Kesan yang membesarkan hati dari Nairobi

IMG_9545.jpg

Minggu lalu sebagai mantan Ketua Delegasi Indonesia, sekaligus Menteri Kependudukan dan Kepala BKKBN pada Konperensi Kependudukan dan Pembangunan di Cairo, Mesir di tahun 1994, yang dianggap senior dan banyak memainkan peran, kami diundang mengikuti Delegasi Indonesia oleh UNFPA yang bertindak sebagai salah satu penyelenggara dari PBB. Kepala BKKBN, Dr dr Hasto Wardoyo memimpin rombongan dari Indonesia bersama rombongan resmi dan para peserta lainnya menghadiri Pertemuan 25ICPD Cairo di Nairobi, Kenya, yang sekaligus terakreditasi sehingga keputusan yang diperdebatkan sering sampai pagi hari dianggap sangat monumental dan mengikat setiap negara. Dalam memperingati 25 tahun Konperensi Kependudukan Dunia yang monumental pada tahun 1994 di Cairo, Mesir. Pertemuan Kependudukan dan Pembangunan di Cairo pada tahun 1994 itu dihadiri oleh hampir 200 Negara di dunia serta Organisasi masyarakat yang Konperensi di Nairobi yang pada hari pertama dihadiri oleh sekitar 6000 peserta dari lebih 100 Negara dan lebih dari 200 wakil Organisasi kemasyarakatan dunia itu, banyak kesan yang membanggakan bagi Delegasi Indonesia di samping kekaguman atas penyelenggaraan Konperensi yang hingga akhir masa Sidang yang hampir satu minggu, Konperensi Nairobi mencatat jumlah peserta sekitar 9500 tokoh dunia yang memberikan kesan yang menarik.  Lebih dari itu banyak pengalaman masa lalu dari para peserta yang masih membekas, utamanya dari para peserta senior yang di tahun 1994 ikut hadir di Cairo atau sesudah itu berkunjung mempelajari program dan kegiatan pembangunan di Indonesia yang perlu di buka dan direnungkan sebagai suatu kebanggaan tersendiri.

IMG_9493.JPG

Pada pagi hari kedua, di pintu masuk Ruang Sidang Utama di Komplek Ruang Sidang yang megah melintas dua orang “gadis sepuh” dari suatu Negara Afrika dengan pakaian yang indah. Begitu melihat kita berbondong di sekitar pintu masuk, maka spontan mereka berteriak bahwa mereka pernah ke Indonesia belajar masalah pengelolaan KB kepada masyarakat di desa-desa di Indonesia. Secara spontan kita ajak mereka untuk kembali ke Jakarta dan Indonesia, tetapi lebih dari itu dengan senang hati mereka berfoto ria dengan beberapa anggota rombongan sebagai kenangan pernah berkunjung dan belajar pada masa mudanya ke Indonesia. Suatu kenangan indah bahwa nama Indonesia di kenang sebagai guru masalah KB dalam benak Pemimpin Senior yang sampai hari ini masih rajin menghadiri pertemuan Kependudukan dan pembangunan atas nama negaranya.

IMG_9496.JPG

Dalam Gedung Konperensi yang dianggap paling megah di Nairobi dipamerkan beberapa benda seni dan sarana pembangunan yang dipergunakan di Nairobi atau di wilayah lain di Kenya. Salah satu sudut secara jelas dipamerkan bergantungan benda-benda untuk pembangunan antara lain kain sarung dan alat timbangan dacin untuk anak balita yang kita pergunakan untuk menimbang anak balita yang datang ke Posyandu. Sarung yang dipajang adalah sarung Indonesia tetapi di sampingnya ada kain yang ditiru seperti sarung yang rupanya merupakan modifikasi atau tiruan untuk dipergunakan di Nairobi atau daerah lain di Kenya. Suatu kebanggaan tersendiri karena kedatangan rombongan dari Kenya yang belajar KB di negara kita tetap membawa pulang ke negaranya tidak saja contoh kain sarung untuk penimbangan bayi guna menentukan tingkat pertumbuhan bayinya. Tetapi sekaligus mereka membuat model timbangan dan kain untuk menampung bayinya dengan meniru kain sarung yang dipergunakan di Indonesia, suatu kontribusi internasional yang sederhana tetapi membawa kebanggaan tersendiri.

