Membangun Perdamaian Dunia melalui Dakwah
Almarhum Sri Chinmoy
Selama bertahun-tahun Almarhum Sri Chinmoy mula-mula seorang pelari marathon India yang mendapatkan reputasi unggul di negaranya telah “menjelma” menjadi “pemimpin ulama perdamaian” melalui kegemarannya berlari marathon menjadi penganjur dan akhirnya membuat dirinya menjadi seorang sosok yang mengembangkan “dakwah persatuan dan perdamaian” melalui berbagai kegiatan yang mula-mula bagi anak-anak muda. Kegiatan itu kemudian diperluas kepada khlayak ramai, dan akhirnya kepada para Diplomat dalam lingkungan PBB di New York. Dari kegiatan dakwah persatuan dan perdamaian di New York itu beliau secara tidak langsung akhirnya memiliki “kelompok setia” para Diplomat dari berbagai Negara yang mengikuti kegiatan doa bersama antar agama yang selalu diakhiri dengan kegiatan lari marathon atau kegiatan seni dan budaya lainnya. Kepada para Diplomat dan tokoh-gokoh penting yang setia itu diajak beliau menggelorakan didup rukun dan damai disertai dengan kegiatan olah raga, khususnya lari marathon yang menjadi hoby utamanya, berbagai kegiatan sosial serta perhatian yang tinggi terhadap seni, budaya, masalah dan penyelesaian musibah dunia.
Konon dari kegiatan dengan para Diplomat itu Sri Chinmoy diundang untuk berkunjung ke berbagai Negara mengadakan dakwah persatuan dan perdamaian dunia disertai dengan kegiatan seni dan budaya yang sebagian pada mulanya dilakukan sendiri karena beliau sekaligus adalah seniman, pelukis, pemcipta lagu serta pemain alat musik tradisonial dan modern. Kunjungan ke Negara-negara itu menarik kelompoknya di New York dan akhirnya anggotanya itu ikut berkunjung ke berbagai Negara sehingga kunjungan berikutnya ke berbagai Negara tidak lagi dilakukan sendiri tetapi makin diikuti oleh pengikutnya dari berbagai Negara. Kunjungan pribadi menjadi “kunjungan muhibah” dengan anggota antar bangsa dan antar agama dalam suatu kelompok puluhan, kemudaian ratusan pengikut yang umumnya memakai “seragam ptutih-putih” meniru gaya hidup “sang Guru” yang bersal dari India, termasuk akhirnya, mengikuti gaya hidupnya, tidak makan daging kecuali “roti, nasi dan sayuran” semata.
Misi muhibah persatuan dan perdamaian dunia itu akhirnya menjadi sangat populer karena kegiatan dakwah di kalangan Diplomat di New York tetap dilakukan beliau secara rutin tanpa ada jedah semasa beliau ada di New York, menyebabkan bahwa kunjungan itu bukan lagi kunjungan biasa tetapi di setiap Negara beliau menjadi sangat populer, sehingga akhirnya New York menjadi pusat Gerakan Perdamaian Sri Chinmoy. Melalui kegiatan “Pusat” di New York ini rencana kunjungan diumumkan sehingga kunjungan tiap tahun ke suatu negar selalu diikui oleh rombongan yang anggotanya setiap tahun bertmabh. Setiap kunjungan ke suatu Negara biasanya berlangsung selama masa tinggal satu bulan atau lebih disesuaikan dengan masa liburan anggota kelompoknya. Dalam muhibah selama satu bulan itu rombongan mengadakan kegiatan ibadah doa bersama antar agama dengan tetap menghormati ibadah menurut agama masing-masing tetapi semua anggota rombongan mengikuti dakwah persatuan dan perdamaian yang diberikan Sang Guru dengan berbagai kegiatan sosial kemanusiaan lainnya.
