Refleksi: Terima Kasih

Apakah setiap menerima bantuan dari siapapun kita selalu mengucapkan “terima kasih”? Apakah kata “terima kasih” selalu tidak lupa kita sampaikan saat menerima bantuan dari (contohnya) asisten rumah tangga kita? atau masih memilih-milih, seperti hanya saat mendapatkan suatu kebaikan dari teman-teman dan saudara kita, atau dari anak-anak kita? Ini seperti hal sepele, namun sebenarnya mengucapkan “terima kasih” merupakan suatu budaya yang sangat fundamental.

Pengalaman saya hidup di salah satu masyarakat Barat, kemudian saya membandingkan dengan di Tanah Air sendiri, rasanya kita lebih pelit menyampaikan kata ”terima kasih”, dibandingkan dengan masyarakat dunia Barat. Sekecil apapun menerima bantuan, mereka selalu bilang “thank you”. Kata “thank you” seperti “diobral” saking seringnya diucapkan.

Ucapan terima kasih merupakan bentuk apresiasi, ketulusan atas segala bentuk kebaikan yang kita terima, baik berupa bantuan, pertolongan, dukungan, pujian, atau apa saja kebaikan yang kita terima, dibalas dengan ucapan “terima kasih”.

Kata terima kasih di Barat sering disampaikan juga sebagai apresiasi atas suatu pujian. Seorang pemuda di Barat yang menyampaikan kepada kekasihnya “kamu cantik sekali hari ini”, biasanya dibalas dengan jawaban “ thank you.”, oleh pasangannya. Kalau di kita pujian “kamu cantik sekali hari ini” kepada pasangannya, mungkn dibalas dengan “ah, tidak…”, atau, “ah masa…,” atau hanya tersenyum malu (mungkin maksudnya mengapresiasi juga). Karena perbedaan budaya dan cara mengekspresikan apresiasi yang berbeda, maka kelihatan perbedaan respon dan penggunakan kata “terima kasih”. Terlepas dari perbedaan budaya, hal ini menjadi pelajaran juga bahwa pilihan mengucapkan terima kasih bisa lebih mudah digunakan. Bagaimanapun ekspresi apresiasi sangat penting dalam hubungan antar sesama.

Umumnya dalam masyarakat Barat ucapan “thank you”, dibalas dengan “you are welcome”. Di kita pun sudah bagus, dibalas dengan ucapan: “Sama-sama”. Hanya barangkali frekwensi ucapan terima kasih di kita tidak terlalu sering. Tidak semua bantuan yang kita terima kita ucapkan terima kasih, apalagi kalau bantuan itu datang dari orang yang dianggap lebih rendah kedudukannya, atau pekerja kita, seperti asisten rumah tangga. Kadang kita lupa bahwa ucapan terima kasih perlu dialamatkan kepada siapapun tanpa harus memandang status sosial.

Terima kasih, berkaitan dengan karakter, sopan santun dan adab. Di budaya yang egaliter dengan jarak kekuasaan yang rendah ucapan ini sering dipakai diungkapkan tanpa memandang status sosial, namun di budaya yang memiliki jarak kekuasaan yang tinggi, seperti di negara kita, nampaknya diucapkan lebih jarang, dan seringkali melihat “orang”. Sepertinya tidak semua orang berhak menerima ucapan “terima kasih”.

Mungkin kita perlu belajar mengenai budaya mengucapkan terima kasih ini, sebagai bentuk peradaban dan penghormatan kepada sesama apalagi kepada mereka yang sudah membantu, mendukung, menghibur, ataupun berbuat sesuatu yang mempermudah hidup kita, seperti kepada asisten rumah tangga kita.

Ucapan terima kasih sekaligus bisa menghapus perbedaan status sosial, karena semua orang berhak menerimanya, setelah memberikan kebaikan, sekecil apapun. Itu yang harus diajarkan kepada anak-anak kita, sejak dini.

Terimakasih.

Aam Bastaman. Editor Senior Gemari.id

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment