Inisiatif Lima Quick Win: Antara Gagasan Visioner dan Realita Lapangan

H Lalu Tjuck Sudarmadi

GEMARI.ID-JAKARTA. Pertemuan pertama yang berkesan kemarin dengan ‘Dinda’ Wihaji serta perkenalan dengan ‘Dayu’ Isyana, menginspirasi dan mendorong saya membuat tulisan ini sebagai masukan dan saran atau setidaknya sekedar bacaan mengisi waktu luang. Pembangunan keluarga adalah fondasi pembangunan bangsa. Dalam berbagai strategi pembangunan nasional, keluarga disebut sebagai unit terkecil namun paling menentukan kualitas SDM Indonesia. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, menawarkan lima Quick Win berbasis ‘siklus’ kehidupan manusia sebagai strategi percepatan dalam pembangunan keluarga.

Secara ringkas 5 Quick Win itu adalah:

1.Taman Asuh Anak (TAMASA). Menyediakan layanan pengasuhan berkualitas dengan tenaga pengasuh tersertifikasi, psikolog, dan dokter spesialis anak. Fokus pada pengasuhan masa emas pertumbuhan anak.

2. Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting(GENTING).Intervensi bagi keluarga rentan stunting melalui dukungan orang tua asuh dan pemantauan tumbuh kembang anak.

3.Gerakan Ayah Teladan(GATE).Mendorong keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sebagai respons terhadap fenomena fatherless.

4.ÀI Super APPS.Pemanfaatan teknologi untuk pemetaan dan penyelesaian masalah keluarga secara cepat dan terintegrasi.

5.Lansia Berdaya.Layanan home care berbasis komunitas bagi lansia yang tidak mendapat dukungan perawatan dari keluarga inti.

Apakah gagasan  itu bisa terlaksana dan tercapai dengan cepat sesuai namanya ‘quick win’, tergantung dari beberapa faktor dan masalah yang harus dihadapi dalam  pelaksanaannya dilapangan.

Salah satu faktor adalah bagaimana  mendaya gunakan  asset dan kekuatan  mendasar BKKBN yang kerap terlupakan,  yaitu peran dan keberadaan  ribuan  Petugas Langan yang tersebar di desa seluruh pelosok negeri. Mereka bukan hanya  penggerak dan motivaator serta  ujung tombak pelaksanaan program, tetapi juga jembatan antara kebijakan pusat dan realitas masyarakat. Bahkan Presiden Prabowo menyatakan bahwa petugas lapangan KB bisa diberi peran lebih besar, termasuk dalam mendistribusikan program makan bergizi gratis langsung ke masyarakat. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap kemampuan Petugas Lapangan KB sangat tinggi.

Faktor lain yang merupakan tantangan dalam implementasi adalah  ‘the Devil is in the details’,  ungkapan yang  tidak bisa diabaikan. Bagaimana menemukan keluarga sasaran secara akurat? Bagaimana agar satu data  sebagai basis sasaran intervensi? Siapa yang bertanggung jawab di lapangan?  Bagaimana  sektor terkait bisa bekerja sebagai team? Bagaimana system reporting recording untuk memantau progresnya  secara berkala, tepat dan cepat?

Tanpa sistem reporting and recording yang baik, efektivitas program akan sulit diikuti dan dinilai progressnya. BKKBN pernah memiliki dan berpengalaman  mengelola system pencatatan pelaporan yang kuat. Masalah keterbatasan anggaran  karena pemotongan  untuk efisiensi, akan berdampak terutama bagi program  program seperti sosial kemasyarakatan oleh karena  kegiatan seperti perjalanan , rapat rapat, koordinasi dan penggalangan serta dukungan operasional bagi petugas di tingkat  lapagan dan pendekatan Komunikssi Infornadi dan Edukasi/KIE serta sejenisnya merupakan core kegiatan  dan diperlukan oleh program,  beresiko menghambat implementasi jika tak disiasati dengan baik.

