MENUA BERBISNIS
Drs. Hamzah. Ar
GEMARI.ID-MEDAN. Banyak sekali orang takut berbisnis seolah olah berbisnis itu bisa berhasil dan mendapatkan cuan yang banyak jika dilakukan dengan cara curang, begitu juga dengan berpolitik seolah olah orang yang masuk dikancah politik itu harus curang, begitulah opini akhir akhir ini yang terlintas dan terhujam dalam pikiran orang banyak. Selain itu berbisnis dan berpolitik itu sama sama membutuhkan modal yang besar, jika tidak punya modal yang besar jangan coba coba berbisnis dan berpolitik, sehingga paradigma yang berkembang ini membuat pelaku kedua profesi ini bisnis dan berpolitik hanya diseputaran mereka yang memiliki cuan besar yang kemudian hari berkembanglah menjadi politik dinasti dan kerajaan kerajaan bisnis yang hanya dikuasai oleh sebagian kecil penduduk saja.
Sebagian besar penduduk menjadi sangat bergantung hidupnya kepada sebagian kecil politikus dan pebisnis dan kemudian kedua pelaku ini melakukan kolaborasi pula maka jadilah oligarki yang menguasai dunia politik dan dunia bisnis sehingga yang kaya semakin kaya dan yang berkuasa itu itu saja dari lingkungan keluarga dan kerabat serta kelompoknya. Kondisi ini telah berlangsung sejak lama membuat hal yang biasa biasa saja, menerima apa adanya hanya beradaptasi seolaholah menerima keadaan sebagai sebuah takdir tanpa ada usaha untuk merubah nasib berubah menjadi politikus atau pebisnis, penduduk yang muda muda atau usia kerja merasa cukup dengan penghasilan yang ada sesuai dengan ketentuan UMR yang dibuat oleh penguasa dan Pengusaha.
Yang parahnya lagi kondisi ini dibiarkan berlarut bahkan sepertinya ada upaya untuk dipelihara, tidak ada upaya yang terukur dan terpeta dalam melakukan perubahan. Salah satu upaya yang seharusnya dilakukan terhadap para PNS atau ASN dan pensiunan BUMN/BUMB yang akan memasuki usia pensiun dan usia menua terutama yang akan mendapatkan uang pensiun yang pas pas an untuk memenuhi kebutuhan hidup seadanya bahkan ada pegawai atau pekerja yang setelah pensiun turun statusnya menjadi penduduk miskin, banyak juga kasus para pensiunan BUMN/BUMD yang pada saat pensiun mendapatkan uang pensiun sampai dengan 1 milyar rupiah lebih dan pada saat mencoba berbisnis tetapi karena tidak pernah diberikan pembelajaran berbisnis akhirnya uang pensiun tersebut habis sia sia.
Setahun sebelum pegawai atau pekerja pensiun kalau dulu ada Masa Persiapan Pensiun (MPP) layaknya diberikan pembelajaran atau pengembangan diri mereka yang dibiayai dan dibimbing oleh pemerintah guna mendapatkan keterampilan berbisnis dengan modal kecil kecilan terlebih dulu untuk menambah penghasilan selain uang pensiun yang didapatkan setiap bulannya baik secara perorangan maupun bisnis yang dilakukan secara berkelompok atau koperasi. Hal ini juga merupakan langkah strategis dalam mengatasi semakin besarnya jumlah penduduk lanjut usia yang berdampak terhadap semakin besarnya angka ketergantungan atau depedency ratio.
Jika penduduk lansia yang hidupnya semakin menua tidak memiliki tabungan atau aset maka akan menjadi tanggungan keluarga atau anak anaknya yang pada saat bersamaan harus mempersiapkan kesejahteraan keluarga intinya yakni istri dan anak anak nya terpaksa menanggung ekonomi kedua orangtuanya tentunya ada tambahan tanggungan sebanyak empat orang lagi dua orang tua si istri dan dua orang lagi orangtua dari suami sehingga kalau dijumlahkan setiap seorang suami muda atau ayah muda akan menanggung ekonomi tujuh orang penduduk terdiri dari 2 orang anak (ini karena ber KB), 1 orang isteri dan 4 orang ayah dan ibu kandung dan mertua.
Maka oleh karena itu Program Menua Berbisnis merupakan suatu keharusan untuk dikembangkan dimasa yang akan datang, Pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan organisasi organisasi pensiunan atau organisasi profesi, organisasi semi pemerintah seperti KORPRi dan sebagainya diberdayakan secara maksimal. Penulis adalah Ketua Bidang Pelatihan dan Advokasi Andalan Kelompok UPPKA (AKU) Sumatera Utara.