IMG_9594.JPG

Kejutan lain yang membanggakan adalah tatkala Kepala BKKBN, Dr dr Hasto Wardoyo, atas nama Presiden RI selesai membacakan pidatonya di podium, begitu turun dari podium langsung di didekati oleh Ketua Delegasi dari Ghana yang menyapa dengan penuh hormat dan menyatakan keinginannya untuk mengirim kembali rombongan dari negaranya belajar menangani masalah KB di Indonesia. Ketua Delegasi dari Ghana itu memuji bahwa rombongan yang dulu pernah belajar ke Indonesia berhasil membawa kesan yang positif dari hasil belajar mereka bersama rakyat dan relawan KB dari desa-desa di Indonesia. Dr. dr. Hasto Wardoyo menyambut baik keinginan Ketua Delegasi Ghana tersebut dan dipersilahkan untuk mengirim surat langsung kepada Kepala BKKBN di Jakarta agar bisa diatur daerah yang akan ditinjau.

IMG_9555.JPG

Pada waktu bertemu dengan utusan khusus Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang sekaligus menjadi Pimpinan Delegasi Amerika Serikat dalam Pertemuan di Nairobi, Kenya, setelah berbincang dan saling memberi komentar di sampaikan bahwa di Universitas John Hopkins di Amerika Serikat ada suatu ruangan Sidang atau Ruangan Kuliah dan Seminar yang diberi nama “Haryono Room” yang terletak tidak jauh dari “Rockefeller Room” dan ruang terhormat lainnya sebagai penghargaan dari Perguruan Tinggi itu atas jasa-jasa dari seorang warga Indonesia dalam pengembangan inovasi pendekatan dan pengelolaan Program Kependudukan dan KB yang banyak ditiru negara berkembang lainnya. Duta Besar Khusus dan stafnya terbelalak dan memberikan apresiasinya terhadap sumbangan Indonesia pada program dunia yang maju tersebut. Suatu kebanggaan tersendiri yang ikut mewarnai kebesaran Konperensi Nairobi yang berhasil menyedot perhatian dunia minggu lalu. Semoga memberi kebanggaan tersendiri untuk anak muda Indonesia bahwa generasi sebelumnya telah mengantar generasi muda dengan modal yang tidak mengecewakan.

IMG_9520.JPG

Dalam hati kecil kadang kita merasa bahwa bangsa kita sangat miskin dan tidak mampu mengubah yang miskin menjadi lebih sejahtera. Pada waktu kita berada di Nairobi menghadiri Konperensi Kependudukan dan Pembangunan, atas kebaikan hati staf Kedutaan Besar RI di Nairobi, kita diantar berkeliling kota sebelum kembali ke hotel untuk beristirahat sebelum menghadiri sidang lanjutan di tempat lainnya. Dalam perjalanan ke hotel itu, pengemudi yang baik hati membawa keliling kota antara lain tidak kurang dari 20 sampai 30 menit berkeliling di suatu tempat yang relatif luas yang terkesan masih sangat kumuh dengan pedagang yang dagangannya sama dengan dagangan di pinggir jalan seperti kita, tetapi tidak menjajakan barang mewah dan gemerlapan dengan harga murah seperti pedagang kaki lima di pinggir jalan di Jakarta. Dagangan mereka sangat sederhana, ada yang hanya menjajakan lima sepatu, beberapa onggokan barang dagangan, dan lainnya yang terkesan masih sangat sederhana yang bagi kita di Ibu Kota di Jakarta sudah sangat ditinggalkan oleh pedagang pinggir jalan. Kita miskin tetapi rupanya masih ada lagi yang lebih miskin atau lebih sederhana dari kita di Indonesia. Semoga mereka segera makin maju dan makin sejahtera dengan program pembangunan yang terarah dan berpihak kepada upaya mengentaskan kemiskinan dan mengantar setiap keluarga menjadi lebih sejahtera. Amin.

Haryono SuyonoComment