Kopi Mangrove Paciran Desa Tungggu

KopiMag.jpg

l

 

Ayo minum kopi, biasanya kita ditanya “hitam” atau “kopi susu”? Sekarang bisa ditambah lagi, “kopi apa”? Karena di Desa Tunggul dikembangkan kopi jenis baru yang warnanya sama hitam, kental layaknya jenis kopi biasa tetapi sesungguhnya lain bahan bakunya.

Saat diseruput, kopi ini segera terasa cita rasa yang ‘menyengat’. Lidah berulangkali berdecap karena kesegaran dan kehangatannya lebih spesial. Itulah Kopi Manggrove Paciran.

 

Kopi mangrove adalah minuman spesial bagi mereka yang bertandang ke Desa Tunggul, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Pemerintah Desa Tunggul mengemas inovasinya dalam merek “Kopi Mangrove Paciran.” Karena itu kalau berkunjung ke Paciran jangan lupa mencicipi kopi ini.

 

Namun sayang, kedai kopi yang menyediakan kopi jenis ini masih sangat terbatas. Kopi ini belum bisa diproduksi massal karena keterbatasan bahan baku. Kopi Manggrove terbuat dari biji mangrove. Biji mangrove dipetik dari tanaman mangrove yang tumbuh di sepanjang pesisir Pantai Tunggul dengan luas sekitar satu hektar. Kendala dalam pengembangan kopi mangrove karena bahan bakunya yang masih langka.

 

Untuk memenuhi permintaan pasar, Pemerintah Desa Tunggul juga membeli biji mangrove dari sejumlah di Kecamatan Paciran dan Brondong yang memiliki tanaman mangrove. Bahkan, Desa Tunggul juga mendatangkan bahan baku hingga wilayah Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

Penemu kopi mangrove di Desa Tunggul adalah Khoirul Adhim, warga setempat jebolan Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang.

 

Menurut Yasin, Kepala Desa Tunggul, melihat prospek kopi mangrove yang bagus, Pemerintah Desa Tunggul mengelola kopi ini menjadi bagian usaha yang dikembangkan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tunggul. Kopi mangrove yang diproduksi BUMDes Tunggul, telah menjadi produk unggulan di wilayah pantai Utara Lamongan. BUMDes Tunggul tengah memproses perizinan untuk dapat izin edar dari BPPOM dan standard dari Dinas Kesehatan. Meski demikian dalam berbagai acara produk unggulan di Kabupaten Lamongan kopi mangrove selalu ditampilkan dan menjadi daya tarik tersendiri.

 

Kopi yang diproduksi sejak setahun lalu ini sudah secara rutin dipasarkan ke Semarang, Malang dan Surabaya. Setiap bulannya, dikirimkan 10 kilogram Kopi Mangrove ke Semarang, dan 5 kilogram ke Malang dan Surabaya. Setiap kemasan Kopi Mangrove di campur dengan bubuk kopi jenis Exelsa. Sehingga menarik minat sejumlah café di Semarang, Malang dan Surabaya.

 

Untuk membuat kopi berbahan baku mangrove cukup mudah. Biji mangrove yang sudah masak dijemur hingga kering. Kemudian dirajang kecil-kecil dan ditumbuk hingga halus. Setiap kemasan 150 gr Kopi Mangrove dijual dengan harga Rp 85 ribu. Bumdes memiliki café sendiri di Desa Tunggul.

Haryono SuyonoComment