Embryo Gerakan MCK marak di Indonesia

mck.jpg

Dalam lima tahun terakhir ini gerakan membangun MCK di Indonesia relative marak. Tetapi karena kebutuhan MCK di Indonesia ternyata di luar imaginasi banyak kalangan, jumlah yang dibangun selama lima tahun ini, melalui berbagai gerakan yang relative massif, baru mencapai sekitar 2.000.000 sampai sekitar 2.500.000 juta jamban. Dari jumlah itu dibangun melalui dana desa sekitar 1.000.000 jamban, melalui gerakan Manunggal TNI ABRI sekitar 1.000.000 jamban dan melalui swadaya dan sumbangan masyarakat kurang dari 5.00.000 jamban. Konon menurut perkiraan dari Dr. dr. Budi Laksono kebutuhan jamban di seluruh Indonesia masih sekitar 2.0.000.000 buah, sehingga kalau irama seperti sekarang diikuti, maka kebutuhan itu, utamanya untuk keluarga miskin atau keluarga yang dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya yang sangat vital, baru akan terpenuhi dalam waktu 20 tahun yang akan datang.

Karena itu perlu dikembangkan komitmen politik yang tinggi agar kebutuhan itu bisa dipenuhi dalam waktu yang lebih singkat misalnya dalam waktu lima tahun, sehingga setiap tahun perlu dibangun sebanyak 4.000.000 jamban. Apakah hal ini bisa dilaksanakan? Kalau ada komitmen politik yang tinggi pasti bisa. Pada masa gerakan KB sebelum tahun 2.000, setiap tahun diajak menjadi peserta KB sebanyak 5.000.000 pasangan usia subur muda. Kenyataannya selama dua puluh tahun sekitar 60 – 65 persen pasangan usia subur berhasil ikut KB dan tingkat kelahiran pada tahun 1990-an telah turun sebesar 50 persen dan keluarga Indonesia dewasa ini di banyak provinsi besar telah berada pada posisi tumbuh seimbang yang memudahkan pendekatan pembangunan karena banyak tenaga muda yang siap bekerja, termasuk kaum wanita karena tidak sedang mengandung.

Dari catatan dan peninjauan sampai ke ujung NTB, Kabupaten Dompu,  minggu lalu, Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Haryono Suyono disertai beberapa anggota rombongan, antara lain Drs. A. Setyadi dan kawan-kawannya menemukan bahwa sampai ke tingkat desa yang sangat terpencil di Kabupaten Dompu, terdapat berbagai variasi kesadaran masyarakat yang diikuti dengan upaya membangun Jamban keluarga atau MCK. Gerakan itu diikuti oleh masyarakat luas dengan kesadaran yang cukup tinggi biarpun tidak ada upaya yang khusus untuk itu seperti halnya program KB di masa lalu. Kalau saja ada komitmen yang lebih tinggi dari pemerintah dan ada program khusus untuk ini, demi kesehatan panduduk pada umumnya, lebih-lebih demi lingkungan yang sehat dan sopan santu sebagai bangsa yang telah merdeka lebih dari 75 tahun, kita pasti bisa membuat 4.000.000 jamban setiap tahun.

Berbagai variasi pembangunan jamban keluarga (MCK) yang ditemukan dari berbagai daerah tu antara lain dikembangkan dengan Dana Desa, yang sampai akhir tahun lalu telah dibangun sekitar 1.000.000 jamban keluarga, sesungguhnya bisa lebih banyak tetapi karena penduduk desa yang mengadakan Rembug Desa pada umumnya memiliki status social lebih baik dari penduduk biasa, maka kebutuhan jamban tidak terlalu dirasakannya, sehingga prioritasnya kalah disbanding dengan kebutuhan “kaum elit desa lain” yang biasa datang menghadiri pertemuan Rembug Desa tersebut.

Pendukung Pembangunan Jamban kategori kedua adalah Gerakan Manunggal TNI ABRI masuk desa yang selama satu tahun di seluruh Indonesia membangun tidak kurang dari satu juta jamban bersama rakyat dalam gerakan manunggal TNI bersama rakyat di desa. Gerakan ini sangat massif penuh dengan ke gotong royongan antara pasukan TNI yang bekerja langsung di desa-desa dengan bantuan rakyat banyak atau bersama rakyat banyak.

Jajaran ketiga adalah sumbangan Baznas dan Bazda di daerah-daerah yang mendapatkan dana zakat dari kaum Muslimin yang jumlahnya sangat bervariasi dari daerah ke daerah. Apabila ada kesepakatan dari Ketua di tingkat pusat, dana zakat yang bisa disediakan di setiap desa sungguh sangat tinggi sehingga apabila diberikan prioritas, maka jumlah jamban atau MCK yang bisa dibangun dan menolong kesehatan rakyat banyak akan bertambah tinggi.

Dana berikutnya adalah dana kredit jamban keluarga yang disediakan oleh Bank BPD atau BanK BPR atau sumber lain di setiap Kabupaten kota. Dana ini telatip sangat besar dan karena sifatnya kredit maka uangnya dengan mudah akan kembali kepada Bank yang menjadi sponsor dan tidak perlu merugikan Banknya.

Gerakan lain yang bisa dikembangkan adalah pengembangan “Bapak Angkat atau Ibu Angkat” dari keluarga kaya di setiap desa yang menyumbang satu atau dua jamban bagi keluarga kurang mampu atau keluarga miskin. Sumbangan yang diberikan bisa bervariasi dari Rp. 500.000 sampai Rp. 1.000.000,- cukup untuk mengganti “Jamban alamiah” yang sekarang tempatnya di pinggir sungai, di pinggir laut, atau di semak-semak di belakang rumah yang makin tidak tersembunyi karena kepadatan di setiap desa hunian yang makin tidak nyaman.

Gerakan ini bisa dikembangkan menjadi salah satu dari Program Prioritas Menteri Kesehatan bersama Menteri PUPR atau Instansi Pembangunan Desa secara bersama-sama. Salah satu dari Menteri menjadi Penanggung Jawab yang mengadakan perencanaan, sumber dana pancingan dari pemerintah serta melakukan koordinasi gerakan setiap harinya dengan intenisip, Kalau kita mau pasti kita bisa menyelamatkan anak bangsa ini dari mala petaka pada zaman modern 4.0 sekarang ini.

Haryono SuyonoComment