Desa Jayagiri Berinovasi Kembangkan Destinasi Alam Tanpa Merusak Ekosistem
oleh GEDHE NUSANTARA | 27 Mei 2019 | WISATA DESA | 0 KOMENTAR
Desa Jayagiri Berinovasi Kembangkan Destinasi Wisata Tanpa Merusak Alam
Desa Jayagiri dipopulerkan oleh Bimbo lewat lagu “Melati dari Jayagiri”. Lagu ini diciptakan oleh Iwan Abdul Rachman alias Abah Iwan di Gunung Jayagiri pada Maret 1967. Posisi desa berada di jalur menuju Gunung Tangkuban Perahu sehingga Desa Jayagiri berinovasi mengembangkan destinasi wisata alam yang mengusung konsep ekowisata atau wisata alam tanpa merusak ekosistem.
Desa Jayagiri terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Desa seluas 946 hektare itu memiliki hamparan persawahan, perkebunan, dan hutan. Jarak Desa Jayagiri ke kawah Tangkuban Perahu kurang lebih delapan kilometer sehingga menjadi rute olahraga hiking paling favorit.
Nama InovasiEkowisata Desa JayagiriPengelolaPemerintah Desa JayagiriAlamatDesa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
Para pecinta hiking dapat menikmati hamparan pohon pinus dan perkebunan teh dalam balutan udara yang sejuk. Hutan Jayagiri masih lebat, rindang, dan asri dengan pepohonan pinus dan pohon-pohon besar lain. Jangan khawatir, d kawasan hutan itu sudah ada papan-papan petunjuk jalan bagi para pendaki, tempat berlindung, pos jaga, toilet, dan tempat sampah.
Desa Jayagiri berdiri sebagai desa pada 1982 setelah pemekaran Desa Lembang. Pemerintah Desa bekerjasama dengan PT Perhutani mengembangkan area hutan desa menjadi destinasi wisata alam sekaligus wahana edukasi kelestarian lingkungan hidup.
Pengembangan pariwisata desa dimulai pada 2015. Warga mengembangan spot-spot wisata, seperti daerah perkemahan, area mancakrida, dan panggung-panggung seni di alam. Pemerintah Desa Jayagiri mengalokasikan Dana Desa 2015 untuk membangun infrastruktur jalan yang lebih baik menuju tempat-tempat wisata.
Wisatawan bisa berkemah, menggelar kegiatan pelatihan, bersepeda, hiking, atau sekedar menikmati alam di wana wisata Jayagiri yang konturnya bergelombang. Sejak tahun 2000, penyuka olahraga offroad sering melintasi jalur itu sehingga warga banyak membuka kios-kios di tengah hutan.
Tahun 2014 perusahaan-perusahaan penyedia jasa wisata menawarkan paket wisata offroad bagi wisatawan dari luar daerah, dan memesan makanan dari kios-kios tengah hutan milik warga Jayagiri. Pada akhir pekan, penyedia jasa wisata bisa membawa 400 orang untuk merasakan pengalaman makan siang di hutan.
Sementara itu, para penyuka sejarah bisa mampir ke taman yang dibangun untuk menandai penanaman pohon kina pertama di Indonesia oleh naturalis, doktor, ahli botani, ahli geologi dan pengarang berkebangsaan Jerman Franz Wilhelm Junghuhn. Peneliti yang lahir 26 Oktober 1809 itu menjadikan Lembang sebagai rumah kedua, dan tinggal di Jayagiri hingga tutup usia pada 24 April 1864.
Bersamaan dengan perkembangan sektor pariwisata, tumbuh pula usaha untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, termasuk menyediakan kayu bakar dan pasokan kopi untuk kedai-kedai di sekitar Lembang. Guna mencegah dampak buruk kegiatan wisata terhadap kondisi lingkungan, pendidikan mengenai pengelolaan hutan diberikan kepada warga.
Berkat inovasi di atas, paket wisata Desa Jayagiri semakin berkembang. Setiap tahun ada sekitar 25 ribu wisatawan yang mengunjungi Jayagiri. Desa juga sering mengirim warganya mengikuti pelatihan kepariwisataan, antara lain dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bandung Barat.
Pemerintah Desa Jayagiri mengembangkan potensi wisatanya dengan melibatkan warga. Penerapan model itu memang tepat, mengingat pengembangan desa wisata memang membutuhkan upaya berkesinambungan yang melibatkan seluruh komponen. Selain itu model pengembangan desa wisata berbasis pemberdayaan masyarakat yang menitikberatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan menurut penelitian paling cocok untuk desa-desa yang mengembangkan pariwisata.
Selain mampu mengembangkan wisata alam, Desa Jayagiri juga memiliki Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Nonformal dan Informal (PP-PAUDNI) Regional 1 Jayagiri Bandung, yang tahun 2016 menjadi percontohan bagi negara-negara di Asia Pasifik. Bahkan, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengakui keberadaan PAUD tersebut, yang menjalankan program Eco Kewirausahaan Ramah Pemuda dan Dewasa.