Desa Ujung Alang Kembangkan Wisata Edukasi Hutan Mangrove

Ujung Alang.jpg

Cerita Edhie Nusantara terbaru yang diterima oleh Ketua Tim Pakar Haryono Suyono adalah Wisata Edukasi Hutan Mangrove Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Wialayah ini mendapat sinar matahari yang menyusup di antara rerimbunan pohon bakau. Warna kekuningan cahaya mentari pagi dipantulkan oleh air payau di sela-sela mangrove. Kabut tebal yang sejak dinihari menyelimuti hutan bakau mulai berpendar ke atas. Menjelang siang, anak-anak kecil kampung setempat melompat dari rumah panggung. Kemudian mereka berenang ke tengah Segara Anakan, sebuah laguna yang menjadi pemisah antara Pulau Jawa dengan Pulau Nusakambangan.

Kustoro, Sekretaris Desa Ujung Alang, menceritakan suasana pagi di Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, seperti itu diikuti suara deru mesin perahu compreng mulai bergerak. Pelan-pelan perahu yang bergerak melewati Segara Anakan, laguna pemisah antara Pulau Jawa dengan Pulau Nusakambangan. Kini, Desa Ujung Alang menjadi destinasi wisata desa mangrove dan pesisir yang cukup terkenal di Kabupaten Cilacap. Para wisatawan biasanya datang melalui Pelabuhan Sleko, Cilacap. Selanjutnya, mereka menggunakan moda transportasi perahu selama 2 jam untuk tiba di Desa Ujung Alang. Bagi yang datang berombongan, pengunjung dapat menyewa perahu sendiri sehingga lebih murah dan dapatkan paket antar-jemput sesuai dengan kehendak pemesan.

 Selama perjalanan naik perahu dari Pelabuhan Sleko ke Kampung Laut, para pengunjung dapat menikmati pemandangan hutan mangrove. Mereka dapat melihat kawanan monyet ekor panjang yang tengah bergelantungan di antara pepohonan hutan mangrove. Ada juga burung berbulu warna warni bertengger di pohon bakau. Sebaiknya pengunjung terus menyiapkan kamera, di hutan mangrove itu ada saja yang dapat diabadikan dengan kamera.

 Para pengunjung bisa bertemu dengan para nelayan yang memancing atau menebar jala. Pemandangan yang tidak kalah indahnya. Masyarakat Kampung Laut juga menggunakan jalur Segara Anakan untuk lalu lalang membawa hasil laut atau sayuran. Jangan lupa menyapa mereka dengan lambaian tangan, pasti mereka akan membalas, lengkap dengan senyum ramah yang tersungging di bibir.

 Selama perjalanan, wisatawan melihat bangunan-bangunan penjara yang berada di Pulau Nusakambangan. Sayangnya, pengunjung tidak boleh mendekat ke Nusakambangan, karena dijadikan pulau tertutup. Selain hutan mangrove yang asri, Desa Ujung Alang juga menyediakan paket kawasan minawisata. Di tempat itu, telah dibangun trek untuk pejalan kaki yang ingin menikmati asrinya hutan mangrove. Wisatawan bisa juga naik ke gardu pandang untuk melihat hijaunya mangrove dari atas.

 Hutan Mangrove di Desa Ujung Alang sempat mengalami kerusakan hebat pada 1999. Saat itu hutan bakau dibabat dan disulap menjadi tambak udang mulai 1997. Hanya dua tahun tambak udang berjaya, setelah itu bangkrut dan menyisakan kerusakan mangrove. Mulai 2001, Desa Ujung Alang meningkatkan kegiatan konservasi dengan menanam mangrove kembali. Sampai sekarang, ada 28 spesies mangrove yang berhasil dikembangkan, tidak heran desa ini acapkali menjadi laboratorium alam mangrove.

 Mereka yang datang tidak hanya ingin melihat keasrian mangrove, tetapi juga mengikuti wisata edukasi, khususnya bagi pelajar SMP dan SMA. Bahkan, sejumlah warga asing juga datang, seperti sejumlah peneliti yang berasal dari Swedia dan Jerman. Para ahli Biologi Kelautan dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto kerap mengantar koleganya dari luar negeri untuk melihat langsung mangrove Cilacap.

 Para peneliti dari Bremen University, misalnya, begitu kagum dengan mangrove di Cilacap. Meski sedimentasinya cukup tinggi, tetapi keanekaragamannya juga tinggi. Berbeda dengan mangrove negara lain yang keanekaragamnya sedikit. Untuk wisata edukasi, bahkan sekelas internasional pun, ini sangat pantas.

 Usai menikmati indahnya hutan mangrove, para pengunjung dapat berjalan kaki atau naik ojek dari Ujung Alang ke Pantai Rancababakan dan Goa Masigit Sela atau Goa Maria. Pantai Rancababakan merupakan pesisir Pulau Nusakambangan itu, dulu tempat ini merupakan pantai yang tersembunyi. Pantainya berpasir putih dan bisa untuk mandi. Namun pengunjung harus berhati-hati karena tidak ada tim penjaga pantai. Pantai Rancababakan itu hampir mirip dengan Pantai Karang Pandan di Nusakambangan Timur atau Pantai Permisan. Hanya saja, Pantai Permisan kini sudah menjadi pantai tertutup, karena hanya dapat ditempuh dengan masuk ke Pulau Nusakambangan, yang tertutup bagi masyarakat umum.

 Kehadiran goa-goa juga telah menjadikan magnet bagi para wisatawan. Goa Masigit Sela, misalnya, sangat dikenal bagi wisatawan dengan tujuan ziarah. Di goa ini, dipenuhi stalaktit dan stalakmit yang indah. Goa lain, yakni Goa Maria juga dipilih umat Katolik sebagai tempat berziarah dan berdoa.

Haryono SuyonoComment