Daya Saing Bangsa

Pada tahun 2018 World Economic Forum (WEF) menerbitkan The Global Competitiveness Report 2017-2018. Dalam laporan tersebut skor indeks daya saing global Indonesia pada tahun 2018 sebesar 64. Capaian ini mengantarkan Indonesia pada posisi 45 di antara 140 negara yang disurvey. Dalam laporan ini disebutkan daya saing Indonesia pada 2018 ini secara keseluruhan meningkat 2 level dari posisi 47 di tahun sebelumnya.

Di dalam indeks tersebut, seperti dilaporkan beberapa media, Indonesia unggul dibandingkan Meksiko yang berada di posisi 46, Filipina (56), India (58), Turki (61), dan Brasil (72). Meskipun demikian, indeks daya saing Indonesia kalah dibandingkan Malaysia (25), Rusia (43), dan Thailand (38).
Laporan WEF itu juga menempatkan Amerika Serikat (AS) di urutan pertama, diikuti Singapura, lalu Jerman, Swiss dan Jepang.

Berikut ini urutan 30 teratas negara dengan daya saing tinggi menurut WEF:

1. Amerika Serikat, 2. Singapura, 3. Jerman, 4. Swiss, 5. Jepang, 6. Belanda, 7. Hong Kong, 8. Inggris, 9. Swedia, 10. Denmark, 11. Finlandia, 12. Kanada, 13. Taiwan, 14. Australia, 15. Korea Selatan, 16. Norwegia, 17. Prancis, 18. Selandia Baru, 19. Luksemburg, 20. Israel, 21. Belgia, 22. Austria, 23. Irlandia, 24. Islandia, 25. Malaysia, 26. Spanyol, 27. Uni Emirat Arab, 28. Cina, 29. Republik Ceko, 30. Qatar.

Di tingkat ASEAN, Indonesia berada pada posisi keempat diantara sepuluh negara ASEAN yang tercatat dalam The Global Competitiveness Report 2017-2018. Daya saing Indonesia masih kalah dibanding Singapura (peringkat 2), Malaysia (peringkat 25), dan Thailand (peringkat 38). Namun demikian, daya saing Indonesia masih unggul dibanding Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina, Kamboja, dan Laos.

Dalam laporan WEF disebutkan jumlah responden yang disurvei mencapai 140 negara. Namun pada tahun ini dilakukan perubahan sejumlah indikator seiring bergaungnya era revolusi industri 4.0 di seluruh dunia.

Klaus Schwab, Pendiri sekaligus Ketua Dewan Eksekutif WEF, seperti banyak dikutip media menyebutkan revolusi industri 4.0 merupakan fase baru yang harus dihadapi. Revolusi ini telah membawa perubahan dan kesempatan bagi bisnis, pemerintah dan individu.

Terdapat 12 pillars daya saing global yang dijadikan acuan dalam penilaian WEF tahun 2018 ini, yaitu:

1.    Institutions

2.    Infra structure

3.    Macroeconomic environment

4.    Health and primary education

5.    Higher education and training

6.    Goods market efficiency

7.     Labor market efficiency

8.    Financial Market development

9.   Technological readiness

10.  Market sizes

11.  Business sophistication

12. Innovation

Pilar daya saing global Indonesia yang menunjukkan performa yang cukup signifikan adalah kondisi makroekonomi (macroeconomic condition) dan ukuran pasar (market size), mengingat besarnya penduduk, dan pertumbuhan kelas menengah yang signifikan. Skor kedua pilar ini mencapai 5,7 dari skala 1 hingga 7. Sementara itu, pilar yang menunjukkan performa kurang bagus adalah efisiensi pasar tenaga kerja (Labor market efficiency) dan kesiapan penerapan teknologi (technological readiness). Skor kedua pilar hanya mencapai 3,9 dari skala 1 hingga 7.

Meskipun efisiensi pasar tenaga kerja dan kesiapan penerapan teknologi belum optimal pada 2017-2018, secara umum indeks daya saing global Indonesia mengalami peningkatan. Tercatat skor pada 2017-2018 merupakan skor paling tinggi yang pernah dicapai Indonesia. Peningkatan skor ini tentu mengindikasikan bahwa daya saing Indonesia semakin meningkat. Namun, sayangnya kemampuan inovasi masih terbatas, khususnya, (dalam indikator) penelitian dan pengembangan. Pengeluaran R & D Indonesia kurang dari 0,1% dari PDB.

Indonesia, seperti  halnya kelemahan negara-negara berkembang lainnya, disebutkan masih memiliki tantangan yang sama yakni pada infrastruktur, penerapan teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan dan keterampilan, pengembangan sistem finansial, dan kemampuan berinovasi. Inilah Pekerjaan rumah besar yang harus kita hadapi sebagai bangsa, untuk meningkatkan global competitiveness kita.

 Referesi:

Lembaga Produktifitas Nasional (LPN),2019

Sumber media, 2019

 

*Aam Bastaman: Dosen Pasca Sarjana Universitas Trilogi. Anggota Tim Kerja Lembaga Produktifitas Nasional (LPN).

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment