Refleksi: Tulisan Tangan

Apakah anda percaya tulisan tangan akan hilang? Saya sampaikan kembali pertanyaan tersebut dari sebuah pembahasan di sebuah media sosial mengenai tulisan tangan yang terancam punah pemakaiannya karena derasnya arus digitalisasi, termasuk ketergantungan kita pada perangkat smart phone dan komputer. Beda dengan dulu, kita menulis surat dengan tulisan tangan, menulis puisi dengan tulisan tangan. Beberapa kegiatan pencatatan, termasuk catatan sekolah dan kuliah dengan tulisan tangan. Kini urusan menulis surat sudah menggunakan surat elektronik, tanpa tulisan tangan lagi. Apalagi tulisan laporan, proposal dan lain-lain dalam urusan organisasi dan bisnis, sudah terkomputerisasi dan terdigitalisasi. Tulisan tangan menjadi terpinggirkan.

Banyak pula yang percaya tulisan tangan tidak akan hilang, meskipun perangkat smart phone dan komputer telah menjadi media utama untuk menuliskan pesan, dan berbagai bentuk komunikasi lainnya, tulisan tangan masih akan tetap eksis.

Pada sisi lain, dipercayai tulisan tangan bisa dijadikan media untuk meramalkan karakter atau kepribadian seseorang, melalui ilmu grafologi, yang pertama kali dikenalkan oleh Michon, seorang asal Perancis tahun 1875. yang merupakan metoda untuk mengenali, mengevaluasi, dan mengetahui kepribadian seseorang melalui tarikan dan pola yang ditampilkan oleh tulisan tangan. Bisa jadi grafologi sebagai ilmu dan profesi perannya juga akan semakin memudar.

Seorang mahasiswa S3 saya asal Jepang yang bekerja di Jakarta (kebetulan saya mengajar S3 program Ekonomi Manajemen di sebuah PT), malah menyampaikan di Jepang tulisan tangan dilestarikan. Bukan hanya untuk komunikasi, informasi dan dokumentasi, namun juga sebagai seni. Ya, tulisan Kanji Jepang merupakan seni yang sekarang dilestarikan. Anak-anak di Jepang diajari secara khusus cara menulis Kanji selama bertahun-tahun. Malah dibuka kelas khusus untuk mempelajari huruf Kanji secara baik dan indah. Intinya tulisan tangan huruf Kanji di Jepang secara tulisan tangan betul-betul diajarkan dan dilestarikan.

Itu mungin perbedaannya, meskipun kita tidak memiliki huruf khas, karena menggunakan huruf latin pada bahasa nasional kita, kalaupun ada huruf setempat di beberapa suku seperti aksara Jawa atau aksara Sunda, namun huruf lokal diluar huruf latin tersebut tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, diluar tulisan nama-nama jalan. Bahkan huruf Arab yang sangat familiar di masyarakat kita, lebih sering dibaca, dalam pengajian ataupun pendalaman agama Islam, namun jarang digunakan untuk menulis, kecuali oleh para sarjana dan peminat huruf dan bahasa Arab.

Bagaimana ke depan dengan tulisan tangan? Mungkin benar tidak akan hilang, paling tidak sampai beberapa waktu mendatang, namun terus akan “terganggu” dengan derasnya digitalisasi dan kemajuan dunia teknologi informasi. Secara spontan saya melontarkan kemungkinan tanda tanganpun akan hilang di telan dunia digital. Terbukti teknologi digital sudah mulai menggantikan sebagian peran tanda tangan. Meskipun sementara ini masih tetap eksis dan perlu. Ke depan kita akan melihat lebih banyak lagi perubahan yang melanda umat manusia, selain tulisan tangan dan tanda tangan.

Kita hidup dalam dunia yang secara konstan terus menerus berubah, seperti sering disampaikan oleh banyak kalangan…

Aam Bastaman (Univ. Trilogi). Editor Senior Gemari.id

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment