial.

Hidup lebih terbuka, termasuk bagaimana berkomunikasi dengan orang tua. Lebih egaliter. Mereka hidup dalam hirearki jarak kekuasaan yang sangat pendek, tidak suka birokrasi, dengan bantuan teknologi informasi mereka hidup dalam dunia yang flat dan horizontal.

Internet dan sosial media merupakan bagian yang sangat penting dalam hidup mereka. Alokasi waktu untuk berinteraksi di sosial media bahkan lebih lama dibandingkan dengan komunikasi langsung secara off line. Mereka menjadi maniak internet dan sosial media. Halini menjadi masukan bagi para pemasar, terutama bagaimana mengkomunikasikan produk dan jasa mereka terhadap pasar milenial, secara kreatif dan inovatif.

Internet menggantikan buku sebagai sumber bacaan utama. Semua informasi mengandalkan hand phone yang mereka miliki, termasuk sumber belajar. Ini menjadi tantangan ke depan bagi penerbit buku cetak, termasuk penerbit perguruan tinggi (University Press). Dunia seolah ada dalam genggaman jemari mereka.

Karena lebih suka dengan pengalaman dan suka mengeksplor hal-hal baru generasi milenial umumnya punya hobi jalan-jalan, mencoba hal-hal baru, lebih suka petualangan, sebagai upaya untuk mendapatkan akumulasi pengalaman.

Bagaimana pandangan mereka terhadap dunia perpolitikan kita? Nah, ini dia, di lain pihak generasi ini tidak terlalu  peduli politik. Sinis terhadap kemunafikan orang-orang yang lebih tua, terutama dalam dunia politik, meskipun mereka rentan juga terhadap hoax.

Dress  code -  serba kasual tidak terlalu suka dengan formalitas. Lebih informal. Kabar baiknya mereka sangat menghargai pertemanan dan menghargai kemandirian dan prestasi individual.

Menarik bukan? Dalam kesempatan lain, akan diulas lagi dari berbagai perspektif yang berbeda.

 

*Aam Bastaman: Dosen Pasca Sarjana Universitas Trilogi, Jakarta. Anggota Tim Kerja Lembaga  

                            Produktifitas Nasional (LPN).

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment