Dunia Buku dan Kemajuan Literasi Kita

London Book Fair (LBF) 2019 berlangsung antara 14-16 Maret 2019, namun persiapan dilakukan beberapa saat sebelumnya bagi seluruh peserta. Luar biasa, tahun ini Indonesia menjadi Market Focus Country. Sebagai Market Focus Coutry Indonesia memiliki kesempatan untuk memasarkan seni dan budaya Indonesia secara keseluruhan, termasuk  dunia perbukuan kita yang berkaitan dengan sastra, budaya, seni, sejarah, politik, kreatifitas dan kearifan lokal, serta buku-buku anak-anak yang bersifat kreatif. Poster, banner, spanduk dan aneka publikasi lainnya terkait Indonesia sebagai Market Focus Country dipasang baik di dalam maupun di luar tempat pameran, yang diselenggarakan di Olympia sebuah tempat konvensi yang cukup besar di bilangan Kensington, London.

Inggris sebagai tuan rumah terlihat sangat bersiap diri dalam penyelenggaraan event pebukuan internasional ini. Meskipun dilihat dari skala LBF barangkali tidak sebesar Frankfurt Book Fair, Jerman, namun LBF diuntungkan oleh peranan bahasa Inggris yang telah menjadi bahasa yang diakui secara global, bahkan oleh bangsa-bangsa yang memiliki tradisi bahasa nasional yang sangat kuat, seperti Perancis, Jerman atau Jepang di Asia. Bahasa Inggris sangat berperan dalam perkembangan dan kemajuan perbukuan internasional sebagai bahasa global.

Inggris negara dengan peradaban perbukuan yang sangat tua, dengan pengalaman lebih dari 300 tahun telah menjadi pengekspor buku dunia. Sumber dari Kedubes Inggris menyebutkan di Inggris lebih dari 70.000 pekerjaan didukung oleh industri penerbitan Inggris, menghasilkan pendapatan tahunan lebih dari Rp. 144 trilyun. Bahkan lebih dari 70% penerbitan Inggris sudah diekspor ke  di luar negara-negara Uni Eropa dan 35 % berasal dari penjualan digital. Tidak heran industri penerbitan dan buku Inggris sudah lama telah menjadi pusat industri global.

Kerjasama kita sendiri dengan Inggris terbilang dekat, meskipun secara sejarah kita tidak memiliki hubungan khusus seperti yang dimiliki Inggris dengan India, Malaysia ataupun Singapura.  Inggris telah berperan pula membantu masyarakat Indonesia dalam penguasaan bahasa Inggris,  melalui kampanye English for Indonesia, disamping dukungan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia atau memfasilitasi mahasiswa Indonesia yang potensial  untuk belajar di Inggris. Pengaruh Inggris dalam perkembangan sosial dan pendidikan termasuk ekonomi nasional nampaknya jauh lebih besar dari negara yang dulu sangat dekat dengan kita - Belanda.

Dengan menjadi Market  Focus Country di LBF menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengenalkan Indonesia di dalam pergaulan dunia penerbitan dan perbukuan dunia, yang dirasakan ketinggalan. Indonesia dalam kesempatan ini selain berbagi juga bisa belajar banyak dari dunia perbukuan internasional untuk meningkatkan dunia literasi kita. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk menjangkau dunia dalam mengekspor hasil karya perbukuan anak bangsa, baik buku-buku sastra , sejarah, kearifan loka, seni budaya, politik lokal, biografi maupun kontribusi Indonesia sebagai negara majemuk yang dapat menjadi contoh di dunia internasional. Sebagai Market Focus Country, Indonesia mengambil tema: “Indonesia 17000 Island of Imagination”.

LBF 2019 juga mendorong kerjasama penerbitan antar negara. Beberapa penerbit Indonesia memanfaatkan kesempatan kerjasama ini dengan berbagai penerbit internasional dalam menerjemahkan dan jual beli komersial copy right penerbitan. Terutama buku buku sastra, seni budaya, buku-buku anak-anak, media kreatif,  dan buku-buku yang menyuarakan Indonesia dalam bertoleransi terhadap perbedaan. Terutama Indonesia dapat menunjukkan diri sebagai contoh kepada komunitas Muslim  maupun non Muslim dunia dalam bagaimana hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan, dengan Indonesia 17000 Island of Imagination. Di LBF ini kita dapat melihat perkembangan dunia perbukuan internasional yang luar biasa inspiratif, semoga bisa memacu dunia perbukuan di Tanah Air dan meningkatkan literasi kita sebagai bangsa yang memiliki peradaban perbukuan yang sedang bertumbuh.

London Book Fair  setiap tahunnya diikuti oleh lebih dari 1500 perusahaan penerbitan internasional dari lebih 60 negara, termasuk perwakilan negara-negara. Diperkirakan lebih dari 25 000 pengunjung dari 135 negara hadir. Di perhelatan ini berpartisipasi  penerbit-penerbit  internasional, termasuk penerbit perguruan tinggi terkemuka seperti Oxford Press, Harvard Press, Cambridge Press, Michigan University Press, NUS Press, termasuk perwakilan negara-negara mulai dari Spanyol, Perancis, Jerman, Turki, Romania, Bulgaria, bahkan dari beberapa negara Asia seperti Singapura, China, India. Hadir pula penerbit terkemuka dari Inggris seperti Harvill Secker,  Emma Press, Monsoon Press, Amazon Crossing, Tited Axis Press, maupun penerbit luar Inggris yang berskala dunia seperti Wiley, HarperCollins, Macmillan Publisher, dan masih banyak lagi. London Book Fair 2019 diharapkan terdapat peningkatan baik dalam jumlah peserta maupun pengunjung.

Dari Indonesia sendiri hadir berbagai penerbit terkemuka nasional yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), unsur perguruan tinggi yang membidangi dunia pendidikan penerbitan yaitu Politeknik Negeri Media Kreatif atau Polimedia, Perpustakaan Nasional serta Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI). Peserta dari Indonesia tampil dalam koordinasi dengan Panitia pelaksana serta Komite Buku Nasional, kementerian terkait seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, Badan Ekonomi Kreatif dan tentu saja dukungan KBRI London.

Melihat kecintaan masyarakat London terhadap buku, saya merasa buku tidak akan tergantikan, meskipun ke depan dimungkinkan adanya adaptasi dengan kemajuan dunia digital. Semoga dunia perbukuan kita semakin berkembang dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta turut berkontribusi dalam membangun peradaban bangsa melalui perbukuan nasional.

 

*Aam Bastaman: Dosen Universitas Trilogi. Sekjen Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI).  Anggota Tim Kerja Lembaga Produktifitas Nasional (LPN).

LBF19-exhibit-header-1.png
Aam BastamanComment