Traveler Tic Talk: Mashhad Iran

Awalnya saya mendapat undangan untuk menjadi pembicara pada konferensi Internasional Halal pertama di Mashhad Iran atas rekomendasi seorang guru besar di Selangor Malaysia tempat saya menjadi Visiting lecturer/researcher. Panitia Iran yang dikordinasikan oleh Mashhad University of Medical Sciences menanggung semua biaya perjalanan mulai dari pesawat sampai hotel. Alhamdulillah. Ini perjalanan pertama saya ke negeri para Mullah. Teman saya seorang guru besar Malaysia bilang tidak akan menyesal, Panorama Iran luar biasa cantik dan eksotik.

        Karena mendapat undangan urusan visa Iran sangat mudah. Sewaktu datang di Kedubes Iran di jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, ternyata nama saya sudah tercantum dalam daftar pembicara internasional pada konferensi halal internasional pertama di Mashhad. Saya diterima oleh Pak Abdullah staf Kedubes Iran yang sudah fasih berbicara Bahasa Indonesia. Paspor saya pun sudah ditempeli visa.

        Saya mendapat jatah penerbangan Emirates, jadi transit di Dubai, sebelum lanjut penerbangan langsung dari Dubai ke Mashhad. Cuaca sangat dingin sewaktu mendarat di Mashhad (saya datang bulan Desember, musim dingin). Bandara Mashhad tidak terlalu besar, dan nampak sepi. Di bandara saya dijemput panitia, selain saya juga para pembicara lain dari Malaysia, Bangladesh dan Inggris tiba di waktu yang tidak terlalu jauh berbeda.

         Mashhad merupakan kota kedua terbesar di Iran setelah Taheran (Tehran), berada di  provinsi Khorasan, di bagian utara negara Republik Islam Iran, dekat perberbatasan dengan Turkmenistan dan Afganistan. Berpenduduk sekitar 3 juta orang, Mashhad juga dikenal sebagai kota pusat ziarah Iran, bahkan presiden Ahmadinejad telah mendeklarasikan Mashhad sebagai kota pusat spiritual Iran. Mashhad  dikenal juga sebagai kota Ferdowsi, penyair Iran terkenal. Ferdowsi (977-1010 M) lahir dan dimakamkan di kota ini. Bahkan nama Ferdowsi diabadikan menjadi nama salah satu universitas terkemuka di Iran – Ferdowsi University of Mashhad.

      Di kota ini dimakamkan Imam  Reza (798-818 M), seorang Ulama besar asal Iran. Imam Syiah kedelapan dari 12 Imam yang dipercayai oleh penganut Islam Syiah. Makamnya terletak di tengah kota Mashhad, di lokasi pemakaman yang sangat luas dengan kubah dan menara terbuat dari emas, di dalamnya terdapat mesjid yang besar (Goharshad Mosque), selain itu ada sekolah agama Islam, musium, perpustakaan, tempat pengajian, aula tempat makan peziarah dan tempat berdoa. Kompleks ini disebut Holly Shrine of Imam Reza  dan sering dikunjungi masyarakat Muslim Syiah dari berbagai penjuru dunia. Sekitar 25 juta peziarah dan turis setiap tahunnya datang ke Mashhad, ibukota spiritual Iran ini. Total kompleks Holly Shrine of Imam Reza seluas hampir 600.000 m2. Khalifah di era pemerintahan Abbasiah yaitu Harun al Rashid (786-809 M) juga dikebumikan di kompleks pemakaman ini.

     Kesan saya orang Iran cerdas-cerdas, tangguh dan mandiri, tapi juga sangat ramah, santun, apalagi mereka tahu saya dari Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Berbeda sekali dengan berita yang datang dari media Barat, Iran merupakan negara yang tenang, tertib, tapi dinamis, dengan ketaatan pada Islam yang kuat. Hubungan antara mereka nampak sangat erat. Rangkulan merupakan bentuk keakraban diantara mereka, antar teman, orang tua dan anak. Saya bisa mengatakan mereka orang-orang yang hangat.

     Embargo Amerika Serikat menyebabkan Iran mengalami kesulitan ekonomi. Mata uang mereka Iranian Rial turut anjlok. Sewaktu saya menukarkan uang Euro saya untuk keperluan belanja, saya mendapat banyak sekali uang Iranian Rial. Dompet tidak cukup, padahal nilai Euro yang tidak terlalu banyak bernilai sekitar 3-4 juta rupiah. Nilai Iranial Real kurang setengahnya dari mata uang Rupiah kita.  Meskipun diembargo Amerika Serikat, mata uang dollar Amerika dan Euro diterima dengan baik. Produk yang diandalkan terutama adalah minyak, dengan cadangan minyak yang cukup besar, Iran merupakan salah satu negara pengekspor minyak dunia. Minyaklah yang menopang perekonomian Iran, selain produk kimia, buah-buahan, serta hasil pertanian lainnya.

     Dulu sewaktu masih berjaya di era Shah Reza Pahlevi memimpin kerajaan Iran, Iran sangat dekat dengan Amerika, banyak warga Iran yang bersekolah di Amerika, namun sekarang setelah terjadi revolusi Iran yang dipimpimpin Ayatollah Khomeini pada tahun 1979, tepatnya 11 Februari 1979,  Iran menjadi salah satu musuh utama Amerika. Khomeini memproklamirkan negara Republik Islam Iran tanggal 12 April 1979. 12 April dinyatakan sebagai hari revolusi Islam, yang sangat tidak disukai Amerika Serikat, karena dianggap dapat membahayakan kepentingan Amerika Serikat di kancah global. Saat saya berkunjung, Iran masih bergulat dengan kemerosotan ekonomi, namun saya lihat mereka sangat sabar, dan percaya diri.

     Saya sebagai akademisi, cukup mengamati kondisi yang terjadi, salut sama kemandirian Iran sebagai bangsa besar dengan peradaban lama yang kuat, namun sejauh mungkin saya tidak melibatkan diri dalam pro - kontra konflik ini, juga mengenai perbedaan mazhab. Secara keturuanan saya bermazhab Sunni. Namun Orang-orang Iran yang saya temui juga sangat welcome dan toleran.

    

*Aam Bastaman: Dosen Universitas Trilogi, Jakarta. Anggota Pokja Lembaga Produktifitas Nasional (LPN). Pelancong global.

 

Aam Bastaman - Iran.png
Aam BastamanComment