Pidato Presiden Kenya mewarnai Konperensi Kependudukan dan Pembangunan

IMG_9453.JPG

Sebagai Tuan Rumah yang baik, Presiden Kenya Uhuru Kenyata yang dilahirkan di Kenya dan mengenyam pendidikan di Amerika Serikat, betul-betul tidak saja menjadi Tuan Rumah yang baik, tetapi mampu memanfaatkan kesempatan Konperensi Raksasa ini untuk kepentingan Negara, Bangsa dan pribadinya. Kenya yang terkenal dengan “Kebun Binatang” raksasanya di mana satwa liar segala jenis hidup bebas di alam terbuka, mampu menyelenggarakan pesta besar Konperensi Kependudukan dan Pembangunan Dunia sebagai peringatan 25 tahun Konperensi Dunia yang digelar tahun 1994 di Cairo. Hanya bedanya, di Cairo Konperensi itu dihadiri wakil-wakil resmi setiap Negara, di Nairobi diposisikan sebagai Konperensi terbuka bagi siapa saja hampir tanpa batas, sehingga pada saat pembukaan sudah dihadiri oleh sekitar 6000 peserta dan sampai akhir, konon terdaftar sekitar 9500 peserta terdiri dari Presiden, Perdana Menteri, Menteri dan khalayak dari lebih 100 Negara dan anggota dari lebih 200 Organisasi Sosial Masyarakat serta perorangan yang bergerak dalam bidang kependudukan dan Pembangunan atau Pembela hak Azasi Manusia, Wanita dan Pemuda, Organisasi pro aborsi, Organisasi Pembela Penderita atas Kekerasan terhadap wanita, minoritas dan disabilitas.

 Penyelenggara utama UNFPA, Pemerintah Denmark serta Kenya percaya bahwa meledaknya peserta dari seluruh dunia itu adalah karena keyakinan bahwa mereka menyadari diperlukannya peningkatan hak-hak azasi, utamanya hak-hak azasi kaum wanita, kebebasan atas pilihannya dan kesejahteraan mereka sebagai modal kehidupan dalam masyarakat yang mandiri.  

 Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta yang mendapat dua kali kesempatan Pidato dalam Sidang Pleno. Pembukaan Konperensi raksasa itu, pertama sebagai Tuan Rumah dan kedua sebagai Wakil Negaranya, mengulang inti dari hasil gemilang Konperensi Cairo bahwa “Perempuan adalah tulang punggung keluarga dan sekaligus penyangga suatu negara yang kokoh”. Dengan posisi seperti itu Presiden Kenya mendapat kesempatan pertama mengingatkan forum yang gegap gempita itu bahwa karena wanita menjaga kesehatan keluarga maka mereka memiliki pengaruh dan kekuatan yang sangat besar antar generasi terhadap anak-anaknya, memberdayakan perempuan, memberdayakan keluarga, memberdayakan masyarakat, memberdayakan negara dan akhirnya memberdayakan dunia secara menyeluruh.

 Selanjutnya Presiden mengaris bawahi pentingnya nilai investasi pada anak perempuan, sebagai tujuan dan sebagai kunci guna memperbaiki kualitas kehidupan untuk semua orang. Oleh karena itu target harus ditujukan untuk mengentaskan kemiskinan dan menjamin pembangunan yang berkelanjutan, meningkatkan pendidikan, meningkatkan kesehatan reproduksi, menurunkan kematian anak, menurunkan kematian ibu hamil dan melahirkan serta menghilangkan kekerasan dan kejahatan gender.

 Presiden juga mengingatkan bahwa pertemuan Kenya sekaligus melihat kemajuan selama 25 tahun dan menyegarkan komitmen yang telah dicapai di Cairo pada tahun 1994 serta menyelesaikan segala sesuatu yang belum di tuntas. Lebih lanjut, Presiden menyebutkan bahwa target yang belum tuntas adalah kenyataan masih terdapatnya 1 dari 5 perempuan yang tahun ini mengalami kekerasan dari orang lain di dekatnya. Sekitar 800 perempuan dan gadis yang meninggal dunia karena melahirkan, dan sekitar 4 juta gadis-gadis yang setiap tahun menderita dan trauma karena akibat genital mutilasi. Kita juga prihatin masih ada sekitar 33.000 anak gadis yang menikah sebelum usia 18 tahun dan jutaan anak muda yang tidak menentu masa depannya karena belum mendapatkan pekerjaan.

