Traveler Tic Talk: ‘Ada-Ada Saja’ dalam Perjalanan (I)

(1)   Lelaki unik di Bandara Heathrow

Bandara Heatrow London musim semi, tapi cuaca di luar maupun di dalam Bandara luar biasa dingin, terutama  bagi saya yang orang tropis, mungkin sekitar 9 derajat celcius.  Tapi nampaknya bukan hanya saya saja, sebagian besar orang memakai coat atau minimal jas atau jumper. Semua orang di ruang tunggu itu mencoba menghangatkan badan dengan memakai baju tebal. Sebagian orang bahkan  memakai syal, melingkari lehernya. Tapi ada saja calon penumpang seorang lelaki paruh baya yang hanya mengenakan celana pendek semi kolor dengan hanya T Shirt lusuh. Dengan ransel tipis di tangan. Nampaknya tidak  kedinginan. Tapi keren, ia baca buku tebal, dan fokus dengan bacaannya, seolah tidak ada orang lain, selain dirinya.

Diantara sekian banyak calon penumpang yang sedang menunggu pesawat, nampaknya ia  yang paling beda. Selain tidak nampak kedinginan, bersikap cuek, namun juga kelihatan nyaman dengan dirinya.

(2)   Gelar Haji di Hong Kong

Bandara Hong Kong, di konter check in salah satu maskapai penerbangan,  saya mendengar percakapan petugas maskapai dengan penumpang  wanita, dari logatnya nampaknya orang Indonesia:

“Why do you put H before your name? So what H means?”

Calon penumpang orang Indonesia itu bingung, namun mencoba menjelaskan:

“It’s Hajj…Hajjah…”

“What does it mean?” Tanya petugas konter, tidak paham.

Wanita calon penumpang itu mencoba menjelaskan, meskipun nampak kesulitan dengan bahasa Inggris-nya.

“It’s a title, for someone who have been in Mecca. Hajj.”

“Why? Who give the title?” Tanya petugas konter lagi, kelihatan belum paham.

Calon penumpang itu terdiam, kebingungan… Tapi nampaknya sang petugas merasa sudah cukup bertanya, huruf H di depan nama dianggap bukan masalah. Ia kemudian memberikan boarding pass.

It’s alright”,  katanya,sambil menyerahkan boarding pass.

Wanita calon penumpang itu nampak lega.

(3)   Penumpang Turki di Onur Air

Di kabin Onur Air menjelang take off dari Bandara Attaturk Istanbul ke Antalya. Seorang penumpang lelaki paruh baya berdiri di samping saya yang sudah duduk. Ia berbicara dengan bahasa Turki yang tentu saja tidak saya pahami. Ia menunjukkan tiketnya. Oh maksudnya tempatnya di kursi yang sudah saya duduki. Ia berbicara panjang lebar, sambil menunjuk tempat duduk di belakang saya.

Tapi saya yakin nomor tempat duduk saya betul, saya tentu sudah cek terlebih dulu. Jadi saya bilang dalam bahasa Inggris, maaf saya tidak bisa berbicara bahasa Turki.

“Anda dari  mana?” Tanyanya kemudian dalam bahasa Inggris.

“Indonesia”, jawab saya.

Kemudian ia bicara dalam bahasa Inggris menunjukkan nomor boarding pass. Tapi kemudian ia kelihatan ragu, Ia membaca kembali boarding pass-nya. Ternyata ia sadar ia salah, seharusnya ia di kursi yang dibelakang tempat duduk saya.

Ia minta maaf. “Oh, I am sorry!”. Kelihatannya agak malu. Ia kemudian mengambil duduk ditempatnya.

(4)   Tiga gadis Eropa Timur

Di sebuah hotel di Holland Street London, tempat saya menginap, saat sarapan pagi di ruangan makan, tiga orang gadis yang diperkirakan dari logatnya berasal dari EropaTimur, kebingungan melihat alat pembakar roti untuk membuat toast. Tangannya sudah memegang roti, tapi nampak kebingungan cara menggunakan alat pembakar roti. Akhirnya salah seorang dari mereka menoleh ke arah saya, yang kebetulan juga sedang antri, ia bertanya cara memasukan roti ke alat pembakar untuk membuat toast….. sambil agak malu-malu.

Aha, untung saya sudah biasa dengan alat pembakar roti seperti ini. Saya bantu memasukkan roti ke alat pembakar, dan menekan salah satu tombol ke bawah, supaya listrik posisinya “on”. Mereka agak malu-malu, tapi kemudian mengucapkan terima kasih. “Thank you.” 

Rupanya, bahkan di Eropa masih ada yang lebih ketinggalan dari saya…..

 Aam Bastaman. Penulis Buku Serial Traveler Tic Talk.

Travel 2.jpg
Aam BastamanComment