Gerakan Jamban Keluarga masih dibutuhkan

Melalui kucuran dana desa yang langsung dikirim dan dikelola di tingkat desa yang alokasinya ditentukan bersama melalui Musyawarah masyarakat di tiap desa dalam tiga tahun pertama sja telah dibangun lebih dari 350 ribu jamban keluarga atau MCK di rumah-rumah penduduk di desa. Ini suatu kemajuan yang luar biasa karena terbukti bahwa ribuan keluarga sesungguhnya setiap hari sebelumnya selalu buang kotoran di sungai atau di halaman rumah-rumah penduduk, bahkan di semak belukar sehingga kalau pagi hari harus “semedi” diam-diam membuang kotoran sembarangan tidak ada yang tahu, tetapi akibatnya mencemari lingkungan sekiarnya.

 

Lingkungan yang tercermar limbah manusia sungguh sangat berbahaya karena menularkan berbagai penyakit kepada setiap orang yang tidak berdosa, utamanya anak-anak balita yang bermain di kebun atau dibelakang rumahnya. Penularan itu kadang bersifat massif karena dari yang terkena, dan kemudian bergaul dengan sesama temaanya, menular kepada teman-teman lainnya tanpa disadainya.

 

TNI AD yang sejak beberapa tahun mengadakan gerakan jambanisasi di desa-desa, yang kebanyakan dibantu dr. Budi Laksono dan kawan-kawannya dengan getol belum menunjukkan bahwa kebutuhan rakyat desa ataa jamban atau MCK itu sudah cukup, tetapi masih sangat dibutuhkan sehingga para mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke desa-desa masih perlu melanjutkan gerakan ini ke deesa disertai dengan dukungan bantuan untuk penduduk desa prasejahtera atau sejahtera I atau miskin, yang tidak mampu membeli peralatan untuk membuat sebuah jamban keluarga. Bantuan itu hendaknya merangsang penduduk yang bersangkutan ikut terlbat dalam gotong oryong pembuatan pembuatan jamban yang dibantukan. Partisipasi pembuatan jamban akan mengundang yang bersangkutan berubah kebiasaannya membuang kotoran tidak beraturan membahayakan tetangganya.Semoga kekurangan jamban segera dapat diatasi dan kebiasaan baru dapat berkembang dengan pesat. Semoga.

Rahma HasyimComment