BKKBN memiliki harta terpendam, berupa aset “data mikro kekuarga” yang sangat berharga. Di dalamnya termuat indikator strategis: jumlah anggota keluarga, kepesertaan KB, kemampuan penyediaan makan dan  pakaian, penghasilan, akses air bersih, sanitasi, hingga status gizi balita dan kehamilan, serta keadaan rumah atau tempat tinggal. Ini seharusnya menjadi basis operasional utama sebagai sasaran intervensi secara presisi, berbagai program sektor terkait termasuk pengentasan kemiskinan.

Optimisme dari Kepemimpinan Baru. Optimisme tumbuh bukan saja karena status kelembagaan ber-transformasi dari Badan menjadi Kementerian/Badan, tetapi juga karena kepemimpinnan diisi oleh sosok-sosok yang menguasai lapangan dan piawai di komunikasi:

  • Menteri Wihaji, mantan Bupati yang berhasil,  Pebisnis dan Da’i hebat, sangat memahami dinamika masyarakat dan cara kerja implementasi kebijakan dari bawah dan di grassroots.

  • Wamen Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, dengan latar belakang media, akan mampu memaksimalkan kekuatan program KIE,  yang menjadi icon BKKBN diera sebelumnya. Wamen  bisa menggali kembali keberhasilan BKKBN selama ini dan mengemas serta  memanfaatkan teknologi informasi sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat saat ini.

  • Dukungan para senior, mantan pejabat,  pejuang KKB, yang tergabung dalam Paguyuban Juang Kencana baik di pusat,  semua Provinsi dan hampir seluruh Kabupaten/Kota. Tentu secara tulus dan ikhlas mendukung   Menteri/Wamen,  sharing pemikiran dan pengalaman agar Kementerian /BKKBN bisa reBorn dan kembali meraih keberhasilan seperti diera sebelumnya.

Bukan Sekedar Kampanye,   Tapi Gerakan Kolektif .  Inisiatif Quick Win ini idealnya tidak berhenti sebagai narasi kampanye/KIE, melainkan menjadi  “Gerakan Kolektif Lintas Sektor” sehingga lebih efektif.  Kerja TEAM menghilsngkan ego sektoral,   merupakan arahan Presiden Prabowo  karena dengan kerja TEAM/T-ogether  E-veryone A-chieve M-ore.  Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN  harus memanfaatkan momentum ini  memulai inisiatif  untuk mendorong terjadinya  kerja team lintas sektor dilapangan,   berbasis data mikro keluarga dan  petugas lapangan sebagai motor penggeraknya.  Disarankan agar Menteri/Wamen mulai membuat  percontohan pelaksanaannya pada beberapa desa , sebagai embrio yang   nanti    akan diduplikasi secara bertahap  keseluruh desa pada saatnya   sebagai “Gerakan Membangun Desa Merah Putih” Untuk itu  mungkin perlu meminta sumbang saran dari berbagai pihak terutama para mantan dan senior untuk merumuskan model dan strateginya.

Landasan untuk itu sangat kuat yaitu Inpres  No 8 tahun 2025 tentang Optimalisasi Pelaksanaan  Pengentasan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstreem(OPPKPKE). 

Gagasan Quick Win sangat significant dan   diramu dengan strategi ‘8 Fungsi Keluarga’ dan pemanfaatan Data Mikro Hasil Pendataan Keluarga, untuk melaksanakan  ÀSTA CITA ke 6 yaitu “Membangun  dari desa dan dari bawah untuk  pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan”.

Karena sejatinya, pembangunan keluarga bukan sekadar pengaturan kelahiran, menanamkan norma keluarga kecil/NKK tetapi  bertahap dan berkelanjutan untuk membangun keluarga Bahagia Sejatera/BS. Setiap keluar menjadi keluarga yang  bertaqwa, sehat, berpendidikan, berpenghasilan, tempat tinggal yang sehat, punya tabungan masa depan, akses kepada air bersih dan penerangan,  cinta damai dan lingkungan, terentas dari keluarga   pra sejahtera dan kemiskinan. Kita  patut meng-apresiasi  Presiden Pabowo yang telah mengambil kebijakan yang tepat, melakukan Transformasi Kelembagaan BKKBN  menjadi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ BKKBN. Penulis adalah Pengamat Birokrasi dan Pemerintahan

Mulyono D PrawiroComment