Sosok Ayah yang Tidak Memakai Mahkota Namun Selalu Ada di Setiap Doa Anak-anaknya

Dr H Lalu Burhan, MSc

GEMARI.ID-MATARAM. Riwayat tulisan ini ter posting ketika bakda subuh tadi pagi penulis membaca di google dan seketika itu menyadari dan mengingat bahwa kemaren adalah Rabu tgl 12 November  adalah Hari Ayah Nasional. Meski tidak sepopuler Hari Ibu, peringatan ini memiliki makna mendalam bagi banyak keluarga. Hari Ayah menjadi pengingat atas peran penting ayah dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya. Cara Rayakan Hari Ayah Nasional diantaranya adalah hari Ayah dapat dirayakan dengan kegiatan sederhana namun bermakna. Banyak keluarga memilih menghabiskan waktu bersama sebagai bentuk penghargaan terhadap peran ayah.

Kegiatan seperti makan malam, menonton film, atau berwisata menjadi simbol kebersamaan keluarga. Sekolah juga kerap mengadakan kegiatan menulis surat atau video ucapan untuk ayah. Beberapa komunitas sosial memperingati Hari Ayah dengan kegiatan amal dan bakti sosial. Melalui aksi bertema “Ayah Hebat untuk Negeri”, nilai tanggung jawab dan kepedulian terus disebarluaskan.

Masyarakat dapat menunjukkan rasa cinta melalui hadiah atau ucapan sederhana. Maknanya bukan pada harga, melainkan ketulusan dalam menghargai perjuangan ayah. Kado yang populer di antaranya dompet, jam tangan, dan perlengkapan ibadah. Sementara ucapan seperti “Terima kasih atas kasih dan ketulusanmu, Ayah” menjadi bentuk penghormatan yang hangat. Peringatan Hari Ayah mengajak masyarakat menumbuhkan budaya apresiasi terhadap peran ayah. Ia bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga pendidik dan pelindung keluarga.

Momen ini juga menjadi refleksi pentingnya keseimbangan peran orang tua dalam pengasuhan anak. Cinta dan pengorbanan ayah adalah fondasi ketangguhan keluarga Indonesia. Atas dasar itu serta merta; penulis terhentak dan menyadari dalam posisi seorang Ayah pada generasi ke 3 dari Ayahanda H. lalu jamaluddin dan Niniqda H. Mukhtar sebagai generasi pertama yg mampu penulis ingat namanya walaupun belum pernah ketemu dengan Niniqda tersebut.

Sebutan Ayah berpadanan dengan Ibu. Penulis menyebut Mamiq tuan ke Haji lalu jamaluddin dan Inaq Tuan ke Ibunda Hj lamariyah binti Mamiq Qomar.  Anak anak2 seperti  : lalu Hamzi Fikri, Baiq Rezha F dan Baiq Rosalina F memanggil Mamiq ke lalu Burhan dan Mamak ke Ibunda Baiq Suhaini. Nah itulah sebutan atau panggilan sayang berupa penghormatan kami anak anak kepada orang tua kandung.  Seyogyanya sebutan Mamiq atau Ayah tampaknya lebih tepat ketimbang lainnya. Ada juga satu klg yg memanggil abah dan panggilan lain sesuai dengan kesepakatan keluarga tersebut.

Tentu untuk memperingati Hari Ayah Nasional dalam kapasitas sebagi Penulis , maka penulis menyampaikan ungkapan apresiasi atas diperingatinya hari ayah nasional tsb. Pertama saya mengucapkan Selamat hari Raya Nasional, semoga semua Ayah menjadi Ayah Pengasih dan Penyayang bagi Keluarga. Aamiin. Kedua Alhamdulillah setelah memposting hari ayah Nasional ini. Saya akan sampaikan penghargaan kepada para Ayah yg memiliki kemampuan dibudangnya masing masing dan alhamdulillah penulis yang memiliki talenta di bidang menulis. Satu hal yang mengharukan diri penulis dan paling penting utk teman teman yg memiliki HOBY sperti penulis insya Alloh penulis akan mewakafkan keahlian itu sepenuhnya untuk Literasi  Indonesia.

Nah sekarang untuk menambah pengetahuan dan wawasan ada baiknya di kutip dari https://tirto.id/elwt perihal asbabun nuzul Hari Ayah Nasional . Kenapa tanggal 12 November disebut Hari Ayah? Di Indonesia, Hari Ayah yang dirayakan setiap tanggal 12 November berawal dari prakarsa paguyuban Satu Hati, lintas agama dan budaya yang bernama Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP).Dikutip dari situs kemdikbud.go.id, tahun 2014 PPIP mengadakan peringatan Hari Ibu di Solo dengan cara mengadakan Sayembara Menulis Surat untuk Ibu.

Acara ini disambut antusias oleh peserta sehingga menanyakan kapan peringatan yang sama untuk Ayah digelar. Hingga pada 12 November, Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi menggelar deklarasi Hari Ayah untuk Indonesia dan menetapkan tanggal tersebut sebagai Peringatan Hari Ayah Nasional. Deklarasi tersebut digabung dengan hari kesehatan dengan mengambil semboyan ‘Semoga Bapak Bijak, Ayah Sehat, Papah Jaya’. Deklarasi Hari Ayah juga dilakukan di Maumere, Flores, NTT. Dalam deklarasi itu juga diluncurkan buku ‘Kenangan untuk Ayah’ yang berisi 100 surat anak Nusantara yang diseleksi dari Sayembara Menulis Surat untuk Ayah.

Selepas deklarasi, mereka mengirimkan buku tersebut dan piagam deklarasi Hari Ayah kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta bupati di 4 penjuru Indonesia yakni Sabang, Merauke, Sangir Talaud dan Pulau Rote. Usai deklarasi ini, setiap tanggal 12 November ditetapkan sebagai Hari Ayah Nasional. Hari Ayah Sedunia Selain Indonesia, negara-negara lain juga merayakan Hari Ayah hanya waktunya yang berbeda. Lebih dari 75 negara merayakan peringatan ini yakni AS, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Turki, Pakistan, Malaysia, Singapura, Taiwan, Filipina, dan Hong Kong.

Perayaan Hari Ayah di negara-negara tersebut jatuh pada hari minggu di pekan ketiga bulan Juni dan dirayakan hampir di seluruh dunia sejak awal abad ke-12. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Laki-Laki Internasional diperingati setiap 19 November. Hari Ayah biasanya dirayakan dengan memberi hadiah bagi bapak dan berkumpul bersama anggota keluarga lainnya. Ungkapan terima kasih kepada ayah ini disampaikan atas perannya sebagai tulang punggung, sandaran, dan pelindung dalam rumah tangga.

Demikian pula sahabat lainnya. Nah inilah satu kebahagiaan tersendiri akhirnya penulis mendapatkan juga sebutan mamiq gegara aktif produktif di area Literasi. Teman teman penulis terutama yang berusia masih dewasa muda menyebut penulis dengan panggilan Mamiq. Alhamdulillah. Pantas juga ya menjelang bbrpa hari lagi ( 18 hari lagi) di usia menjelang 74 Tahun : seperti pak H suharmanto, pak Jayadi N dan bbrp teman lainnya menyebut lalu burhan dengan panggilan Mamiq artinya bahwa penulis dianggap masih lebih tua. Penulis adalah Blogger persahabatan pengurus DMI dan BPD AKU NTB

Mulyono D PrawiroComment