Desa Wisata Gamol Sukses Jadi Destinasi Wisata Ngetop di Yogyakarta

gamol.jpg

Desa Wisata Gamol sukses menjadi desa wisata bermodal lahan kosong yang penuh alang-alang dan pengangguran. Pada 2009, sejumlah kelompok masyarakat, seperti karang taruna, petani, peternak, perajin, juga ibu PKK berkumpul untuk membahas penataan desa sesuai kemampuan masing-masing. Mereka sepakat berbenah supaya desa mereka tampak elok, hidup, dan memberi kesejahteraan penduduknya. Dari situ tercetus gagasan Desa Wisata Budaya Gamol yang menawarkan program wisata edukasi budaya.

 Lebih lanjut Edhie Nusantara melaporkan kepada Ketua Pakar Desa Kemendes Haryono Suyono, Desa Gamol terletak di Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Dari pusat Kota, pengunjung perlu waktu sekitar 20 menit untuk mencapai desa yang terletak di sebelah barat Kota Yogyakarta. Di desa ini terdapat karya yang dibangun \masyarakat berupa atraksi wisata edukasi budaya yang dikenalkan kepada pengunjung.

 Baru pada 2010, Desa Wisata Budaya Gamol berani membuka diri untuk kunjungan wisatawan. Pelancong yang datang melakukan kegiatannya sendiri bersama rombongan. Mereka mengenal desa secara utuh melalui kegiatan masyarakatnya, menikmati udara desa yang sejuk dan tempat bersih berkeliling kampung. Rute untuk menyambangi Desa Gamol dikemas dalam paket wisata murah meriah, yakni paket Rp 15 ribu perorang. Pengunjung mendapatkan cara praktik bercocok tanam, budidaya ikan, sampai memerah dan mengolah susu kambing. Paket itu termasuk melihat dan belajar di sentra budidaya jamur serta pengolahan limbah sampah plastik dalam berbagai produk. Wisatawan bisa melihat bagaimana anak-anak Desa berlatih dan menampilkan atraksi bergada ala prajurit Keraton dengan keliling desa. Anak laki-laki berperan sebagai bergada atau prajurit keraton yang membawa replika tombak dan memainkan drumband, sedangkan anak perempuan menyandang jemparing atau panah tradisional bak pasukan wanita. Para prajutit cilik itu ikut mengantarkan wisatawan ketitik demi titik rute wisata yang dibuat.

 Salah satu yang menonjol di desa Gamol adalah rumah pengelolaan sampah yang sudah terorganisir. Rumah ini menjadi sentra ‘sedekah’ dan daur ulang sampah. Siklus pengelolaan sampah dimulai dengan memisahkan sampah organik dan non-organik, seperti kemasan plastik disetorkan ke posko bank sampah. Setiap pekan, masyarakat sekitar mendatangi sentra daur ulang untuk mengolah sisa kemasan makanan menjadi tas, topi, mainan, dan cenderamata unik.

 Sejak 2017, bank sampah Gamol telah mengumpulkan hampir 3 ton sampah dengan nilai ekonomis mencapai sekitar Rp 5 juta. Limbah sampah yang masih layak juga dibuat menjadi dekorasi di sejumlah sudut kebun. Salah satu titik dekorasi hasil daur ulang yang cocok untuk selfie ada di ornamen wayang raksasa. Kreativitas warga Desa Wisaya Budaya Gamol tak berhenti di situ.

 Sembari menikmati suasana desa, wisatawan yang haus dapat menikmati minuman segar dan menyehatkan yang dioleh penduduk setempat. Minuman yang mereka tawarkan misalnya wedang secang dan sirup nata lidah buaya. Jika merasa lapar Ibu-ibu Desa Gamol menyediakan sate dan bakso tusuk yang empuk dan kaya bumbu yang diolah dari jamur budidaya desa itu. Kuliner ini merupakan hasil dari Kumbung Jamur, unit budidaya jamur di Desa Gamol.

Haryono SuyonoComment