Aam Bastaman: Pasar Tasik

Pasar Tasik, mungkin sudah banyak masyarakat Jabodetabek yang mendengar, atau bahkan yang memanfaatkannya untuk belanja.  Disebut Pasar Tasik karena para pelopor pasar tersebut adalah para pedagang dan pengusaha dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Pasar yang sudah ada sejak tahun 2005 itu semula berlokasi di Tanah Abang, itupun hanya dibuka hari-hari tertentu, umumnya hari Senin dan Kamis. Namun jumlah pedagang Tasikmalaya dari waktu ke waktu terus bertambah, seiring dengan semakin populernya nama Pasar Tasik.  Kemudian untuk menampung pertumbuhan pasar Tasik  yang semakin ekspansif disediakan dua lantai khusus di Thamrin City, Jakarta Pusat. Sehingga Pasar Tasik ada di dua tempat, Pasar Tasik Tanah Abang dan Pasar Tasik Thamrin City.

Sejarah para pedagang dan pengusaha asal Tasikmalaya sebenarnya sudah dimulai jauh hari sejak tahun 1970 an, umumnya mereka sebagai pemasok produk-produk konveksi Tasikmalaya di kios-kios Tanah Abang.  Sampai akhirnya mulai tahun 1990 an para pedagang dan pengusaha Tasikmalaya melihat peluang besar untuk berjualan langsung, uniknya mereka menggunakan konsep jualan di mobil, selain di kios-kios. Berdagang di mobil sebagai bentuk kreatifitas para pedagang Tasikmalaya sekaligus sebagai jalan keluar saat dihadapkan pada kerterbatasan lahan kios di Tanah Abang, dengan harga yang sangat tinggi pula. Masalah lahan di Jakarta merupakan masalah yang pelik. Tak jarang juga menjadi sumber konflik antar berbagai pihak yang berkepentingan.

Dalam perkembangan selanjutnya lahan yang disediakan oleh Pemda DKI Jakarta tersebut tidak lagi dapat menampung jumlah pedagang dan pembeli yang semakin banyak. Akhirnya mulai April 2018 Pemda  DKI Jakarta menyediakan lahan kosong di daerah Cideng sebagai tempat Pasar Tasik baru. Di lahan baru ini para pedagang yang umumnya orang-orang Tasikmalaya dan sekitarnya berdagang tidak  di kios-kios namun seperti sebelumnya, baik  di Tanah Abang maupun Thamrin City, berjualan di mobil, dengan kap terbuka ataupun di bagian belakang mobil mereka.

Apa diferensiasi Pasar Tasik yang menjadi  keunggulannya? Rupanya faktor harga yang murah dengan kualitas yang baik  menjadi daya tarik utama. Harga-harga di Pasar Tasik umumnya lebih murah bisa sampai 20% sehingga menarik minat para pedagang pengecer untuk menjadikan Pasar Tasik sebagai tempat pembelian mereka. Kedua, mode  untuk produk-produk pakaian, termasuk pakaian Muslim yang kreatif dan selalu up to date. Juga Pasar Tasik umumnya menyediakan pakaian dengan bordir khas Tasik yang menarik. Cara menjualnya di mobil-mobil juga menjadi daya tarik tersendiri. Bagi  para pedagang Pasar Tasik berdagang di mobil jauh lebih murah dan praktis dibandingkan jika harus menyewa kios.

Informasi dari sebuah media menyebutkan untuk bisa berdagang di kios di Tanah Abang Blok A harus membayar sewa sebesar Rp 80 juta setahun, bahkan bisa sampai Rp 600 juta setahun, kalau lokasinya strategis, di depan. Sedangkan harga untuk buka lapak di Pasar Tasik jauh lebih murah ketimbang sewa atau beli. Berdagang dengan mobil di Pasar Tasik ini cukup mengeluarkan Rp 3 juta sebulan atau Rp 36 juta maksimal setahun. Itu pula yang menyebabkan harga-harga di pasar Tasik bisa lebih murah. Berdagang di mobil jauh lebih efisien.

Berapa omzet pasar Tasik? Apakah menguntungkan para pedagang? Kompas, 17 Mei 2019 menyampaikan rata-rata omzet  seorang pedagang yang diwawancarai  di Pasar Tasik sebesar Rp. 50 Juta - Rp.100 juta per hari, bahkan di bulan  Ramadhan bisa mendapatkan omzet sekitar Rp. 500 juta per  hari. Wah, bukan omzet yang kecil ternyata.

Pembeli pun sekarang bukan hanya para pengecer lokal yang datang dari berbagai daerah di Jabodetabek, Pasar Tasik juga sudah mulai dikenal oleh pembeli dari negera-negara jiran, seperti Malaysia, Singapura, Brunai dan bahkan Philipina.

Kreatifitas bisa membangkitkan roda perekonomian, itu sudah ditunjukkan oleh orang-orang Tasikmalaya, para pelopor Pasar Tasik. Dengan kreatifitas pula ekonomi lokal bisa langgeng dan  memiliki  peluang untuk bisa lebih berperan di kancah nasional dan global.

*Aam Bastaman: Dosen Pasca Sarjana Universitas Trilogi. Anggota Tim Kerja Lembaga Produktifitas Nasional (LPN).

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment