Terobosan Budaya Positif membangun bangsa

IMG_8772.JPG

Pengalaman pengembangan budaya baru dengan pendekatan positif seperti halnya “budaya banyak anak banyak rezeki” yang dikembangkan menjadi “dua anak cukup, laki perempuan sama saja” tampak akan terulang di Indonesia. Kali ini temanya lain, mungkin tema “memuja” dan “menonjolkan yang bersalah” akan berubah menjadi budaya baru seperti halnya penonjolan keluarga yang menganut “dua anak” sebagai nilai baru itu.  Kajari Gorontalo, Dr. supriyanto Anto SH, hari Jum’at lalu mengadakan silaturahmi, bukan “menangkap”  Rektor Universitas Muhammadiyah  di Gorontalo, Dr. dr. Isman Yusuf, dalam rangka membangun kerja sama pengembangan budaya baru itu. Secara kebetulan Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Haryono Suyono juga sedang mengadakan pertemuan dengan Rektor Perguruan Tinggi yang sedang maju tersebut.

Kemudian ketahuan bahwa kunjungan kepada Rektor Unmuh itu bukan satu-satunya silaturahmi yang beliau lakukan, tetapi dengan sabar dan penuh kekeluargaan Kajari muda yang simpatik itu telah berkunjung kepada berbagai Rektor Perguruan Tinggi dan kalangan luas guna membangun jaringan kerja sama yang lebih erat antara Kajari dan para pemangku kepentingan guna membangun budaya pembangunan yang bersih dari korupsi dan tindak melanggar aturan hukum. Dalam kunjungan itu Kajari menawarkan kerja sama berbagi pengetahuan dengan para pelaksana pembangunan serta pemahaman rambu-rambu untuk tidak dilanggar agar para mahasiswa yang bakal menjadi pemimpin masa depan akan bekerja dengan taat hukum sehingga aparat penegak hukum “tidak terpaksa” mengambil tindakan.

IMG_8785.JPG

Dalam diskusi yang akrab, Kajari sepakat dengan pengalaman Kepala BKKBN untuk menempatkan para punggawa atau masyarakat luas yang sangat taat hukum dan berhasil dalam pembangunan sesuai aturan hukum yang berlaku sebagai “pahlawan pembangunan”. Bukan seperti halnya dewasa ini, mereka yang melanggar dan disangka korupsi, dengan alasan agar jera, “justru dipanjang” dan malah dipamerkan melalui televisi sehingga keluarga, sanak saudaranya atau teman-temannya yang tidak bersalah  ikut “menjadi korban’ perbuatannya.

Kajari Dr. Supriyanto sepakat bahwa di masa yang akan datang media masa perlu dipenuhi dengan para pahlawan pembangunan yang dengan tekun bekerja keras membangun bangsa dan warganya dengan tekun, sungguh-sungguh dan semata-mata berniat membangun demi masa depan yang gemilang dan sejahtera untuk anak cucu bangsa yang dicintainya. Pameran keberhasilan pembangunan dengan pelaku yang taat hukum dan aturannya itu menghiasi layar televisi sehingga ditiru oleh khalayak ramai dalam ketulusan yang indah sehingga anak-anak yang menonton tidak harus disingkirkan dari layar televisi tetapi justru mengambil catatan dan teladan dari pemimpin bangsanya yang bekerja tekun demi masa depan yang gemilang untuk negara dan bangsanya yang berbudaya.

Sementara itu Rektor Dr dr Isman Yusuf menyambut baik gagasan kolaborasi dan siap bekerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan serta kuliah kerja nyata ke desa-desa serta kerja sama bersama dengan berbagai lembaga lain yang sementara ini telah erat bekerja sama dengan Unmuh.

IMG_8768.JPG

Selanjutnya Kajari Dr. Supriyanto melihat bahwa pengalaman Jaksa Agung Ismail Saleh yang dimasa lalu mengadakan “gerakan Jaksa Masuk Desa” serta menjadi sahabat penggawa dan masyarakat desa bisa memberikan penjelasan tentang aturan hukum sebagai pedoman pembangunan yang aman dan membuat para pelaksananya dapat tidur nyenyak bukan takut di datangi polisi yang akan “menangkap” atau “petugas yang akan menciduk” karena dianggap bersalah. Para petugas akan datang membawa undangan bahwa petugas pengawal pembangunan itu akan mendapat penghargaan karena bekerja secara efisien, menghemat uang negara dan hasil pembangunannya berguna untuk masyarakat luas. Selamat berjuang Dr. Supriyanto SH, Kajari Gorontalo, membangun budaya baru di Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati Bapak dan usaha membangun budaya pelaksanaan hukum yang berbudaya di Indonesia.

Haryono SuyonoComment