Pada tahun 1990-an Sri Chinmoy menjadi sangat populer sehingga hampir setiap kunjungannya di suatu Negara selalu mendapat penghargaan dari Presiden, Perdana Menteri atau Raja dari Negara yang dikunjunginya. Bahkan tidak jarang kepada beliau diberikan gelar Doktor Honoris Causa oleh perguruan tinggi ternama di Negara yang dikunjunginya sehingga semasa hidupnya beliau telah mendapatkan puluhan Doktor Honoris Causa dari berbagai Perguruan Tinggi ternama. Di Indonesia belaiau diberikan gelar kehormatan Kanjeng Pengeran oleh Raja Kasunanan dari Solo serta mendapat kehormatan sebagai tamu dari Presiden RI BJ. Habibie dan Wakil Presiden RI Hamzah Has di Jakarta. Beliau juga sempat memberikan kuliah Umum pada beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta dan Bali.
Pada kesempatan kunjungan beliau ke Indonesia dengan rombongan dari sekitar 55 negara dan jumlah anggota sekitar 500 orang yang tinggal di Jakarta dan Bali selama satu bulan secara kebetulan waktunya menjelang peristiwa pemungutan suara untuk menentukn Kedaulatan Tim Tim dengan pilihan tetap dalam RI atau memilih bebas merdeka. Sebagai kelompok penggerak persatuan dan perdamaian, melalui Menko Kesra, Sri Chinmoy memohon dapat bertemu dengan Presiden RI BJ. Habibie.
Karena tujuannya untuk persatuan dan perdamaian, Presiden BJ Habibie menerima kunjungan tamu kehormatan yang disertai wakil-wakil Penggerak Persamaian Dunia dari sekitar 55 Negara di Istana. Melalui pertemuan bersama Menko Kesra, rombongan merasa sangat berterima kasih dan hormat karena secara tegas Presiden RI menyatakan bersikap netral dalam pemungutan suara di Tim Tim. Menghormati ketegasan sikap itu, Sri Chinmoy dan rombongan memberikan penghormatan dan doa kepada Presiden RI dan Ibu Negara melalui nyanyian yang khusus diciptakan untuk Presiden Habibie dinyanyikan pengikutnya, suatu sajian yang di Negara-negara yang dikunjunginya biasa dinyanyikan dihadapan ribuan pengikutnya. Nyanyian itu dinyanyikan oleh Ibu-ibu dan anggota Pria dari berbagai Negara dengan prianya berpakaian serba putih dan ibu-ibunya memakai baju Sari warna warni tadisional India, asal usul Sri Chinmoy yang menjadi pakaian sehari-hari rombongan wanita yang mengikuti muhibah Sri Chinmoy keliling dunia.
Haryono, Almarhum Sri Chinmoy dan Almarhum Sri Sunan dar Solo
Pada kesempatan kunjunagn di Istana tersebut, Presiden BJ Habibie dan Ibu Ainun mendapat kehormatan di angkat oleh Sri Chinmoy ke atas anjungan sangat tinggi dengan kekuatan tangan. Pada kesempatan itu, setelah acara ritual tersebut, Ketua Rombongan, Pemimpin Ritual dari India Sri Chinmoy, yang biasa mempimpin acara ritual antar ummat beragama dengan para diplomat PBB di Markas besar PBB di New York itu, sangat menghargai sikap tegas netral yang disampaikan Presiden RI dan berjanji menyampaikannya kepada para Elite Tim Tim sebagai modal persatuan dan perdamian dalam hidup bersama selama dan setelah pemungutan suara di Tim Tim. Setelah pemungutan suara berakhir dan Tim Tim menjadi Negara merdeka, Sri Chinmoy diundang kembali ke Tim Tim dan kepada beliau diucapkan terima kasih atas dukungannya yang membawa kabar bahwa Presiden BJ Habibie bersifat netral.
Sikap netral itu sangat dihormati di Tim Tim dan diperkirakan menjadi salah satu sebab kemenangan kelompok Tim Tim dalam pemungutan suara tersebut. Banyak kalangan Elite dan masyarakat di Tim Tim menganggap dan memberikan pengghormatan kepada rombongan dan Presiden Habibie sebagai salah seorang Pahlawan bagi rakyat Timor Timur. Semoga Pak Habibie dengan segala karya besarnya dan kepercayaan yang diberikan kepada para pembantunya dengan tulus, mendapat tempat yang baling baik di sisiNya. Selamat jalan pak Habibie. Amin.