Selamat bekerja Dr. Hasto Wardoyo SPOG, Kepala BKKBN yang baru

Hasto.jpg

Setelah sekian bulan ditinggalkan Kepala BKKBN, diganti seorang pejabat sementara yang kesibukannya luar biasa karena merangkap banyak jabatan dan kemudian ditinggal lagi karena pensiun, dengan surat Keputusan Presiden nomor 33/TPA tanggal 30 April 2019, ditetapkan Dr. Hasto Wardoyo SPOG(K), Bupati Kulon Progo, untuk dua masa jabatan, sebagai Kepala BKKBN yang baru. Kami Haryono Suyono, sering disebut sebagai Kepala BKKBN seumur hidup, mengucapkan selamat dan semoga mendapat limpahan restu, kekuatan, kemudahan dan kelancaran kerja dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa

Dr. Hasto Wardoyo SPOG (K) lahir di Kulon Progo pada 30 Juli 1964, usia 54 tahun, menjabat sebagai Bupati Kulon Progo untuk dua masa jabatan sejak tahun 2011 sampai sekarang, setelah sebelumnya berprofesi sebagai dokter ahli kandungan serta pengusaha alat-alat kesehatan yang berhasil. Perjuangannya dalam arena politik sebagai Bupati karena desakan dari banyak kalangan untuk memimpin Kulon Progo yang akan menjadi sangat penting karena pejabat sebelumnya telah dua kali menjabat sebagai Bupati. Jabatan dan tugas penting itu antara lain adalah karena Kulon Progo akan ditempati lapangan terbang internasional yang baru dan tuntutan rakyat yang pada waktu itu tingkat kemiskinannya sangat tinggi, hampir 23 persen, bahkan mungkin termasuk kabupaten yang sangat miskin di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo biarpun seorang dokter dan pengusaha yang sukses, beliau adalah seorang pendengar dan penerima masukan yang baik. Segera setelah terpilih dengan senang hati menerima Ketua Yayasan Damandiri Haryono Suyono yang mengajak Kulon Progro membangun dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan keluarga dengan membentuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di desa-desa dan menerima bantuan ribuan mahasiswa KKN di desanya. Gerakan itu menambah semangat rakyat diajak berpartisipasi dalam pembangunan dengan dana yang relatif kecil tetapi rakyat diajak berpartisipasi secara luas.

                Tidak itu saja, biarpun beliau seorang dokter ahli kandungan, ternyata penerima gagasan dan sangat pandai meramu gagasan itu menjadi inovasi yang memanfaatkan potensi daerahnya dan menguntungkan rakyat banyak sekaligus menjadikannya gerakan pemberdayaan dengan prinsip diikuti rakyat banyak, utamanya warga dari Kabupaten yang dipimpinnya. Inovasi yang mengejutkan adalah Gerakan dengan moto “Bela Kulon Progo, Beli Kulon Progo” yang mewajibkan pegawai negeri dan pelajar pada hari tertentu memakai baju batik produksi Kulon Progo. Gerakan itu dengan berhasil diikuti sekitar 80.000 pelajar dan 8.000 PNS, sehingga industri batik dari dua buah berkembang menjadi 50-an buah dan produk lokal menyebar ke segala pasaran dengan maju pesat. Kebijakan itu diikuti dengan kebijakan lain yang mengharuskan pembagian beras untuk pegawai harus berasal dari beras lokal sehingga produk petani harus dibeli oleh Bulog untuk kebutuhan pegawai di Kulon Progo, cinta Kulon Progo, beli Kulon Progo.

                Keberhasilan demi keberhasilan itu mengubah dokter ahli kandungan itu tidak saja menjadi administrator unggul tetapi juga ekonom produsen yang disegani. Muncul gagasan mengemas air minum dan mulai mengharuskan konsumsi di kantor dan upacara resmi dengan air minum asal Kulon Progo. Usaha warung modern yang berbau “mart” diubah menjadi Koperasi yang dikuasai oleh Pemerintah daerah sehingga segala produksi lokal sekaligus dijual dalam warung modern koperasi tersebut. Upaya gotong royong pengentasan kemiskinan baik melalui Posdaya atau kelompok lain digencarkan sehingga tingkat kemiskinan menurun drastis dari sekitar 22,54 % pada tahun 2011, pada tahun 2014 menurun menjadi 16,74 %, dan akan terus merosot karena minggu lalu Lapangan Tebang yang baru untuk DI Yogyakarta secara resmi mulai beroperasi dari Kulon Progo.

                Sebagai Kepala BKKBN yang baru tugasnya bukan saja satu kabupaten Kulon Progo tetapi membantu pemberdayaan keluarga dari seluruh Indonesia yang separo sudah memiliki jumlah anak sedikit dan ingin keluarganya menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Sebagian lagi sudah siap menjadi peserta KB dan mempersiapkan anak-anaknya menjadi sumber daya manusia yang bermutu menyongsong Indonesia maju dan mandiri pada tahun 2045 saat Indonesia berumur 100 tahun nanti. Dr. Hasto Wardoyo memiliki setidaknya tiga tugas utama membawa BKKBN memadukan pemberdayaan  keluarga dan penduduk dengan berbagai program instansi lain menghilangkan stunting dan kurang gizi, menurunkan tingkat kemiskinan, dan mengantar keluarga Indonesia memiliki nilai Human Development Indeks (HDI) yang memadai agar mampu melanjutkan pembangunan dengan kecepatan tinggi dalam era industri 4.0 dan atau lebih canggih di kemudian hari. Penanganan KB dalam artian penggunaan kontrasepsi seperti keadaan di awal tahun 1970-an telah selesai, karena keluarga Indonesia mutunya makin tinggi, perlu pendidikan yang memadai, tinggi dan bekerja, sehingga otomatis mampu mengatur kelahiran anak-anaknya sendiri dengan fasilitas modern yang ada di setiap desa dan kota.

                Tugas Dr. Hasto Wardoyo adalah memperkuat kemauan politik dan operasional BKKBN dan meyakinkan setiap keluarga yang ber-KB menjaga agar kesertaan KB-nya tetap tinggi dan diturunkan kepada anak-anaknya, semua anak dan keluarganya dijaga kesehatannya dengan baik, disekolahkan sampai ke tingkat paling tinggi dan membantu mendapatkan pekerjaan guna menjamin hidupnya dalam era modern dan menjaga kelestarian hidup damai penuh harmoni antar keluarga dan sesama warga masyarakat yang dinamis. Selamat bekerja pak Hasto Wardoyo.

Haryono SuyonoComment