Taiwan: Identitas dan Merek Negara (Country Brand)

Secara resmi Taiwan masih menggunakan nama Republic of China (ROC). Namun kata ‘Cina’ memang membingungkan banyak orang, meskipun sejarahnya ROC adalah pemerintahan negara China yang pemimpinnya melarikan diri ke Taiwan. Dulu rezim ROC menganggap sebagai penguasa resmi Cina (meski berkedudukan sementara di Taiwan). Namun ROC tersingkir karena Cina komunis yang membangun PRC (People Republic of China) - Tiongkok sekarang, begitu kuat. Jadilah ROC terpinggirkan dan hanya menguasai Taiwan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Sementara ekonomi Taiwan tumbuh kuat, dan menjadi salah sau negara Asia yang terbebas dari status “middle income trap”, dan menjadi negara maju. Namun status politiknya tetap terpinggirkan. Dunia secara politik lebih mengakui PRC sebagai penguasa pemerintahan Tiongkok dari pada ROC.

Bagi gegerasi muda Taiwan yang sedang mencari jati diri, terkesan ingin membentuk identitas sendiri. Seorang kawan saya asal Taiwan sewaktu bertemu di Korea Selatan sengaja menutupi nama Republic of China (ROC) di paspor nya dengan tulisan ROT (Republic of Taiwan). Dia bilang, dia orang Taiwan bukan Cina. Mengapa pula harus menggunakan nama Cina?

Ia bilang pemerintahnya masih menuliskan ROC bukan ROT, tapi ia tidak peduli. Ia merasa Taiwan adalah identitasnya, merek negara yang “de facto” lebih diterima masyarakat internasional. “I am not a Chinese, I am a Taiwanese!” Ujarnya..

Sejarah ROC dimulai saat pemimpin Cina Kuomintang (KMT) yang anti komunis Chiang Kai Shek kalah dari Cina komunis yang dipimpin oleh Mao Zedong, dan harus mengungsi ke pulau Formosa (Taiwan) tahun 1949. Berharap bisa mengendalikan Cina dari tanah barunya, untuk kemudian merebut kembali dari tangan Cina komunis. Namun Mao Zedong sangat kuat, dan berhasil menguasai Cina secara keseluruhan. ROC pun tenggelam dalam perpolitikan Cina daratan, karena PRC mengancam negara-negara lain yang berhubungan dengan Taiwan supaya tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan. PRC menganggap Taiwan merupakan wilayah Cina (komunis) yang tidak dapat dipisahkan.

Begitulah, sejarah menciptakan krisis identitas bagi generasi muda Taiwan . ”It’s identity crisis”, kata seorang teman dari Sinagpura. “Country brand crisis!” Are they Chinese or Taiwanese?”. Rupanya banyak generasi muda Taiwan, yang memang lahir dan besar di Taiwan lebih suka memiliki “brand” Taiwan, bukan Cina.

Ini pula yang dikomentasi seorang teman Malaysia keturuan Cina, “Heran, ada juga orang-orang Cina yang tidak mau mengakui orang Cina… Saya bangga menjadi orang Cina,” ujarnya, agak sinis.

Jadi secara politik perkara Taiwan ini belum selesai. Cina daratan menganggap Taiwan merupakan wilayahnya, dan menginginkan integrasi Taiwan ke Cina. Dilain pihak ROC yang di Taiwan sudah tidak punya kekuatan untuk menguasai Cina daratan. dan lebih fokus menjadi negara sendiri dan mengurusi dirinya sendiri yang mencakup pulau Formosa (Taiwan) dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Lantas mengapa masih mempertahankan nama Republic of China? Teman Taiwan bilang, hanya soal waktu. ROC akan menjadi ROT - Republic of Taiwan.

Tapi Cina daratan menginginkan yang berbeda. Karena dianggap Taiwan merupakan wilayah Cina yang membangkang. Isu Taiwan masih tetap akan panas, meski ekonomi mereka tumbuh pesat, sebagai keajaiban Taiwan. Maka persoalan “country brand” di Taiwan sebagai identitas masih akan tetap panjang.

Aam Bastaman (Univ. Trilogi).

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment