Sarasehan Desa untuk menggerakkan Pembangunan Desa dan Masyarakat Desa

IMG_2463.JPG

Pada hari Kamis lalu selama satu hari penuh atas undangan Ibu Yuli seorang aktifis penyandang disabilitas dari Yayasan Anggrek KCB dari Kelurahan Bahagia kecamatan Babelan, Bekasi dan kawan-kawannya, dengan dukungan dari para relawan sosial senior, Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT, Tantyo Adi Sudharmono, Ketua Umum DNIKS, Dr.  Kholifah Ana aktifis sosial dari Surabaya, Drs. Fajar Wiryono dan Ibu Dra. Yeni, Ketua dan staf Yayasan Anugerah Kencana Buana, Dr. Mulyono Daniprawiro dari Yayasan Damandiri  dan tidak kurang dari 400 warga Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Bekasi memenuhi ruang pertemuan yang dibuat khusus oleh rakyat Desa itu dari atap plastik sederhana bertiang bambu. Hadir dalam pertemuan itu para pejabat formal mewakili beberapa Kepala Dinas disertai Kepala Desa Pantai Bahagia yang ngganteng dan kokoh Maman Suryaman, Camat Muara Gembong, yang dengan kelakar “mengaku gagah” pada waktu pidato di muka rakyat yang antusias, Lukman Hakim, Koramil dan Ka Polsek semua dengan pasukan lengkap, elite desa yang penuh simpati, memenuhi kursi yang terasa kurang karena antusiasme yang tinggi.

IMG_2492.JPG

Pertemuan masyarakat dari Desa Pantai Bahagia, utamanya dari Kampung Beting dan Desa Pantai Bahagia itu diadakan karena mereka yang berpikiran maju ingin sekali membangun desa dan masyarakatnya. Masyarakat Kampung yang umumnya nelayan ternyata telah rajin bekerja keras biarpun relatif miskin konon desanya menjadi sumber ikan, udang dan kepiting yang menjadi konsumsi masyarakat Jakarta sehingga biarpun kelihatan “tidak terlalu kaya” atau bahkan kebanyakan “merasa miskin” tetapi umumnya memiliki rumah berdinding “batu bata” yang hampir sempurna. Biarpun konon kalau ada banjir atau air laut pasang, sebagian rumah-rumah itu akan tergenang dengan air sungai atau luberan air laut. Yang kelihatan menyedihkan adalah masih kelihatan ada fasilitas MCK yang menempel pada sungai Citarum yang konon masih digunakan oleh penduduk untuk “semedi” pada pagi hari membuang hajat. Konon masih banyak keluarga yang tidak memiliki “MCK di rumah” masing-masing sehingga fasilitas andalan di pinggir sungai masih merupakan aset yang perlu dibantu penyelesaiannya.

IMG_2468.JPG

Rupanya gegap gempita pembangunan infrastruktur berupa jalan desa belum menyentuh Kampung dan Desa ini sehingga jalan menuju kampung ini masih berupa tanah, satu arah saja  dan penduduk setempat sangat siap untuk bekerja bersama pemerintah menggunakan dana desa atau dana kabupaten membangun infrastruktur seperti jalan atau MCK di rumah penduduk. Apabila infrastruktur jalan di pinggir sungai Citarum itu bisa di bangun tidak mustahil desa dan kampung nelayan itu bisa menjadi obyek turis dengan sajian ikan, kepiting atau udang yang lezat dan besar-besar yang konon kalau air laut lagi surut bisa dengan mudah diambil dari pantai yang indah di desa dan kampung tersebut.

Biarpun kadang ada air laut yang pasang dan luber ke permukiman penduduk, kenyataan bahwa Kampung itu padat penduduk dan kelihatan bahwa penduduk mengetahui bagaimana mengatasi air pasang dan hidup nyaman dalam keadaan air laut pasang, bahkan menurut Kepala Desa, pada umumnya penduduk “tidak memiliki surat tanah resmi”, tetapi suasana “tidak resmi” itu tidak mengganggu keluarga desa itu untuk tidak menata rumahnya secara permanen, sehingga Kepala Desa dan Camat bahkan “telah bertahun berjuang untuk mendapatkan” surat tanah resmi melalui berbagai saluran yang belum memberikan hasil yang positif. Namun demikian rakyat tetap sabar dan sangat mengharapkan uluran tangan dari pemerintah agar kehidupan nelayan yang telah bertahun tahun itu mendapat dukungan pemerintah dengan kediaman dan surat tanah secara pasti.

IMG_2458.JPG

Pertemuan masyarakat yang mereka sebut sebagai “Sarasehan Rakyat” dikembangkan tidak menjadi ajang “demo” karena ternyata Kepala Desa mengakui bahwa desanya mendapat dana desa, telah membentuk Bumdes, ada kegiatan PKK, Perikanan, koperasi dan lainnya yang selama bertahun ini di dukung oleh pemerintah di desa, kecamatan dan Kabupaten, yang konon karena letaknya yang jauh memang “tidak sering” menjadi “ajang Peninjauan” pejabat resmi. Kalau infrastruktur di perbaiki, tidak mustahil Kampung dan Desa ini bisa menjadi “obyek turis” untuk menikmati makanan ikan, udang dan kepiting yang menjadi andalan daerah ini yang bisa ditempuh melalui dua moda transportasi, yaitu melalui dengan kapal melalui Sungai Ciatrum sebagai atraksi yang menarik atau melalui daratan menyusur pinggiran sungai dengan tontonan sepanjang aliran sungai yang nyaman.

Sarasehan yang antusias itu dimulai dengan Laporan Ibu Yuli sebagai penggagas pertemuan dengan Sambutan resmi dari Kepala Desa dan Camat serta paparan dari berbagai nara sumber. Paparan Utama sesungguhnya diharapkan dari Bapak Anwar Sanusi, Sekjen Kementerian Desa PDTT yang diwakilkan kepada Ketua Tim Pakar Mendes PDTT Haryono Suyono, karena Sekjen sedang bertugas di Malang. Paparan ini disambung dengan uraian dari Pak Tantyo Adi Sudharmono, Deputy Menteri Pemberdayaan Perempuan Ibu Ir. Agustina Erny, dan secara tidak langsung dari Ibu dr Kholifah Ana relawan dari Surabaya yang disambung dengan tanya jawab yang sangat meriah. Kesan yang diperoleh adalah bahwa masyarakat sangat antusias membangun dan selalu berpartisipasi membangun di masa lalu melalui Gerakan PKK, Gerakan Nelayan atau Gerakan Pemuda dan Gerakan Perempuan melalui pemberdayaan keluarga dan program lainnya dari pemerintah. Mereka sangat mengharapkan bahwa Program Pembangunan Desa dan masyarakat desa dewasa ini tidak meninggalkan masyarakat nelayan yang kontribusinya cukup tinggi memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta dan Bekasi akan produk dari laut. Semoga antusiasme masyarakat yang dinamik itu bisa mendapat dukungan dari pemerintah. Amin.

IMG_2542.JPG

Haryono SuyonoComment