 Presiden mengakui bahwa sejak Konperensi yang berhasil di Cairo telah banyak kemajuan yang dicapai. Dalam bidang pendidikan, Kenya berhasil dalam bidang pendidikan dasar dan masuk dalam posisi pendidikan menengah. Di negaranya sekitar satu juta penduduk lepas dari kemiskinan dan usia harapan hidup naik sebesar tujuh tahun, angka kematian ibu hamil secara global turun sekitar 45 persen, dibarengi dengan keberhasilan menurunkan angka kelahiran yang diikuti dengan naiknya kaum wanita dalam kepemimpinan biarpun masih relatif lamban.

 Presiden juga menyebutkan adanya penurunan kematian ibu melahirkan dari sekitar 698 di tahun 1994 menjadi 362 per 100.000 dewasa ini, sementara kesertaan KB sudah meningkat dua kali lipat. Bahkan, sambungnya, beberapa negara mulai mengalami penduduk yang menua dan di bagian lain terlihat adanya ledakan generasi muda.

 Sementara itu secara tepat Presiden menyebutkan bahwa dunia menghadapi ancaman kesehatan reproduksi seperti kanker payu dara, servix dan prostat, juga ancaman lingkungan hidup seperti perubahan musim. Ini semua menjadikan komitmen Cairo sangat penting, urgent dan kompleks. Karena itu dunia memerlukan kemitraan baru yang lebih luas, dukungan politik lebuh mantab, peningkatan dama internasional dan domestik yang lebih besar, peningkatan upaya pelaksanaan program yang lebih inovatif rta dukungan intervensi yang lebih besar dan terarah.

IMG_9564.JPG

 Selanjutnya beliau memuji bahwa sungguh beruntung terdapat tanda-tanda peningkatan komitmen dunia dan kerja sama yang lebih baik mengatasi isu-isu tersebut. Pembangunan berkelanjutan telah menjadi platform yang menjamin upaya pembangunan sejak Konperensi Cairo. Kita juga makin memiliki pengalaman baik yang bisa dilaksanakan dengan berhasil serta mana yang tidak bisa dilaksanakan serta teknologi yang makin maju guna mendukung kebijakan yang diambil. Karena itu biarpun penyelesaian di setiap negara berbeda, Presiden Kenya mengajak peserta yang hadir dengan menyerukan bahwa kita harus memiliki komitmen yang sama.

 Selanjutnya Presiden mengutarakan komitmen pemerintahnya yang akan mengakhiri Female Genital Mutilation (FGM) pada generasi sekarang bersama Negara lain tetangganya, menghilangkan kekerasan terhadap wanita, termasuk kekerasan dalam lingkungan keluarga serta berusaha menghilangkan perkawinan dibawah usia 18 tahun yang dewasa ini di Kenya masih tercatat sekitar 23 persen dari seluruh perkawinan yang berlangsung, yang oleh Presiden dianggap menghambat karier para gadis di negaranya.

 Presiden berkeinginan meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dan partisipasi yang seimbang dalam arena politik, kesempatan publik lain dalam bidang usaha dan lainnya. Di samping itu diharapkan penguatan kemitraan antar negara, lembaga-lembaga pembangunan, organisasi  masyarakat dan organisasi wanita dan pemuda.

IMG_9592.JPG

 Pidato yang lengkap itu diakhiri dengan ajakan agar kita semua meningkatkan komitmen yang telah dicapai di Cairo karena kalau kita gagal meningkatkan komitmen itu, kita akan menghadapi risiko dan mewariskan bagi anak-anak kita masa depan yang tidak menentu. Suatu pidato yang hampir diulang kembali oleh banyak Presiden dan Pejabat senior lain dalam Konperensi yang gegap gempita itu.

Haryono SuyonoComment