Produktifitas Publikasi Pendidikan Tinggi Kita (1)
Berikut ini data-data dari Kemenristekdikti dan sumber media lainnya yang mungkin menarik bagi anda (data +/- atau dibulatkan). Jumlah Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia: 4.400 Perguruan Tinggi. Jumlah dosen: 300.000 dosen. Jumlah mahasiswa: 5.000.000. Selain dosen dan peneliti di perguruan tinggi kita juga memiliki Peneliti di berbagai lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang), sejumlah 10.000 peneliti. Dari jumlah dosen dan peneliti yang ada yang telah mendaftar di Sinta sebanyak 157.995 orang (per awal tahun 2019 ini).
Apa itu Sinta? Sinta sebenarnya singkatan dari Science and Tecnology Index, sebuah portal yang didirikan untuk memberikan alternatif cara pengukuran karya dosen dan peneliti serta pegiat iptek lain di Tanah Air. Sinta Didirikan 30 Januari 2017 oleh Kemenristekdikti. Sinta sebagai portal yang mengumpulkan publikasi dan karya ilmiah lainnya yang dihasilkan akademisi dan peneliti di seluruh Indonesia, baik yang terindeks Scopus, bereputasi internasional maupun nasional dan lokal, sehingga dapat dipetakan, dianalisis, serta dilakukan pemeringkatan penulis di institusi ataupun di tingkat nasional maupun pemeringkatan institusi dan jurnalnya. Saat ini di Indonesia Jurnal yang telah terakreditasi 2.279 jurnal, dengan kategori Sinta 1 s/d 6, dari lebih 8,000 jurnal, ditambah 57.000 jurnal yang sedang mengajukan ISSN, namun yang terakreditasi kurang dari 3.000 jurnal, yang bereputasi internasional dan terindex scopus baru 47 Jurnal.
Dengan angka produktifitas publikasi dosen yang kurang dan jumlah jurnal yang terakreditasi masih minim (apalagi yang terindex Scopus), namun tren publikasi dosen dan peneliti kita meningkat. Per Februari 2019 telah menghasilkan lebih dari 31.000 publikasi, urutan kedua di ASEAN setelah Malaysia. Tercatat sebanyak 12.233 publikasi yang terindeks di Scopus, namun baru 400 Perguruan Tinggi dan lembaga Litbang yang memiliki publikasi terindeks Scopus dari lebih dari 4.400 PT dan ratusan lembaga penelitian yang ada. 1.991 publikasi diantaranya merupakan publikasi internasional UI yang terindeks di Scopus, menjadikan UI sebagai perguruan tinggi yang menghasilkan publikasi tersindeks Scopus paling tinggi di Indonesia. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menargetkan pada 2019 mendatang Indonesia menjadi ‘leader’di ASEAN dalam hal peningkatan jumlah publikasi ilmiah.
Mengapa Scopus? Scopus adalah salah satu database (pusat data) sitasi / literatur ilmiah yang dimiliki oleh penerbit terkemuka dunia, Elsevier. Scopus diperkenalkan ke dunia internasional pada tahun 2004. Selain Scopus juga terdapat Web of Science (WOS) yang diterbitkan oleh Thomson Reuters. Scopus dan Web of Science atau ISI Thomson merupakan pengindeks terkemuka dan terbesar di dunia, meskipun ada yang lainnya seperti: Google scholar, DOAJ, Ebsco, ProQuest, SpringerLink, Wiley, dll. Keduanya kini menjadi pusat data terbesar di dunia. Meskipun begitu, Scopus nampaknya lebih diminati dan melingkupi lebih banyak jurnal jika dibandingkan dengan Web of Science. Scopus dan Web of Science memiliki persyaratan sangat ketat, antara lain dalam satu jurnal penulis harus berasal dari berbagai negara. Editor dan mitra bestari harus memiliki rekam jejak publikasi yang baik. Publikasi yang akan terbit dinilai terlebih dulu dampaknya dari segi seberapa banyak jurnal itu dikutip di publikasi internasional. Scopus dan Web of Science memiliki alat ukur yang dapat membandingkan dan melakukan pemeringkatan penulis, institusi dan negara tempat jurnal itu ditebitkan berdasarkan publikasi dan dampaknya. Kedua pengindeks ini menjadi alat ukur pemeringkatan ilmiah dari lembaga riset dan perguruan tinggi di dunia, seperti QS World Class University dan the World Class University.
Ini sebagai contoh rangking 35 Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian di Indonesia berdasarkan publikasi Ilmiah di Scopus tahun 2019 (Data diambil 1 Februari 2019), sebagai berikut:
1.Universitas Indonesia
2.Institut Teknologi Bandung
3. Universitas Gadjah Mada
4.Bogor Agricultural University
5.Institut Teknologi Sepuluh Nopember
6.Universitas Diponegoro
7.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
8. Universitas Brawijaya
9.Universitas Padjadjaran
10.Universitas Sebelas Maret
11.Universitas Sumatera Utara
12.Universitas Airlangga
13. Universitas Hasanuddin
14. Universitas Bina Nusantara
15.Universitas Andalas
16.Universitas Syiah Kuala
17.Universitas Pendidikan Indonesia
18. Universitas Telkom
19.University of Indonesia, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
20.Center for International Forestry Research
21.Universitas Udayana
22.Universitas Islam Indonesia
23.Universitas Sriwijaya
24.Universitas Negeri Malang
25.Universitas Lampung
26.Badan Tenaga Nuklir Nasional Indonesia
27.Universitas Riau
28.Universitas Negeri Semarang
29.Universitas Negeri Surabaya
30.Universitas Jember
31.Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
32.Universitas Jenderal Soedirman
33.Universitas Negeri Yogyakarta
34.Ministry of Health, Republic of Indonesia
35.Universitas Negeri Makassar
Dari pemeringkatan tersebut di atas terdapat beberapa lembaga riset yang masuk 35 besar, antara lain: LIPI, BATAN, Kementerian Kesehatan, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (bagian dari FK Universitas Indonesia), serta Center for International Forestry Research di Bogor.
Dilihat dari satu sisi memang produktifitas publikasi dosen dan peneliti Indonesia masih kurang, namun dari kacamata lain jika kita mempunyai komitmen dan strategi yang tepat maka peluang untuk meningkatkan karya publikasi dosen dan peneliti Indonesia terbuka luas, sehingga impian Indonesia sebagai “leader” publikasi ilmiah di ASEAN dapat segera terwujud.
*Aam Bastaman: Dosen Universitas Trilogi. Sekjen Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI). Anggota Tim Kerja Lembaga Produktifitas Nasional (LPN).