Persepsi vs. Pengetahuan Koperasi
Serial Tropikanisasi-Kooperatisasi (8)
Persepsi Koperasi vs Pengetahuan Realitas dalam Perspektif Kenneth Boulding
Oleh: Agus Pakpahan
Pendahuluan
Kenneth Boulding, seorang ekonom dan filsuf sistem abad ke-20, mengembangkan teori pengetahuan yang revolusioner dengan membedakan antara "image" (citra mental) dan "knowledge of reality" (pengetahuan realitas). Dalam kerangka Boulding, image adalah representasi subjektif yang membimbing tindakan manusia, sementara knowledge merupakan koreksi terus-menerus atas image melalui pengalaman empiris, verifikasi fakta, dan sistem ilmu pengetahuan.
Penerapan kerangka Boulding pada studi koperasi menimbulkan pertanyaan filosofis mendalam: Apakah koperasi dalam pemahaman masyarakat masih terbatas pada image sosial—sekadar simbol solidaritas, organisasi tradisional, atau entitas simpan-pinjam sederhana—atau telah berkembang menjadi knowledge of reality yang kokoh, teruji melalui metodologi ilmiah dan fakta empiris?
Pertanyaan ini fundamental karena menentukan masa depan koperasi sebagai institusi ekonomi dan sosial.
Persepsi Koperasi sebagai Image
Menurut Boulding, image berfungsi sebagai "peta kognitif" yang memandu perilaku individu dan masyarakat. Di Indonesia, persepsi tentang koperasi seringkali terjebak pada image yang terbatas dan kadang distortif:
· Koperasi sebagai lembaga simpan-pinjam skala kecil dengan jangkauan terbatas.
· Koperasi sebagai organisasi tradisional yang kurang mampu beradaptasi dengan modernitas.
· Koperasi sebagai simbol solidaritas semata tanpa substansi bisnis yang kuat.
· Koperasi sebagai alat politik atau program pemerintah yang top-down.
Image-image ini, meskipun mudah diingat dan tersebar luas, bersifat ambigu dan tidak selalu merepresentasikan realitas koperasi yang sebenarnya. Mereka membentuk tindakan dan kebijakan, namun kerap menghambat pengembangan koperasi yang lebih substantif.
Pengetahuan Realitas Koperasi
Boulding menekankan bahwa knowledge sejati lahir dari proses koreksi image melalui pengalaman empiris dan sistem ilmu yang rigor. Dalam konteks koperasi, pengetahuan realitas dibangun melalui:
· Prinsip universal koperasi (menurut International Co-operative Alliance) yang terbukti keampuhannya secara global.
· Fakta empiris tentang kinerja koperasi yang mampu bersaing dengan bisnis konvensional.
· Metodologi induktif yang membangun teori dari praktek nyata, bukan sekadar deduksi abstrak.
Credit Union Keling Kumang (CUKK) di Kalimantan Barat merupakan contoh konkret knowledge of reality tentang koperasi. Dari modal awal 12 anggota dengan aset Rp 8,4 juta pada 1993, CUKK berkembang menjadi lembaga keuangan rakyat dengan lebih dari 232.000 anggota, aset Rp 2,3 triliun, dan 79 kantor layanan pada 2025. Pertumbuhan eksponensial ini merupakan "fakta keras" yang mematahkan image tradisional tentang koperasi, sekaligus memaksa lahirnya pengetahuan baru yang lebih akurat.
Koperasi sebagai Subject Matter Knowledge
Boulding berargumen bahwa suatu bidang pengetahuan mencapai kedewasaan epistemik ketika ia menjadi "subject matter knowledge"—disiplin mandiri dengan metodologi dan paradigma khas. Koperasi layak diposisikan sebagai subject matter knowledge karena sifatnya yang multidimensi dan kompleks:
· Ekonomi: koperasi sebagai sistem distribusi sumber daya yang berkeadilan
· Hukum: koperasi sebagai badan hukum dengan karakteristik khusus
· Sosiologi dan Antropologi: koperasi sebagai institusi yang membangun solidaritas sosial dan budaya partisipatif
· Manajemen dan Teknologi: koperasi sebagai organisasi modern yang adaptif terhadap inovasi
· Politik: koperasi sebagai laboratorium demokrasi ekonomi
· Filsafat dan Etika: koperasi sebagai perwujudan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kebersamaan
Hanya melalui pendekatan multidisiplin yang terintegrasi, koperasi dapat dipahami dan berkembang menjadi rumpun keilmuan mandiri yang setara dengan disiplin-disiplin mapan seperti pertanian atau kedokteran.
Dialektika Boulding: Image vs Knowledge dalam Konteks Koperasi
Kerangka Boulding menghadirkan dialektika produktif antara image dan knowledge:
· Image (persepsi): diperlukan sebagai pintu masuk pemahaman, tetapi sering kali simplistis dan misleading.
· Knowledge (pengetahuan realitas): berfungsi sebagai korektor atas image, diverifikasi melalui fakta dan sistem ilmu.
· Proses transformasi: kasus seperti CUKK berperan sebagai "black swan" yang memaksa dekonstruksi image lama dan konstruksi knowledge baru.
Dalam evolusi koperasi, image tetap penting sebagai jembatan menuju penerimaan sosial, sementara knowledge memberikan legitimasi epistemik dan daya transformasi yang berkelanjutan.
Kesimpulan dan Implikasi
Berdasarkan kerangka pemikiran Kenneth Boulding, koperasi merupakan contoh nyata bagaimana image (persepsi sosial) harus terus-menerus dikoreksi oleh knowledge of reality (pengetahuan empiris). Fakta pertumbuhan eksponensial seperti yang ditunjukkan CUKK bukan sekadar anomaly, melainkan bukti bahwa koperasi mampu menjadi sistem ekonomi modern yang kompetitif dan transformatif.
Implikasi filosofisnya jelas: koperasi harus diakui sebagai subject matter knowledge yang hanya dapat berkembang melalui penelitian multidisiplin yang rigor. Tanpa pengakuan ini, koperasi akan tetap terjebak dalam persepsi nominal yang membatasi potensinya. Sebaliknya, dengan pengakuan sebagai disiplin ilmu mandiri, koperasi akan berdiri setara dengan rumpun keilmuan lainnya—bukan sebagai cabang dari disiplin yang sudah ada, melainkan sebagai bidang pengetahuan yang utuh dan kompleks.
Pada akhirnya, perjalanan koperasi dari image menuju knowledge mencerminkan proses pencerahan kolektif—sebuah evolusi kesadaran dari mitos menuju logos, dari persepsi menuju pengetahuan, dari potensi menuju realisasi.
Penulis: Prof. Agus Pakpahan, Ph.D (Rektor Universitas Koperasi Indonesia - Ikopin University).
Editor: Dr. Aam Bastaman (Ketua Senat Universitas Trilogi).